-hari kasih sayang-
..
Beberapa minggu yang lalu, hatiku tersayat. Sakit rasanya menyadari kenyataan pahit. Aku yang tidak biasa menangis, tiba-tiba menangis sesenggukan ketika melihat Ginna berboncengan dengan kekasihnya. Melihat interaksi mesra kedua insan itu seperti menamparku, menyadarkan aku akan kenyataan ini.
Ginna sudah memiliki kekasih. Tetapi anehnya, aku merasa Ginna seperti memberikan aku kesempatan untuk masuk ke dalam hatinya, merebutnya dari kekasih hatinya. Aku merasa seperti menjadi kekasih gelapnya.
Kedekatanku dengan Ginna memang sudah tidak bisa dikatakan "wajar". Meski status kami masih "berteman", tetapi hubungan kami tidak seperti teman perempuan dengan teman perempuannya yang lain.
Aku menyayangi Ginna, seutuhnya. Dia juga menyayangi aku, tetapi tidak seutuhnya. Sakit rasanya. Tetapi mau bagaimana lagi? Aku tidak patut cemburu karena Ginna bukanlah kekasihku. Aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk mencegah Ginna bertemu dengan kekasihnya.
Apa yang harus aku lakukan?
Kadang aku merasa ini semua tidak adil. Aku tidak boleh berdekatan dengan teman-temanku, tetapi Ginna masih saja lengket dengan kekasihnya. Tidak adil, kan? Setiap hari Ginna tidak pernah absen untuk cemburu. Dia selalu saja cemburu jika melihat aku berinteraksi dengan teman-teman sekelasku yang berjenis kelamin perempuan. Terlebih lagi, Ginna akan murka jika melihat aku berdekatan dengan Meg atau Amanda.
Bagiku ini tidak masuk akal, sih. Jelas-jelas Amanda itu teman sebangku-ku, masa aku tidak boleh berdekatan ataupun berinteraksi dengan teman sebangku-ku? Terus aku harus duduk sendiri begitu?
Mungkin bagi Ginna aku ini seperti lelaki hidung belang yang kalau tidak dijaga dengan baik bisa secepat kilat berpindah ke hati yang lain. Padahalkan aku hanya menjalin pertemanan dengan teman sekelasku, memangnya tidak boleh aku menjalin pertemanan? What the heck, kan?
Ah, tetapi setidaknya hari ini mendung di hatiku lenyap. Tadi sore aku mendapatkan sebuah good news dari Ginna. Emm, sebetulnya good news untukku sih, bukan untuk Ginna. Tadi siang, setelah pulang sekolah, Ginna pergi dengan kekasihnya. Sorenya, Ginna menghubungiku.
Guess what?
Yup! Dua sejoli itu berpisah. Berita baik, bukan?
Seharusnya aku tidak boleh terlihat senang ketika ada orang yang bersedih karena putus cinta. Tetapi, putusnya Ginna dengan sang kekasih adalah good news, gimana dong?
Walaupun dari kami tidak pernah ada yang membicarakan perihal perasaan masing-masing, tetapi aku sangat yakin seratus persen kalau Ginna itu menyayangiku selayaknya dia menyayangi kekasihnya. Oh, maaf, ralat. Mantan kekasihnya.
Fyuh, finally, sainganku berkurang satu. Jadi sudah tidak ada lagi yang bisa membuat air mataku terjatuh secara dramatis. Mataku sudah tidak akan terkontaminasi ketika melihat Ginna bermesraan dengan mantan kekasihnya itu.
Syukur kepada Allah?
"Sudah jangan menangis. Masih ada aku disini. Ingat, putus satu tumbuh seribu." Kucoba untuk menenangkan Ginna dengan merengkuhnya ke dalam pelukanku. Kuusap punggungnya dengan lembut.
Karena Ginna memaksaku untuk datang ke rumahnya, jadi terpaksa aku harus membohongi orangtuaku agar diperbolehkan keluar rumah malam-malam. Aku harus membuat alasan palsu jika aku ingin mendapatkan ijin.
Saat ini aku sudah tidak merasa canggung lagi ketika hanya berdua dengan Ginna. Serta, aku sudah tidak canggung lagi memeluk tubuhnya. Mergo wes kulino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rabbit Hole
RomanceDulu kau yang ingin menutup pintu. Yang memaksa aku terbiasa. Kini kau datang ingin mengulang waktu. Aku enggan, meski sebenarnya kita bisa. "I'll survive with or without you." -Ankara . . . Copyright © 2019 by blavkflannel_ Hak Cipta Terlindungi S...