19. Pretty Lies

459 45 19
                                    

Semua berjalan lancar, ya setidaknya itu yang dilihat orang-orang. Namun tidak dengan komunikasi Mina dan Jimin yang minim. Jimin masih memikirkan kesalahannya sejak kemarin. Demi apapun ini membuatnya gila, kebiasaan lupa saat mabuknya sungguh menyiksa. Tunggu, mengapa juga Jimin sampai tersiksa memikirkan kesalahannya pada Mina. Apa yang ia takutkan, lagipula ini hanya Mina.

Kerumunan berkurang semakin bertambahnya waktu. Sepertinya para tamu sudah pulang, dan itu artinya Mina tak lagi tersiksa dengan heels yang tegak tinggi menjulang seperti tiang listrik, hei itu berlebihan Mina. Tapi memang Mina tipe casual yang tak suka merepotkan dirinya sendiri. Manik Mina menangkap visual Jimin yang berada tepat di depannya, dan itu sungguh cukup membuatnya terkejut. Rautnya menampakkan kesal.

"Kau lelah?"

Mina tertegun, pasalnya Jimin sekarang menanyainya dengan satu alisnya yang terangkat dan menatap Mina terlaku dekat. Mina tak menghiraukan pria itu dan malah beralih ke pintu keluar. Jimin yang merasa diabaikan tentu tak menyerah begitu saja, ia mengejar Mina dan menahannya.

"Kau ini kenapa?? Kau tak menjawab atau mengajakku bicara sama sekali dari kemarin. Apa aku melakukan hal yang kelewatan saat di apartemenmu?"

Gadis itu berbalik menghadap Jimin. Kalau sudah begini Jimin takkan menyerah mengganggunya sampai dia buka suara.

"Kau belum melupakan masa lalumu, ya?"

Pertanyaannya dibalik. Jimin diam dan berpikir. Ia agak sensitif jika seseorang menyinggung masa lalunya.

"Seyeon? Kau cemburu dengannya?" Ucap pria itu yang malah menggoda Mina—seperti tak ambil pusing pertanyaan Mina.

Mina tak yakin Jimin benar menggodanya atau menutupi rasa penasaran dan kalut akan masa lalunya itu.

"Tidak, untuk apa. Aku juga tidak peduli kalau kau merindukannya."

Kau bohong, Myoui.

"Tunggu mengapa kau tiba-tiba menyinggung Seyeon. Apa aku mengatakan sesuatu tentangnya saat tak sadar?"

Tampaknya pria itu tahu ia memang memiliki kebiasaan mabuk yang buruk. Ia mendengar dari Namjoon saat sedang mabuk ia cenderung mencurahkan perasaannya dan jujur. Maka dari itu ia tak mau tidur di rumahnya saat mabuk—atau tiba-tiba ayahnya kesana dan ia berkata yang tidak-tidak— dan memilih tidur di apartemen Namjoon, seorang yang bisa dipercaya.

"Kau bisa pikir sendiri."

Gadis itu memilih melangkah pergi meninggalkan Jimin. Ia sudah tak tahan dengan pria itu ditambah sepatu sialan yang dipakainya ini.

***

Ketukan pintu terdengar dari kamar hotel Mina. Ya, Mina di hotel karena ballroom yang disewa untuk acara tunangannya ada di hotel itu. Sebenarnya Mina sudah tahu siapa sosok yang mengganggu malamnya tanpa mengintip dari lubang pintu, namun ia mengecek kembali untuk memastikan. Dan benar, itu Jimin.

Dengan tidak sopan Jimin langsung masuk begitu pintu sedikit terbuka. Membuat Mina sedikit menganga tak percaya siapa pria tak sopan yang menjadi tunangannya ini.

"Hei kau tidak bisa sembarangan masuk ke kamar seorang gadis, Park! Turun dari ranjangku! Yak Park Jimin!!!"

Tunggu, ini baru pertama Jimin mendengar Mina teriak—walau teriakannya tak sekencang ayahnya saat memarahinya. Pria itu malah terkekeh.

"Kita kan sudah bertunangan, tak perlu se-kaku itu."

Dengan bantal ditangannya, Mina melayangkan satu pukulan empuk pada Jimin. "Tetap saja. Menyingkir dari ranjangku!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIE〈Park Jimin x Myoui Mina〉Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang