11 [DENDAM]

61 6 0
                                    

Sesampainya di rumah sang Bibi, Laura segera turun dari mobil dengan hati-hati karna kepalanya masih pusing. Sementara Kak Jinjin harus kembali ke kantor lagi karna Paman Woojin memanggilnya.

Didepan pintu sudah ada Bi Sujin dengan raut wajah cemas, sambil berkacak pinggang. Laura dapat menebak penyebab raut wajah Bibi menjadi seperti itu adalah dirinya.

Laura berjalan menuju Bi Sujin berada, baru saja Laura ingin menyapanya namun Laura kalah cepat, Ia sudah diserbu oleh pertanyaan-pertanyaan dari sang Bibi. Laura menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar pertanyaan sekaligus ocehan tersebut.

"Ra kamu ngga papa kan?? Ngga ada yang lecet kan??? Mau makan dulu apa langsung tidur?? Bibi masakin makanan kesukaanmu yah?? Eh tapi kamu beneran ngga papa kan sayang??.........."

"Kalau aku jawab sekarang bisa sampe malem nih, aku masuk aja ya Bi." kata Laura tak tau harus menjawab apa.

Bi Sujin pun langsung menuntun Laura ke kamarnya. Namun ditolak keras oleh Laura, Ia tak mau menjadi anak manja apalagi dengan Bibinya.

"Aku ngga papa Bi, Laura bisa sendiri kok."

"Udah jangan bantah."

"Tapiii...." ucap Laura terpotong. Ia berusaha mengelak bantuan sang Bibi, namun Bibinya menolak keras sambil memelototkan matanya membuat Laura mau tak mau harus menurut.

Sesampainya dikamar Laura, Laura merebahkan tubuhnya dengan hati-hati diatas ranjang empuk nan hangat, lalu Bi sujin menyelimuti tubuh Laura sambil tersenyum, Laura pun membalasnya dengan senyuman.

"Ra kamu kalo ada apa-apa tuh bilang sama Bibi, Paman, atau Kak Jinjin juga bisa. Jangan sungkan-sungkan yah." Pesan Bi sujin sambil mengelus puncak kepala Laura kemudian mengecupnya dengan tulus seperti anaknya sendiri.

"Iya Bibi ku sayang, yaudah deh Laura mau tidur."

"Ok deh Bibi keluar dulu yah, kalau butuh apa-apa panggil Bibi!! Bibi sayang Laura." kata Bi Sujin seraya berlalu pergi meninggalkan kamar Laura.

"Ok Bi, Laura juga sayang Bibi." balas Laura saat Bi Sujin akan meninggalkan kamarnya.

******

"Raff." panggil seseorang dari belakang, lantas sang pemilik nama pun membalikkan badan nya dan melihat siapakah yang memanggilnya.

Rafiel memutar bola matanya malas, setelah mengetahui bahwa Si centil bernama Tya kini menghampirinya.

Ia sudah bisa menebak kalau Dia akan berlagak seolah-olah Dia adalah pacar Rafiel, padahal Rafiel sendiri ogah punya pacar sepertinya. Jangankan menjadi pacar, melihatnya saja Rafiel sudah jijik tujuh turunan.

Akhirnya Rafiel tak menggubris panggilan Tya. Ia terus berjalan tanpa sedikit pun melihat ke belakang.

"Raffff!!! Tungguin gue dong!!" panggil Tya sambil berlari sekuat tenaga mengejar Rafiel yang berjalan cepat sekali.

"Tunggu!!" cegah Tya sambil merentangkan kedua tangannya tepat di hadapan Rafiel. Sontak Rafiel terperanjat kaget, untung saja Ia tak menabraknya.

"Raf gue mau nanya sesuatu." kata Tya seraya menatap Rafiel lekat-lekat namun cowo yang ditatapnya kini beralih menatap yang lain seolah-olah Tya tak ada disini.

Tya memang sudah biasa seperti ini, Tya juga tahu kalau sifat Rafiel ini susah diluluhkan. Jadi Dia akan tetap bersabar menghadapinya.

"RAFIEL ARWANA!!!! GUE NGOMONG BUKAN NGEPEL!!! LU DENGER NGGAK!!"

"Cepet!!"

"Jangan disini ayo ikut gue!!" ajak Tya seraya menggenggam pergelangan tangan Rafiel. Sontak Rafiel menepis tangan Tya dengan kasar. Tya hanya menghembuskan nafas frustasi dan kecewa.

RAFIEL&LAURA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang