File 8:

2.3K 302 99
                                    

-flashback off-

.

.

Seperti biasa, malam sebelum tidur aku pasti akan mengecek semua sosial media dan pesan-pesan yang belum sempat kubaca atau kutanggapi. Setelah puas berselancar di sosial media Instagram dan Twitter, aku memutuskan untuk membuka aplikasi perpesanan Whatsapp.

Banyaknya chat membuatku harus meneliti satu persatu, mana yang harus segera mendapatkan balasan dan mana yang tidak perlu dibalas. Jariku berhenti men-scroll, tiba-tiba saja terpaku pada satu nomor yang kemarin menghubungiku untuk memberikan konfirmasi janji temu perihal wawancara kerja. Aku benar-benar tidak pernah menyangka akan mendapatkan pesan lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Dengan ragu, kubuka pesan dari dirinya.

08123409xxxx: Hai.

Hanya tiga huruf. Tetapi itu berhasil membuatku terdiam. Pesan tiga huruf itu kembali mengingatkan aku pada kejadian beberapa tahun silam, dimana kami baru saja saling kenal. Pesan tiga huruf itu sama persis seperti pesan yang pertama kali dia kirimkan padaku. Rasanya aku seperti mengalami dejavu.

Ginna adalah satu-satunya perempuan yang pernah mem-belok-an aku. Hanya dia yang pernah menjalin hubungan khusus denganku. Sebelum aku mengenal Ginna, tidak pernah ada kepikiran untuk menjalin hubungan cinta dengan sesama perempuan.

Karna dia aku jadi belok, walaupun sebenarnya aku tidak mau disebut belok, karena aku belok-nya cuma sama satu orang, dia toktil. Dia yang membuat aku hilang arah, dia yang membuat aku "buta", dia yang suka memutarbalikkan fakta yang ada. Dan dia, ah, what the f!

Perempuan itu dengan mudahnya memikat aku dengan segala pesona yang dia tawarkan, dan dengan segala kegilaan serta ketidakwarasan yang ada. Mata dan hatiku yang saat itu benar-benar sudah membuta akhirnya termakan juga dengan bujuk rayunya.

Tiga tahun aku duduk di bangku sekolah menegah atas, dua tahunnya aku habiskan untuk menjalin romansa dengan dirinya. Hubunganku yang terjalin selama dua tahun itu tidak pernah tidak ada konflik.

Ginna selalu saja pandai melimpahkan segala kesalahannya padaku. Dia yang salah tetapi aku yang harus mengalah. Kesalahan apapun yang dia perbuat, selalu aku yang harus memperbaikinya. Seolah-olah semua itu salahku.

Dengan penuh kesabaran aku menerima dirinya. Dengan penuh cinta aku menerima dirinya. Dengan penuh kasih sayang aku menerima dirinya. Tetapi apa itu terlihat di matanya? Dia tidak pernah melihat itu, karena dalam pikirannya selalu aku yang salah, selalu aku yang suka menebarkan pesona, selalu aku yang membuatnya cemburu. Pokoknya, aku selalu salah. What the f, again!

Dia pikir aku tidak cemburu begitu ketika aku melihatnya jalan dengan kekasih lelakinya itu? Dia pikir aku tidak sakit hati dan kecewa begitu ketika mengetahui ternyata dia balikan lagi dengan mantan kekasihnya sehari setelah mereka putus? Dia pikir aku ini robot yang tidak memiliki hati dan perasaan begitu?

Dia membuat aku hilang akal. Mau-maunya aku menjadi yang kedua. Apa semua orang yang sudah jatuh pada kubangan cinta memang akan mendadak menjadi buta dan bodoh?

Sebenarnya tidak pernah ada tuh kata "berpisah" secara resmi yang keluar dari bibir kami masing-masing. Tiba-tiba saja, ketika memasuki kelas tiga semester akhir, dia menjauhi aku tanpa alasan yang tidak pernah aku ketahui hingga sekarang. Aku tidak mengerti mengapa aku bisa terjebak dengan Ginna yang tidak pernah bisa puas menjalin hubungan dengan satu orang. Mengapa bisa aku jatuh hati dengan perempuan pencemburu, posesif dan suka ngambek seperti dia?

