Setelah kejadian Eunseo yang mengatakan perihal rindunya kepada Bona, tanpa rasa salah sedikitpun lelaki itu mengurung Bona diruangannya. Bukan, bukan untuk melakukan hal hal yang buruk, lelaki itu hanya duduk dikursinya sementara Bona duduk dihadapannya, menemani lelaki itu menyelesaikan pekerjaannya.
Sesekali Eunseo akan beristirahat selama 5 atau 10 menit dan itu ia habiskan hanya untuk menatap Bona.
Iya, serindu itu ia kepada wanita dihadapannya ini.
"Kau tidak pernah berubah, tetap cantik seperti dulu. Aku penasaran sudah berapa banyak lelaki yang kau kencani selama 16 tahun terakhir ini." Mulai lagi batin Bona. Lelaki ini benar benar tidak bisa ditebak. Bona lebih memilih diam, malas menanggapi omongan yang menurutnya tidak penting itu.
"Apakah 5? 10? Atau lebih?" Bona mengernyit.
"Lelaki itu, jumlah lelaki yang telah kau kencani." Bona memutar bola matanya malas.
"Aku tak pernah berkencan dengan siapapun sejak terakhir aku bersamamu." Eunseo memincingkan matanya.
"Apa kau sedang berbohong? Aku tak percaya."
"Itu terserahmu mau percaya atau tidak, aku juga tidak memaksamu percaya padaku." Jawab Bona acuh.
"Bagaimana bisa seorang wanita secantik dirimu hidup selama 16 tahun tanpa berkencan?"
"Buktinya aku bisa."
"Kenapa? Apa karena kau masih mencintaiku dan tak bisa melupakanku?"
Mata Bona membulat kaget.
"Apa maksutmu? Mana mungkin begitu."
"Jangan mengelak, aku tau jika kau masih mencintaiku. Sama sepertiku yang masih sangat mencintaimu." Aku Eunseo tanpa basa basi. Wah laki laki ini memang sungguh luar biasa. Luar biasa dalam melakukan dan mengatakan apapun yang dia suka.
"Jangan membual."
"Aku serius Bona." Air muka Eunseo berubah menjadi serius, suaranya yang sebelumnya terkesan angkuh kini berubah menjadi lunak.
"Aku tidak berbohong, aku benar benar masih mencintaimu. Mungkin kau menganggap aku berbohong atau apapun itu setelah 16 tahun berlalu. Tapi nyatanya setelah 16 tahun berlalu semuanya masih sama. Masih sama seperti dulu, disaat kau pergi meninggalkan aku. Aku masih sama, hatiku masih sama, semuanya masih sama. Masih milikmu dan tidak ada yang bisa mengambilnya darimu. Walau jelas kau pergi maninggalkanku tanpa alasan saat itu, tapi dengan bodohnya aku tak pernah bisa membencimu dan tetap memilih untuk menunggumu. Sangat bodoh bukan?"
Bona masih diam tak menjawab, pikirannya menerawang entah kemana. Eunseo menghembuskan napasnya berat, saat tau Bona hanya diam tak bergeming.
"Kau tak percaya padaku? Kalau begitu aku juga akan mengatakan hal yang sama seperti apa yang sudah kau katakan tadi. Aku tidak akan menyuruh dan memaksamu untuk percaya. Itu terserah padamu, tapi semua yang aku katakan tadi benar adanya." Jelas Eunseo kembali. Bona mendongak dan menatap Eunseo sekarang.
"Tidak, bukannya aku tidak mempercayaimu. Aku hanya berpikir bagaimana bisa kau mengatakan hal itu dengan sangat mudah. Setelah tadi kau menghina dan merendahkanku lalu sekarang tiba tiba kau mengatakan jika kau mencintaiku? Aku masih bertanya tanya, apakah kau ini benar benar memiliki hati atau tidak." Ucap Bona.
Tatapan Eunseo berubah menjadi nanar, tatapan tegasnya tadi sudah hilang, tergantikan dengan tatapan sendunya.
"Aku tidak bermaksut, sungguh. Aku hanya takut dan khawatir. Sebenarnya aku hanya ingin tau, tapi entah kenapa mulut bodohku ini malah mengatakan sesuatu yang menyakitimu. Aku sadar, aku sangat sadar setelah melihat reaksimu, jujur hal itu sangat membuatku merasa bersalah. Karena mulut kotorku ini telah mengucapkan kalimat yang menyakitimu. Aku minta maaf." Tatapan Eunseo tak pernah lepas dari wanita dihadapannya ini. Secara tidak sadar air mata luruh membasahi pipi Eunseo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mama Tunggal °|| EUNBO
FanfictionSeorang ibu tunggal yang harus mengurus dan membesarkan anaknya tanpa kehadiran seorang pendamping disisinya selain sahabatnya yang rela membagi waktunya untuk membantunya