-bring back our memories-
.
.
-Flashback-
Aku hidup dengan keluarga yang jauh dari kata buruk. Bapak dan Ibuku tidak pernah bertengkar hebat hingga saling memaki ataupun saling pukul-memukul. Mungkin hanya pertengkaran biasa. Hubunganku dengan kakakku memang tidak baik, tetapi aku masih bisa hidup damai dengan dia. Aku tidak pernah mengutuk kehadiran mereka semua.
Lantas tidak ada alasan untuk aku menjadi anak nakal, bukan?
Aku pikir aku tidak akan pernah hidup neko-neko. Aku pikir hidupku akan lurus-lurus saja seperti jalan tol. Tetapi aku salah mengira. Hidupku terus saja berjalan tidak sesuai dengan keinginan dan bayanganku.
Mengapa?
Pikiranku mengarahkan pada gadis itu. Semua terjadi saat gadis itu datang menyerang kehidupanku dengan segala kerusuhannya. Gadis itu benar-benar membawa dampak yang besar.
Kadang aku membenci keadaan dimana aku membutuhkan gadis itu. Dia bagaikan candu bagiku.
Mungkin aku sudah gila. Tidak pernah sekalipun terpikir oleh benakku untuk mendapatkan hatinya.
Tetapi mengapa semua berjalan seperti ini?
6969
Baru dua bulan ini aku menjajaki bangku SMA. Kata kebanyakan orang, masa SMA adalah masa yang paling indah. Ah, aku tidak ingin terlalu mempercayai hal itu.
Selama ini aku tidak pernah merasa akan menjauhi jalan lurusku. Tapi satu gadis ini—yang tidak pernah aku sangka akan berperan besar dalam masa putih abu-abuku—dia dengan anggunnya masuk ke dalam kehidupanku tanpa ijin terlebih dahulu.
Selama ini aku belum pernah memiliki rasa seperti ini. Aku tidak pernah bersinggungan dengan yang namanya dunia lines. Tapi karena dia—yang menurutku juga masih sama-sama baru dalam hal ini—membawaku masuk ke dalam dunia yang tidak pernah aku sangkakan sebelumnya. Aku dipaksa bersinggungan langsung dengan dunia lesbian.
Oke, here we go. Petualanganku akan segera dimulai. Berawal dari sebuah kecupan yang tidak akan pernah aku lupakan. Kecupan yang membuat semuanya menjadi berbeda. Tidak ada lagi predikat "teman normal" yang melekat.
6969
Siang itu ketika jarum jam menunjukkan pukul dua, bel tanda usainya belajar mengajar di sekolah telah berbunyi. Semua murid bersorak, tidak terkecuali aku. Suara bel itu bagaikan alunan musik sorgawi. Dentingnya sangat merdu, hingga tidak ada seorang pun yang tidak tersenyum ketika mendengar suara itu.
Seperti biasa, seperti yang sudah-sudah, hari ini adalah jadwalnya menonton film. Hari ini yang mendapatkan giliran membawa film adalah Tiara. Gadis berbadan tambun, berpipi bakpao, dia teman duduknya Ita.
Usai berdoa untuk pulang, bapak guru meninggalkan kelas X-A, beberapa anak masih tinggal di kelas untuk ikut menonton film. Ada sekitar sepuluh orang di dalam kelas ini, termasuk Ginna.
Fyi, menonton film setelah pulang sekolah itu adalah salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh murid-murid di kelasku. Tentunya, kami menonton dengan menunggunakan fasilitas sekolah, yaitu LCD proyektor.
Semua sibuk mempersiapkan apapun yang dibutuhkan untuk menonton. Ada Ita yang menutup gorden jendela kelas, ada Amanda yang membeli makanan ringan. Ada Risa yang mempersiapkan LCD proyektor, dan ada juga Tiara yang mempersiapkan film.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rabbit Hole
Lãng mạnDulu kau yang ingin menutup pintu. Yang memaksa aku terbiasa. Kini kau datang ingin mengulang waktu. Aku enggan, meski sebenarnya kita bisa. "I'll survive with or without you." -Ankara . . . Copyright © 2019 by blavkflannel_ Hak Cipta Terlindungi S...