Di pertengahan bulan suci Ramadhan aku mengadakan acara istimewa bersama sahabat kecilku. Hari ini tanggal 10 Juni 2017, aku bersama The RISTA-nama grup persahabatan- pergi untuk buka puasa bersama, sederhana tapi bahagia. Saat di rumah makan, teman-temanku membahas tentang pasangannya.
"Aku bingung tau, kalau makan sama calon suami di tempat kayak gini dia nggak suka. Aku pesan burger dia nggak doyan, pesen ini dia nggak suka," tutur sahabatku.
Lalu aku menyambunginya. "Iya, bener banget, aku juga dulu suka bingung, Udin nggak suka makanan kayak gini."
Serentak teman-temanku menjawab. "Huuuh Udin lagi!! Udin terus! Udin Sedunia!! Udah, jangan bawa-bawa Udin mulu," tutur mereka dengan nada kesal.
'Ya Allah, sesayang itukah mereka kepadaku? Hingga mereka tak ingin mendengarkan aku menyebut nama Udin lagi.'
Sudah memasuki malam 16 Ramadhan, tetapi Allah belum juga mempertemukan aku dengan lelaki pilihan-Nya itu. Walau begitu, aku tak pernah lelah meminta untuk mempertemukan aku dengan jodoh terbaik pilihan-Nya.
Sehari setelah acara buka bersama, tepatnya malam 17 Ramadhan, aku mencoba untuk kholas lebih dari 1 juz. Hal itu kulakukan karena sekarang adalah malam nuzululqur'an. Aku melakukannya seraya berwasilah agar Allah menjodohkan aku dengan lelaki yang dekat dengan Al-Qur'an.
Siang hari di tanggal 17 Ramadhan, aku mendapatkan pesan singkat dari Teteh Iffah.
Teteh Iffah:
Bismillah... ada ikhwan usia 20 tahun, lagi nyari pendamping. Boleh minta CV Resty?
Sejujurnya saat membaca pesan tersebut sikapku merasa biasa saja. Tapi, setelah istikharah, hati ini semakin ingin tahu, siapa ikhwan itu?
Malam harinya, Teteh Iffah kembali mengirimi aku pesan. Kali ini ia lampirkan fail berbentuk audio. Setelah kuamati, ternyata itu suara murottal seorang ikhwan melantunkan Qur'an surat Al-Kahfi.
Hatiku bergetar saat mendengarnya. Aku penasaran dan ingin menanyakan pada Teteh Iffah.
Resty:
Suara siapa itu, Teh?
Teteh Iffah:
Itu suara ikhwan yang Teteh ceritain tadi.
Malam ini aku kembali bertemu dengan-Nya dalam istikharah, tidak kusebut namanya karena tak tahu siapa dia. Tapi, kuyakin Allah tahu siapa orang yang dimaksud dalam doa.
Setelah istikharah, aku langsung berkata pada Teteh Iffah lewat pesan singkat.
Resty:
Iya Teh, saya mau ta'aruf, tapi saya tidak mau jika harus chatting langsung dengan beliau. Beliau orang mana?
Teteh Iffah:
Neng, perihal ikhwan tadi, Teteh tidak mengenal baik. Tapi, sahabat Teteh Insya Allah tahu semua tentang beliau, namanya Teh Vivi.
Walau aku sempat berpikir 'Permainan macam apa ini ya Allah? Kok, melibatkan banyak orang, asa ribet gini!'
Akhirnya aku menjalani ta'aruf dengan Teh Vivi. Perantara sesungguhnya antara aku dan ikhwan tersebut.
Percakapan perihal ta'aruf dimulai oleh aku yang menyapa Teh Vivi via WhatsApp, saat itu Teh Vivi membalas.
Teh Vivi:
Oh Iya... ini Resty yang berniat untuk ta'aruf, ya? Kenalkan saya Vivi, tetangganya Mas Rizki, di Subang, sekaligus murid bapaknya juga.
Mendengar bahwa beliau orang Subang, aku sempat berpikir negatif. 'Mana mungkin orang jauh mau ta'aruf denganku,' tapi, sebisa mungkin kubuang jauh pikiran teesebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insyaallah Berkah Selamanya - TELAH TERBIT
General FictionBanyak orang yang bertanya, "Bagaimana kisah pertemuan Resty dan suaminya di novel Cadarku BUKAN Teroris?" Novel ini jawaban dari segala pertanyaan teman-teman tentang. "Mengapa Resty bisa dinikahi pemuda istimewa itu?" Teman-teman sudah sering mend...