Sesuai temanya, yuk kita ta'aruf dulu, "Assalamu'alaikum ... dari tadi kita belum kenalan ya. Hai kenalanin, namaku Resty Fathimah Az-Zahra."
Ya... mungkin sebagian besar pembaca berkata, "Udah tahu, kok," atau malah ada yang bilang, "kok, beda sih, namanya?" Ah, bagiku nama tak begitu penting, yang terpenting kalian benar-benar mengenalku.
***
Selain menggeluti dunia maya sebagai pejuang komunitas Indonesia Tanpa Pacaran dan bisnis daring, aku selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah, agar Allah mendekatkan jodoh. Setelah sekian lama memutuskan hubungan dengan pacar di masalalu akibat niat hijrahku karena Allah, beberapa tahun kemudian aku justru diterpa virus merah jambu.
Lebi tepatnya, di tengah keistiqomahan mempertahankan status jomlo fisabilillah, Allah hadirkan seorang lelaki yang sempat membuatku terkagum-kagum. Di tahun yang sama aku mengenal sebuah lembaga dakwah yang memfokuskan pada kampanye stop pacaran untuk mendukung gerakan nikah muda. Saat itu usiaku masih19 tahun dan sejak itu pula aku memiliki tekat yang bulat, memberanikan diri untuk menikah muda.
Kurang lebih enam bulan lamanya, nama Udin selalu kusebut dalam setiap doa dalam sujud di sepertiga malam. Awalnya kusangka ia adalah buah dari tahajud. Sayangnya, selang beberapa bulan setelah khitbah, Udin justru berpacaran dengan santri putri di salah satu pesantren yang biasa aku kunjungi.
Karena sakit hati masih membekas, rasa tersebut semakin mendorong semangatku untuk terus mendekatkan diri kepada Allah. Aku membatasi segala interaksi dengan lawan jenis. Kusingkirkan semua pikiran tentang Rizky Reynaldi si TNI muda. Aku buang jauh-jauh tentang Dilan, kakak kelasku yang menjadi Polisi. Aku mengalihkan semua pikiran tersebut dengan membuat tulisan-tulisan pendek di media sosial tentang bahaya khalwat, pacaran, serta ta'aruf rasa pacaran.
Aku terus mengamalkan nasihat dari Umi, perbanyak istikharah serta tahajud, merayu Allah agar rasa sakit hati ini segera terobati. Mendekatkan diri kepada Allah adalah satu-satunya cara agar Allah dekatkan aku dengan jodoh.
Selain berdakwah di media sosial, aku juga perbanyak tilawah minimal satu hari kholas satu juz. Jika sedang berhalangan, kumanfaatkan waktu untuk mendengarkan murottal. Prinsipku saat ini adalah 'Tiada hari tanpa Al-Qur'an.'
Entah kenapa aku memiliki keyakinan, di Ramadhan tahun ini Allah akan datangkan jodohku yang juga dekat dengan Al-Qur'an. Walau memiliki keinginan menikah dengan seorang hafiz Qur'an, tetapi aku selalu berpikir: 'Mana mungkin ada hafiz yang mau melamarku dalam waktu dekat, sedangkan aku hanya wanita biasa yang sedang belajar taat.'
Pikiran tersebut selalu muncul ketika sadar bahwa aku tidak memiliki teman atau kenalan seorang hafiz Qur'an.
Setiap hari aku selalu melakukan ikhtiar dengan perbanyak istikharah serta belajar untuk tidak berharap kepada siapa pun, meletakkan harapan tertinggi hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Aku selalu berpikir, jika aku ingin mendapatkan lelaki saleh, maka aku harus menjadi solihah.
***
Sebulan lebih sejak kejadian Udin menyakiti aku, fisik dan mentalku kembali pulih. Semangat hidupku sudah terkumpul secara penuh. Salah satu tanda kegigihanku dalam menjalani hidup adalah dengan aktif di berbagai kegiatan. Salah satunya berdagang.
Tanggal 28 Mei 2017, tepatnya 03 Ramadhan 1438 Hijriyah aku dibanjiri orderan kerudung. Sore ini aku mendapatkan seorang pelanggan yang berbeda dari biasanya. Perempuan itu Teteh Iffah, salah satu akhwat tangguh yang pernah aku kenal.
Beliau menanyakan tentang harga khimar dan entah bagaimana obrolan kami via WhatsApp bisa mengarah ke pertanyaan pribadi.
Teteh Iffah:
KAMU SEDANG MEMBACA
Insyaallah Berkah Selamanya - TELAH TERBIT
Fiksi UmumBanyak orang yang bertanya, "Bagaimana kisah pertemuan Resty dan suaminya di novel Cadarku BUKAN Teroris?" Novel ini jawaban dari segala pertanyaan teman-teman tentang. "Mengapa Resty bisa dinikahi pemuda istimewa itu?" Teman-teman sudah sering mend...