14.

1.4K 171 64
                                    

"Sudah pulang?" Eunseo dan Bada yang baru saja masuk hanya mengangguk.

"Duduk dulu."

"Ada apa ma?"

"Mama mau bicara."

"Bicara apa?"

"Duduk dulu."

Bada mendudukkan pantatnya di sofa depan Bona sementara Eunseo akan beranjak meninggalkan mereka berdua.

"Mau kemana? Kamu duduk juga."

"Aku?" Tanya Eunseo sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Hantu dibelakangmu, ya kamu pikir sekarang yang sedang berdiri siapa?" Mendengar nada bicara Bona yang menurutnya sedikit tidak enak, membuat Eunseo segera duduk juga.

"Jadi? Mama mau bicara apa?" Bona menatap serius wajah Bada.

"Kamu marah sama mama?" Bada diam dan menunduk.

"Jawab mama Bada dan lihat mama." Bona berucap lembut. Bada mengangkat kepalanya guna menatap sang ibu. Kemudian Bona menangkup pipi anaknya.

"Bada dengarkan mama. Bada sekarang sudah besarkan? Bada sudah bukan anak anak lagi kan?" Bada mengangguk.

"Kalau begitu seharusnya Bada paham. Mama tidak melarang Bada untuk membeli apapun yang Bada mau, sungguh. Tetapi Bada juga harus ingat, jangan membeli sesuatu yang tidak perlu. Memang Mama dan Papa bisa membelikan apapun yang Bada minta tetapi bukan berarti Bada bisa menghambur ngamburkan uang. Itu tidak baik. Akan lebih baik jika uangnya digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat seperti berdonasi bagi yang membutuhkan mungkin. Apa Bada mengerti?" Bada mengangguk kemudian memeluk Bona.

"Maafkan Bada mama." Bona tersenyum kemudian mengelus lembut punggung putrinya.

"Tidak perlu meminta maaf, Bada tidak salah." Ucap Bona lembut.

Setelah melepas pelukannya, Bona beralih menatap lelaki dihadapannya.

"Kamu juga, kamu sudah sedewasa ini, sudah bukan remaja lagi. Jangan mudah marah. Sudah tidak cocok lelaki seumuranmu kalau masih suka marah. Kamu sudah punya anak, tidak seharusnya bersikap begitu, jauh lebih baik jika kamu bisa menempatkan dirimu. Jika sekarang saja sikapmu seperti itu, bagaimana bisa aku meyakinkan diriku untuk bisa bersamamu?" Eunseo yang tadi menatap datar Bona sekarang berubah menjadi serius.

"Apa maksutmu?"

"Bagaimana bisa nanti aku mempercayakan hidupku dan Bada jika sikapmu masih seperti anak kecil begitu? Aku tidak yakin."

"Tidak, tidak begitu maksutku tadi. Tadi aku hanya tidak percaya saja dengan sikapmu."

"Sikap yang bagaimana?"

"Kau melarang anakmu berbelanja sementara dirimu sendiri malah akan menghabiskan uangmu."

"Tidak, siapa bilang? Aku memang benar benar tidak berbelanja. Aku hanya mengantar Jisoo, hanya saja memang aku sudah berjanji akan membayar untuknya. Tetapi aku benar benar tak ada niat membeli apapun." Raut wajah Eunseo berubah menyesal.

"Begitukah?"

"Makanya jika ada apa apa cari tahu dulu, jangan asal marah saja."

"Maafkan aku, aku tidak tahu." Bona hanya memutar bola matanya malas.

"Iya tak apa. Sekarang lebih baik kau pulang." Mata Eunseo memicing.

"Mengusirku?"

"Tidak bukan begitu. Apa kau tak akan pulang ke rumah? Mami akan mencarimu. Aku tidak mau jika nanti menimbulkan masalah karena ini. Lagi pula disini sudah tidak ada baju laki laki yang bersih." Eunseo kembali memicing. Ngomong ngomong soal baju, benar juga selama ini baju siapa yang ia pakai? Kenapa ada baju laki laki di apartement Bona.

Mama Tunggal °|| EUNBOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang