19 [UJIAN PRAKTEK]

93 9 2
                                    

Budayakan vote dan komen setelah membaca⭐
Happy Reading

____________________________

"DORR!!"

"EHHH CURUT!! AYAM MELAHIRKANN EH AYAM MELAHIRKAN!!" Laura tersentak kaget setelah ada yang mengejutkannya dari belakang.

"KAK JINJINNN!!" Pekik Laura sambil mencubit keras lengan kakaknya itu.

"AWWW!! Sakit njir!! Lagian lo sih ngapain ngelamun mulu?! Mikirin apa lo?!" tanya Jinjin menyelidik seraya mengusap-usap lengannya yang merah.

"Eng-enggak kok, Laura ngga mikirin apa-apa!!" Elak Laura. Padahal jelas-jelas tadi Laura sedang memikirkan kukang irit omong tadi.

Jinjin tersenyum miris. Sebenarnya Jinjin sudah tau kalau adik sepupu kesayangannya ini telah diantar pulang oleh seorang laki-laki. Namun Jinjin tetap diam, Ia ingin menggoda adiknya ini dulu.

"Halah ngeles aja lo!! Pasti lo lagi mikirin si cowok itu tadi kan?! Ngaku lo?!" goda Jinjin dan sukses membuat Laura gelagapan tak jelas.

"A-apan sih?! Cowok mana??" Laura terus mengelak. Tak mungkin juga Laura jujur kepada Jinjin saat ini, yang ada nantinya Jinjin akan meledeknya dan mengadu ke Mama Papa di Indonesia.

"Gausah boong lu!! Gue liat sendiri pake mata kaki gue!!" ucap Jinjin sambil menunjuk-nunjuk kedua matanya yang sipit itu menggunakan kedua jari telunjuknya itu.

"Ha?? Emang ada ya orang kalo liat sesuatu tuh pake mata kaki?? Jelas-jelas Kak Jinjin tuh salah, harusnya tuh mata kepala Kakakkk!! Bukan mata kaki!! Ihhhh gemes deh pengen gelitikin perutnya pake pisau!!" ungkap Laura panjang lebar.

"Yaudah pokonya itu lah. Jadi, kencan dimana aja lo sampe jam segini baru pulang?!" Jinjin kembali menggoda Laura lagi.

"OMGGG!! SORRY YA BANG, LAURA TUH MASIH POLOS, UNYU-UNYU!! Ngga mungkin lah Laura kencan sama cowok kek Dia. Tadi tuh Laura cuman nebeng doang karna gadapet angkot!! Pahamm?!" Capek sudah Laura dipojokkan terus oleh Kakaknya yang laknat ini terus-terussan.

Laura sengaja berusaha menyembunyikan apa yang terjadi di sekolah sampai halte tadi. Ia tak mau orang tahu, apalagi keluarganya. Cukup Rafiel dan teman-temannya saja yang tahu, Laura tak ingin membuat mereka khawatir dan lebih overprotective sama Laura.

"Nebeng apa nebenggg."

"Nebeng Kakakkkk!! Lagian kemana ajasih Kak Jinjin sampe gabisa jemput aku tadi??"

"Gue ada meeting mendadak sama klien, jadi gabisa jemput. Maaf."

"Iya, untung Laura baik." kata Laura lalu melangkahkan kakinya ke pintu rumah.

"RA TUNGGU!!" cegah Jinjin sontak membuat langkah Laura terhenti lalu membalikkan badannya, menatap Kakaknya itu.

"Wae??"

"Gue mau nanya, yang tadi itu pacar lo?? Siapa namanya?? Pinter juga lu cari cowok bening banget!!" Laura melotot, mendengar apa yang dikatakan Kakaknya itu.

"Apaan sih Kak?! Itu bukan pacar Laura!! Cakep juga masih cakep abang-abang jualan cilung depan komplek!!" cerocos Laura asal ngomong.

"Beneran nih?? Loh Ra, lo abis jatoh?? Kok pipi lo pada merah semua??" goda Jinjin setelah melihat kedua pipi adiknya itu memerah seperti tomat karna blushing.

Refleks Laura memegang kedua pipinya lalu lari terbirit-birit meninggalkan Kakaknya yang sedang tertawa terbahak-bahak itu. Laura sangat malu, Ia langsung nyelonong masuk ke kamarnya begitu saja tanpa mengucapkan salam atau apapun. Bi Sujin sendiri bingung melihat tingkah laku Laura tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAFIEL&LAURA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang