"Mau makan apa?"
"Apa saja asal kau yang memasaknya, aku akan makannya."
"Ck, aku masakin nasi saja mau?"
"Tidak masalah, nanti aku bisa menjadikan bibirmu sebagai lauknya."
"Dih seram sekali"
"Hahahaha."
"Tidak berganti baju terlebih dahulu?"
"Nanti saja."
"Ganti dulu, nanti kotor."
Bagaimana aku bisa mengganti bajuku sementara aku saja tidak memiliki baju ganti disini? Haruskah aku memakai baju Jisoo? Batin Bona.
"Ayo cepat ganti bajumu dulu, apa perlu aku yang menggantikannya untukmu?" Tawar Eunseo.
"Tidak, tidak perlu. Aku bisa sendiri." Setelah itu Bona segera berlari menuju kamarnya. Tidak mau lagi mendengar kalimat kalimat aneh yang keluar dari mulut tak bersaring milik Eunseo.
.
.
."Kau yakin tak perlu bantuanku?"
"Tidak, lebih baik kau tunggu saja di ruang tv atau di meja makan. Aku tidak mau jika semakin lama kalau kau berada disini dan mengacaukan semuanya."
"Aku sudah bilang, aku bisa memasak. Aku tidak akan mengacaukan pekerjaanmu."
"Aku tidak percaya."
"Ayolah, kau harus melihat kemampuanku sekarang. Sekali saja." Ucap Eunseo memohon. Bona memutar bola matanya malas.
"Terserahmu saja."
"Apa yang bisa kulakukan?"
"Bantu memotong sayur dan daging saja."
"Siap Boss."
Bona sibuk menyiapkan segala bumbu yang akan digunakan, sementara Eunseo mulai melakukan apa yang Bona minta tadi.
"Tidak buruk." Bona bersuara setelah melihat hasil kerja Eunseo.
"Aku sudah mengatakannya sebelumnya, kau saja yang tidak percaya."
"Karena saat itu kau hampir membuat apartementku terbakar Tuan Son."
"Harus berapa kali aku mengatakannya padamu? Aku sudah belajar 16 tahun ini. Kau tidak perlu lagi meragukan kemampuanku."
"Ya ya ya."
"Haha, ngomong ngomong soal apartement, ini bukan apartementmu yang dulu kan?" Bona menggeleng.
"Kenapa pindah?"
"Apartementku yang lama sudah aku jual saat akan pergi waktu itu."
"Pantas saja aku beberapa kali kesana dan yang kutemui adalah orang lain, dia bilang dia adalah pemilik baru apartement itu."
"Cepat selesaikan pekerjaanmu. Jangan terlalu banyak berbicara."
"Iya iya, dasar bawel."
"Kau tidak sadar siapa yang sedari tadi berbicara panjang lebar? Butuh kaca?"
"Untuk apa? Aku sudah tampan bahkan tanpa berkaca sekalipun."
"Percaya diri sekali."
"Itu kenyataan."
"Terserah apa katamu."
"Kau mengakui kalau aku tampan?" Bona tidak menjawab dan fokus terhadap kerjaannya.
Eunseo yang menunggu jawaban Bona menjadi gemas sendiri. Kemudian tanpa permisi lelaki itu memeluk Bona dari belakang. Tentu saja hal itu membuat Bona terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Tunggal °|| EUNBO
FanfictionSeorang ibu tunggal yang harus mengurus dan membesarkan anaknya tanpa kehadiran seorang pendamping disisinya selain sahabatnya yang rela membagi waktunya untuk membantunya