First of all, special chapter ini gue bikin buat salah satu temen gue yang baik tapi ga baik" amat yg brojol tgl 19 Des belasan tahun silam.
•••
18 September [23.17]
Cia merebahkan tubuhnya begitu menginjakkan kaki di ruang tamu. Ia lebih memilih berbaring di atas sofa empuk ruang tamu sebelum menuju kamarnya di lantai dua. Ia baru saja pulang dari pekerjaan paruh waktunya. Ia seorang penyiar radio sekaligus seorang mahasiswa semester akhir. Dan ditambah hari ini ia harus melakukan riset untuk skripsinya.
Dia tinggal dengan lima sahabatnya -Agathe, Asena, Aileen, Zellina dan Jeo- di sebuah rumah berlantai dua di area perumahan Grinsing. Mereka memang sudah mengenal sejak kecil, karena orangtua mereka juga berteman. Karena mereka kuliah di universitas yang sama, mereka berinisiatif untuk tinggal satu atap di sebuah rumah yang tidak terlalu jauh dengan universitas mereka, mengingat rumah mereka ada di luar kota.
Pukul 23.29, terdengar makian dari arah dapur.
Ah Jeo dan Zellina sudah bangun. Ini waktunya tidur, gumamnya. Tengah malam adalah saat di mana mereka semua terbangun dan menjalani aktivitas seperti pada umumnya. Terdengar aneh memang, ya mereka memang aneh. Tengah malam adalah batas akhir dari ketenangan di rumah itu. Cia pun cepat-cepat menuju kamarnya sebelum dua temannya itu mengganggu istirahatnya.
Saat akan membuka pintu kamarnya, Cia mendapati Agathe berjalan dari ruang keluarga memakai piyama polkadot miliknya. "Hai. Kau menggunakan piyamaku lagi?" sapanya. Namun, kejanggalan di rasakan oleh Cia. Perempuan yang lebih tua 3 bulan darinya itu hanya mengangguk diam sebagai jawaban dan melewati Cia begitu saja.
"Apa semua orang mencoba mengganggu pikiranku saat ini?" gerutunya sambil memasuki kamar.
[23.40]
Dia tidak bisa tidur karena dibawah terdengar suara riuh. Seperti biasanya. Kenapa mereka tidak membiarkanku tidur sehari saja, gumamnya. Cia pun beranjak menyalakan lampu, namun ia urungkan dan memilih membuka laptopnya, berniat menyelesaikan skripsi yang mulai memasuki bab II.
[23.59]
Tok tok
Sejenak Cia menghentikan aktivitasnya. Dia berjalan malas ke arah pintu dan membukanya. Dia mendengus kesal begitu melihat tidak ada orang di depan kamarnya. Dia bertambah kesal begitu menyadari bahwa sekarang suasana terasa sepi tanpa keriuhan di lantai bawah.
"Keluar kalian! Akan kupotong kaki kalian satu-satu!" teriak Cia ke arah lantai bawah.
Tidak ada jawaban sama sekali. Cia pun masuk ke dalam kamarnya.
"Surprise!" kejut kelima temannya dari arah dalam kamar Cia.
Cia terkejut sekaligus kesal. "Yak kalian ingin membuatku mati?!"
Kelima temannya pun tertawa, lalu menyanyikan lagu Happy birthday diikuti dengan tiupan lilin, pemotongan kue dan saling berpelukan. Cia menatap mereka haru. Terimakasih Tuhan, di luar sikap mereka yang mengganggu, mereka begitu peduli padaku, gumamnya.
"Ngomong-ngomong kenapa tadi kau berteriak keluar?" celetuk Asena tiba-tiba.
"Yah itu karena sebeluknya kalian sangat berisik lalu kalian mengetuk pintuku, dan kalian bersembunyi. Aku kesal tahu!" dengus Cia.
"Enak saja!" balas Jeo. "Kami sudah sembunyi di sini sejak sebelum kau masuk kamar!"
"E-eh? benarkah? jangan bercanda. Aku melihat Agathe dari arah ruang keluarga saat aku masuk kamar." jawab Cia gemetaran. "Lho kapan kau mengganti bajumu?" Tanya Cia begitu menyadari bahwa Agathe tidak lagi memakai piyama miliknya, melainkan hoodie tebal dan celana pendek.
"Aku memakai baju ini dari tadi sore bodoh." cetus Agathe.
"Jangan bercanda." Sanggah Cia gemetaran.
"Hei tunggu dulu," suara Aileen membuat semua orang menatap padanya. "Aku melihat Zellina lewat tadi."
Semua bergidik ngeri.
"Memangnya kenapa? Oh kalian yang menyuruh Zellina mengetuk pintu untuk menakutiku ya?" selidik Cia.
"Tidak mungkin." ucap Asena.
"Kau tidak ingat Zellina pulang ke rumah karena Ibunya sakit?" sambung Jeo.
Cia terdiam, dia baru saja mengingatnya. Zellina tidak ada di rumah sejak tiga hari lalu.
"Lalu siapa yang bertengkar denganmu di dapur tadi?"
Jeo terdiam. "Aku bersembunyi di sini bersama mereka tahu!"
Tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca dari arah dapur.
"Shit." umpat mereka semua.
•••
Yo guys! Sekali lagi gue ucapin Happy Bornday bre!!
-JeB
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Life of A M
Random. Kehidupan enam orang pemudi yang memiliki kadar kewarasan dibawah rata rata(mungkin). Bahasa? Terserah autor Ingin tau lebih dalam? Baca gratis kok, jangan lupa Vomen+bagikan ke teman anda . . . . . {One shoot} {Two shoot} {Three shoot}