Selama menjalin hubungan dengan Ginna—baik di tahun pertama maupun di tahun kedua—aku pernah memergoki Ginna sedang berkirim pesan dengan kakak kelas—perempuan—bahkan beberapa kali mereka sering jalan bareng.

Aku cemburu pun rasanya percuma. Mau sampai aku jungkir balik dari Sabang sampai Merauke sepertinya Ginna tidak akan peduli. Dia pikir aku ini strong. Dia pikir aku ini masih ada hubungan darah dengan Wonder Women, Cat Women, atau siapalah itu perempuan-perempuan berkekuatan super. Meski tampilanku agak manly, tapi tetap saja hatiku hello kitty. Aku bisa menangis seperti dia, aku bisa gundah gulana, galau merana seperti dirinya. Kesel akutuh.

Yang sangat aku sayangkan, aku baru sadar kalau ternyata Ginna menjalin hubungan dibelakangku dan dibelakang kekasih laki-lakinya setelah jalan satu setengah tahun. Padahal setiap saat aku dekat dengan teman-temanku, Ginna cemburunya setengah mati, tapi pas—

Boleh ngomong kasar tidak, sih?

Aku kadang kesal dengan sifatnya itu, tetapi bodohnya, aku tetap mau-mau saja dengan dia yang memiliki keahlian cheating. Dan sialnya, aku yang dicampakkan sampai sekarang masih tidak bisa menghilangkan dirinya dari pikiranku. Seolah-olah dia itu sudah mendarah daging menyatu dengan otakku.

Sebenarnya pakai ilmu hitam jenis apa sih perempuan itu?

Mataku mengerjap, tersadar ketika ponsel yang kupegang bergetar. Pesan dari dirinya kembali masuk, membuyarkan ingatanku.

08123409xxxx: Aku ingin bertemu lagi denganmu. Boleh, ya?

Aku hanya bisa menghela nafas. Kubalas pesan itu dengan menanyakan kapan dan dimana. Inginku menolak mentah-mentah ajakan itu, tetapi sepertinya otak dan hatiku saat ini sedang tidak sinkron. Hatiku menginginkan kembali bertemu dengannya, tetapi otakku menolak. Dan siapa yang menang? Hatiku! Bgst!

Kenapa sih hatiku masih saja menginginkan kembali bertemu dengan perempuan itu?!

08123409xxxx: Bagaimana kalau besok? Setelah kamu selesai bekerja? Di Epic Café dekat kantormu?

Selang beberapa detik pesanku kembali berbalas. Kembali aku menghela nafas. Mengapa disaat-saat seperti ini otak dan hatiku tidak mau saling bekerjasama? Mengapa mereka malah saling beradu keinginan? Seharusnya kan aku menolak saja.

Me: Jangan di Epic Café , disana makanannya tidak begitu enak. Di Kedai Pine aja.

08123409xxxx: Oke. Sampai jumpa besok. Selamat malam dan selamat tidur :)

Setelah membaca pesan terakhirnya, aku kembali menghela nafas. Kuletakkan ponselku di atas nakas. Aku menyesali keputusanku mengiyakan ajakan Ginna. Bertemu dengannya bukanlah sesuatu yang benar.

Bagaimana jika dia kembali memberikan penawaran yang tidak bisa aku tolak?

Bagaimana jika dia kembali memikatku dengan segala pesona jahatnya?

Kenapa dia tidak pergi saja dari kehidupanku?!

Kenapa sih dia harus datang lagi?!!!

Kenapa, ha, kenapa?!!!!!

-696969-

#iya, paham. "Bgst" kan emang nama tengahmu.

#Jadi, di tim manakah kau? #timudahmove atau #timgakbisamoveon atau #timotwmoveon?

Rabbit HoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang