"Winwin," teriak Rose.
"Ada apa?" Rose sibuk memapah Winwin sambil menembak ke sasaran yang bisa ia jangkau.
"Winwin tertembak. Yangyang bantu kami," kata Lucas yang masih melindungi Yuqi, tak lama kemudian Yangyang muncul bersama Hendery dengan senjata aneh yang ada di tangan mereka.
"Pakai ini." Yangyang memberikan masker walaupun Winwin lemah dia masih bisa memakai masker.
"Hendery sekarang." Yangyang memberi aba-aba setelah semuanya memakai masker, Hendery yang mendengar perintah Yangyang melemparkan sebuah bola berwana ungu dan tak lama kemudian asap muncul dan seingat Rose itu adalah asap beracun.
Namun, berkat asap itu mereka bisa keluar dari gedung bahkan mereka bisa sampai ke mobil dengan selamat walaupun mereka belum benar-benar selamat. Karena anak buah TOP masih mengejar mereka.
"Kalian pergilah ke Kun, aku harus membawa Winwin ke Ten, dia yang bisa mengobatinya." Tak ada yang protes karena memang merasa bahwa ide Rose adalah yang paling benar, mereka harus mengamankan Yuqi dan menyelamatkan Winwin.
Kini mereka memasuki mobil yang berbeda dengan tujuan yang tak sama. Dengan dua arah mobil yang berbeda itu sedikit membuat anak buah Top bingung harus mengejar siapa, tapi akhirnya mereka lebih memilih mengejar mobil hitam yang dikendarai Rose dengan Winwin dibandingkan mengejar Lucas dan Yuqi, mungkin karena dari awal target mereka adalah Rose dan Winwin.
"Mereka mengejar kita," kata Rose.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Rose saat Winwin bergerak membuka jendela dan menembaki mobil di belakangnya.
"Menyelamatkan kita, percayalah."
"Kumohon jangan banyak bergerak. Kau terluka jangan membuatku takut." Ketakutan Rose di dunia ini hanya ada satu yaitu ia tak bisa berada di tempat yang sama dengan Winwin, ia takut Winwin meninggalkannya.
"Kita akan baik-baik saja, jangan takut," kata Winwin masih menekan perutnya yang tertembak dan menghapus air mata Rose di pipi yang kini malah kotor karena noda darah Winwin.
"Jangan menangis Rose," ucap Winwin dan Rose berusaha keras untuk menelan tangisannya apalagi kini anak buah Top terus saja menembak mobil mereka.
"Apa aku pernah memberitahumu betapa jeleknya kau saat menangis?" Winwin mencoba memberi lelucon pada Rose.
"Aku selalu cantik di matamu." Rose menanggapinya walaupun air matanya kini masih mengalir.
"Iya kau sangat cantik hingga aku selalu terpana melihatmu, dan selalu jatuh berkali-kali karenamu." Air mata Rose semakin mengalir deras, semua yang dikatakan Winwin seperti seseorang yang ingin pamit pergi.
"Kelak jika aku pergi."
"Kau tidak akan kemana-mana." Rose menjadi emosional dengan ucapan Winwin apalagi wajah Winwin yang semakin pucat.
"Aku akan berada di sisimu, tapi jika suatu saat aku pergi jangan memikirkanku terlalu sering aku tak ingin kau sedih. Kau tahu aku tak suka melihat kau sedih."
"Aku akan membunuhmu jika kau berani pergi dariku," kata Rose dengan nada yang bergetar.
"Aku akan berusaha keras untuk tak meninggalkanmu, aku akan ber—ah." Winwin menyengit kala rasa sakit di luka tembaknya semakin terasa, ia yakin bahwa umurnya tak akan lebih lama lagi.
"Jangan bicara, dan jangan mati kau harus hidup untuk bayi kita." Winwin tersenyum dengan wajah yang kesakitan.
"Kita berhasil?" tanya Winwin dengan susah payah sementara Rose mengangguk dengan air.