18. Hurtful

229 37 11
                                    

Seharusnya hari ini tidak menjadi hari yang hening dan sepi jika saja Mina mau membuka mulut dan berbicara pada Jimin. Gadis ini tak membuka suara sejak dua hari lalu. Bahkan ajakan makan malam Jimin kemarin malam hanya ia balas dengan gelengan saja. Ini hari mereka bertunangan. Walaupun hanya formalitas setidaknya beri sedikit chemistry dihubungan mereka berdua, pikir Jimin.

Ada yang salah dengan gadis ini semenjak Jimin bermalam di apartemennya. Bukan, bukan hal yang seksual atau semacamnya. Karena kalau itu hal seksual Jimin yakin ia pasti terbangun di kamar Mina. Namun hari itu ia bangun di sofa ruang tamu dan mendapati sarapan yang sudah siap di meja. Setelah bertemu dengan Mina dan mencoba mengajaknya bicara, gadis itu hanya diam. Dan Jimin tak tahu dimana letak kesalahannya.

Jimin sedikit melirik Mina dan bersiap. Mina berniat melangkahkan kakinya mendahului Jimin yang masih mengoleskan pelembab bibir, namun pria itu bergerak cepat menahan tangannya dan berusaha mengaitkan tangan Mina pada lengan pria itu. Mina hanya memberi tatapan tak acuh pada Jimin. Ia masih sedikit sakit hati dan kecewa mengingat kejadian waktu itu.

Angin musim gugur memang sejuk, tapi tidak untuk Mina yang masih mengenakan pakaian balet di luar gedung. Kardigan yang dikenakannya tadi jatuh dan terbasahi oleh air es yang mencair. Bodohnya lagi karena tergesa, ia meninggalkan pakaian gantinya diloker karena pikirnya Jimin segera menjemput.

Mina masih dihadapkan dengan angin malam musim gugur. Disisi lain, Jimin tak hentinya menegak minuman beralkohol yang sejak tadi menemani pria itu. Persetan dengan menjemput Mina, ayahnya baru saja menghajarnya karena tidak melakukan pekerjaan sesuai keinginan si tua itu. Ia selalu disalahkan, barang sekecil pun. Namun, ia juga tak bisa berontak karena bagaimanapun ayahnya adalah dominan.

Namjoon yang menemani Jimin malam itu berkali-kali menggeleng tak percaya karena Jimin hilang kendali malam itu. Atensi Namjoon beralih ketika ponsel Jimin yang ada di meja berdering. Nama Mina terpampang dilayar itu.

"Hei, hentikan. Mina menelponmu," ucap Namjoon sembari merebut gelas yang ada ditangan Jimin.

Tangan Jimin terulur meraih ponselnya. "Huh, gadis ini merepotkan."

"Aku sedang di bar. Tak bisa menjemputmu, kau bisa datang kesini kalau mau. Haha." Kekeh Jimin diakhir kalimatnya.

Mina yang mendengarnya menjadi jengkel. Padahal sebelum pria itu meninggalkannya ia janji akan menjemput Mina tepat waktu. Sekarang malah mengingkarinya dan memberi ejekan pada Mina. Hampir saja Mina membuka mulut, namun ia mendengar suara pria lain bersama Jimin.

"Mina, aku akan membawa si bodoh ini dan menjemputmu. Kirim lokasimu ya." Suara Namjoon terdengar kesusahan, sepertinya pria itu sedang berusaha menarik Jimin dari sana.

"Apa yang terjadi, oppa?"

"Akan kuceritakan nanti. Dah..."

Namjoon menutup panggilannya. Beralih dari ponselnya, Mina menggosok bahunya sendiri yang masih kedinginan. Ia memilih duduk di kursi panjang dekat gedung sembari menunggu Namjoon dan Jimin. Sekitar hampir satu jam ia menghabiskan waktu dengan kedinginan sebelum mobil-yang sepertinya milik Jimin- berhenti di depan gedung. Langsung saja Mina masuk dan disambut Jimin yang tertidur di jok belakang.

"Oppa, bisa naikkan temperatur ac-nya?"

Namjoon menoleh, ia baru menyadari bahwa tubuh Mina tidak terbalut penghangat. Langsung saja ia mengambil jas Jimin yang menganggur dibelakang dan memberinya pada Mina.

"Bagaimana bisa kau hanya memakai pakaian seperti itu?" Tanya Namjoon sembari mengatur suhu ac.

"Ah, sedikit kesialan. Dia kenapa, oppa?" Mina mengalihkan topiknya.

"Sedikit pertengkaran ayah dan anak. Yah... Jimin sudah biasa menghadapi ayahnya yang keras itu," jelas Namjoon.

Mina menunduk. Ia sedikit menyesal berburuk sangka pada pria itu tadi.

Suasana hening dan hanya alunan musik yang menjadi backsound mereka. "Mina-ya, bisakah aku minta tolong?" Tanya Namjoon.

Mina menoleh dan mengangguk. Tentu, Namjoon orang yang baik jadi ia juga harus mau dimintai tolong olehnya.

"Bisakah Jimin menginap di apartemenmu malam ini? Biasanya dia tidak tidur dirumahnya setelah pertengkaran dengan ayahnya dan tidur di apartemenku. Tapi aku punya sedikit pekerjaan yang perlu ku urus jadi... Please...."

Ingin rasanya Mina menarik persetujuan permintaan tolong Namjoon yang satu ini. Ya, Mina memang mengakui ia mulai tertarik dengan Jimin. Tapi tidak dengan bermalam di apartemennya. Namun, melihat Namjoon yang selalu direpotkan oleh Jimin, ia merasa tak enak hati.

"Baiklah... Aku setuju karena ini permintaan oppa, jangan salah paham."

Mereka sampai di apartemen Mina dan Namjoon membantu Jimin yang sudah sedikit terbangun. Ia menjatuhkan tubuh Jimin ke sofa dan berpamitan pada Mina.

"Maaf Mina, tapi aku benar-benar urgent kali ini. Jaga dia baik-baik, ya."

Gadis itu menghela nafas, entah apa yang harus ia lakukan pada pria ini. Inisiatifnya muncul untuk mengambilkan Jimin selimut dan bantal, menatanya untuk pria itu dan membiarkan pria itu tidur di sofa sampai pagi, setidaknya. Sekarang pria itu mencekal tangan Mina. Sepertinya ia sudah sadar dan hanya tipsy.

"Seyeon-ah, aku menyesal..." Racau Jimin.

Raut wajah kebingungan menghiasi gadis itu. Entah kenapa sedikit nyeri menyerang dadanya. Ada yang salah pada dirinya saat Jimin menyebutnya Seyeon.

"Kau benar, seharusnya aku kabur sejak dulu. Kau benar, aku terlalu bodoh karena menjadi boneka ayahku. Kau benar, harusnya aku menjadi anak pembangkang agar tidak menyakiti diriku sendiri. Seharusnya aku mendengarkan kata-katamu. Seharusnya kau tidak menyerah dan menuruti ayahku."

Dada Mina sesak. Seyeon sangat berkesan bagi masa lalu Jimin, ia tahu. Ia juga tahu, bahwa hubungan yang dibangunnya dengan Jimin ini sebatas mutualisme tanpa adanya perasaan yang mendasarinya. Mina paham akan perasaannya kali ini. Tentang apa yang membuatnya sesak mendengar kalimat Jimin tadi, tentang apa yang membuatnya tak bisa menolak permintaan Namjoon.

Ia hanya tak paham akan situasi ini. Ia tak pernah menyukai seseorang lebih dulu.

"Seyeon-ah... Aku merindukanmu."

Dan, kali pertamanya ini sangat menyesakkan.

°°°°°°°°°°

Rasanya pengen segera namatin karena WOYLAH TULISAN GUA DULU MENJIJIKAN SEKALI.

Thanks for reading.

LIE〈Park Jimin x Myoui Mina〉Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang