10 💞 Katanya Sih, Nadzor

321 32 1
                                    

Dunia seolah berputar begitu cepat. Aku tak sadar bahwa lebaran telah lewat dua hari yang lalu. Artinya, hari ini bertepatan dengan tanggal 03 Syawal. Selasa pagi di 27 Juni 2017 ini aku tidur selepas subuh dan kembali bangun pukul sepuluh.

Seperti biasanya, benda pertama yang kucari ketika bangun tidur adalah handphone, hal itu sangat buruk dan tidak pantas dicontoh.

Setelah kulihat bahwa waktu telah menunjukan pukul 10:15, aku langsung membuka WhastsApp dan benar saja! Aku dikejutkan dengan sebuah pesan di grup -INSYA ALLAH BERKAH- yang masuk sejam lalu.

Rizki:

Resty, saya sudah berangkat dari Subang.

Tak mau banyak basa-basi, aku langsung membalasnya.

Resty:

Iya, Mas. Hati-hati.

Usai membalas, aku bergegas ke kamar mandi dan segera bersiap-siap untuk menyambut kedatangan Rizki.'Upz... salah! Bukan gitu ceritanya, kok."

Hari ini agendaku selain kedatangan Rizki adalah bertepatan dengan reuni bersama teman-teman SD. Acara itu berlangsung setelah isya, tetapi ada banyak hal yang harus disiapkan. Salat duha belum terlaksana, badan juga masih bau, wajah kucel akibat bangun tidur, wajar bila aku terburu-buru karena setelahnya berencana pergi untuk membeli keperluan nanti malam.

Usai mandi dan menunaikan dugem... duha gembira, aku pergi membeli keperluan di waktu mendekati azan zuhur.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja ada pesan masuk dari Rizki.

'Drrrrt!!' ponselku bergetar.

Rizki:

Di GPS tiga puluh menit lagi sampai. Saya kabari nanti kalau sudah di masjid At-Taufiq.

Aku mengabaikan pesan tersebut. Pikirku 30 menit lagi itu masih lama, pasti sudah kembali ke rumah.

Ternyata, setelah sampai di tempat tujuan, toko yang kumaksud tutup. Sempat bergumam, "Ya Allah ... Bagaimana in?"' Namun Lyan memberi saran.

Akhirnya, kami berempat, aku adikku dan kedua sepupu memutar balikan arah dan mencari toko yang buka. Entah kenapa di tengah perjalanan kami berempat berpencar. Aku bersama sepupu dan Lyan bersama sepupu yang lainnya.

Urusan belum selesai, ponselku kembali bergetar dan aku melihat ada Rizki mengirim sebuah pesan singkat.

Rizki:

Saya sudah sampai masjid, ini. Nanti mau salat dulu.

Keningku mengerut saat membaca pesan tersebut. Posisiku benar-benar membingungkan. Jika kegiatan sekarang diteruskan, maka aku akan tiba di rumah setelah Rizki sampai. Perbuatan seperti itu tidak sopan. Namun, jika aku pulang, kegiatan reuni nanti malam pasti tidak sempurna.

Akhirnya aku meminta kembali ke rumah walau urusan belum selesai. Aku tahu mana yang lebih pantas untuk menjadi prioritas.

Sesampainya di rumah, ada pesan masuk dari Teh Vivi di grup WhatsApp -INSYA ALLAH BERKAH-.

Teh Vivi:

Assalamu'alaikum Rizki, Resty... maaf memotong sebentar. Selamat Hari Raya Idul Fitri, ya. Mohon maaf lahir dan batin. Maaf kalau Teteh ada salah dalam perkataan dan perbuatan. Semoga kita semua kembali dalam keadaan Fitri dan dimudahkan segala urusannya. Aimiin. Untuk kalian... semoga pertemuan hari ini dilancarkan, ya. Semoga berjodoh dan prosesnya dimudahkan oleh Allah Subhanahu Wa Taala, aamiin. Untuk selanjutnya, saya serahkan sama Resty dan Rizki mau bagaimana komunikasinya. Saya rasa Resty dan Rizki bisa saling menjaga. Nuhun.

Insyaallah Berkah Selamanya - TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang