Part 15

89.5K 1.4K 241
                                    

Daniel menatap ponselnya dengan tercengang. Tiga kali panggilannya dan selalu di abaikan oleh bianca dengan tragis.

"Apa-apan ini." Gumam daniel meremas ponselnya dengan erat. Ia mengambil telephone ruangannya dan menyambungkannya dengan telephone sekertarisnya langsung.

"Deya keruangan saya sekarang." Seru daniel begitu dingin.

Daniel langsung memutuskan sambungannya dan menatap tajam pada pintu ruangannya menunggu dengan tidak sabar untuk deya segera masuk keruangannya sekarang juga.

Tok...Tok...Tok...

"Masuk."

"Maaf sir. Ada yang bisa saya bantu?"

Daniel melemparkan buku catatannya dan juga pensil nya keatas meja kerjanya dengan kasar.

"Tulis alamat bianca sekarang juga."

Deya mengerutkan keningnya menatap bossnya.

Daniel menatap deya tajam. "Sekarang deya." Ucap daniel mentap tajam pada deya.

Deya gelagapan di tatap begitu tajam oleh bossnya. "Baik sir." Deya langsung mencatat alamat apartemen bianca di buku catatan bossnya.

"Dan juga. Kamu hubungi bianca sekarang juga disini. Sekarang." Perintah daniel tegas.

Deya pun mengangguk dan langsung mengambil ponselnya di saku jasnya dan ia pun langsung menghubungi nomer bianca dengan cepat. Boss nya sudah gila di tinggal bianca pergi dari perusahaan. Batin deya berdecak kesal.

"Halo Ca_..."

"DIMANA KAMU SEKARANG HAH?" Sentak daniel setelah merebut paksa ponsel deya.

Bianca disebrang sana tertegun mendengar bentakan daniel di ponselnya.

"Daniel?" Tanya bianca pelan.

"KAMU PIKIR SIAPA HAH!" Bentak daniel lagi lebih keras.

Bianca Memutar matanya disebrang sana mendengar benatakan daniel yang tidak tau tempat.

"Ada apa daniel?" Tanya bianca santai.

Daniel melebarkan kedua matanya mendengar nada suara bianca yang terdengar santai di sebrang sana.

"Kamu tidak menganggkat panggilanku bianca. Dan sekarang kamu bertanya dengan begitu santainya. Kamu benar-benar tidak nemiliki hati hah?"

"Daniel kamu ini kenapa sih? Aku tadi baru makan. Dan kamu pikir aku harus makan dengan menganggkat panggilan dari kamu begitu!"

"Setidaknya kamu beri aku pesan jika kamu sedang makan. Kamu pikir aku tahu kamu sedang makan hah!"

"Sudahlah. Aku malas mendengar suara bossy kamu. Ada apa menghubungiku menggunakan ponsel deya?"

"Datang ke apartemen aku malam ini. Jika tidak. Aku akan membuat perhitungan dengan kekasih kamu bianca."

"Kamu seperti anak kecil daniel.''

"AKU TIDAK PEDULI BIANCA."

"BAIKLAH. Kamu puas. Sekarang aku tutup panggilannya. Bye."

Daniel menatap tajam pada ponsel deya yang baru saja di putus sepihak oleh bianca.

"Dia benar-benar membuatku gila." Seru daniel memberikan kembali ponsel deya pada sekertarisnya dengan kasar.

"Kamu bisa kembali ke ruangan kamu sekarang.'' Ucap daniel tidak peduli.

Deya hanya terbengong melihat apa yang baru saja terjadi. "Baik sir" gumam deya melangkah kan kakinya dengan perlahan untuk keluar dari ruangan bossnya.

"Dia benar-benar mencintai bianca" Gumam deya setelah ia duduk di kursinya.

Ia dapat melihat dengan jelas raut prustasi dari bossnya barusan. Tatapan marah seakan cemburu yang begitu kentara saat bossnya mengatakan kekasih bianca barusan.

"Bianca. Kamu begitu beruntung bisa di cintai oleh dua laki-laki yang paling hebat di sini." Bisik deya kagum pada teman satu profesi nya kemarin.

----------------------------------

"Dari daniel?" Tanya alvin yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.

Bianca menatap alvin dengan menganggukan kepalanya.

Alvin mengangguk dan duduk di sebelah kekasihnya. "Lalu kenapa kamu cemberut!"

Bianca memeluk tubuh alvin dengan erat dan menghirup bau sabun mandi dari tubuh telanjang alvin dengan rakus. "Dia menyuruhku untuk ke apartemennya malam ini."

Alvin terdiam. "Lalu?"

Bianca melepaskan pelukan nya dan menatap alvin dengan mengerutkan keningnya begitu dalam.

"Kamu tidak melarangku Vin? Apa kamu tidak marah aku terus begini!" Tanya bianca jelas tidak suka pada alvin.

Alvin menatap bianca dengan pandangan lelah. "Aku sudah mengatakan nya padamu bukan. Jika dia juga bisa membuat kamu bahagia aku tidak akan masalah bianca."

Bianca menatap alvin tidak percaya.
"Apa kamu mencintaiku alvin?" Tanya bianca menuntut pada alvin.

Alvin menggenggam tangan bianca dengan lembut. "Kamu tahu jawabannya bianca."

Bianca menggeleng. "Jika kamu mencintaiku kamu tidak akan pernah rela untuk membagiku alvin." Ucap bianca melepaskan genggaman tangan alvin dan bangkit dari duduknya. Ia berjalan menuju lemari dengan cepat meninggalkan alvin.

Tapi bianca berhanti di depan pintu walk in closet. Ia menatap alvin sendu dan kecewa.
"Kalo begitu baiklah. Aku tetap akan berhubungan dengan daniel karna kamu yang menginginkan nya alvin.'' Ucap bianca lirih dan menghilang di balik walk in closet.

Alvin menatap punggung bianca dengan lelah. "Aku juga tidak menginginkan ini bianca. Hatiku juga sakit saat melihat ada laki-laki lain yang juga memiliki kamu selain aku. Tapi ini lebih baik bianca, aku tidak ingin kamu lebih terluka olehku nantinya" gumam alvin lirih.

Bianca langsung memakai pakaiannya dengan asal dan segera keluar dari walk in closet dengan cepat. Ia menuruni anak tangga dan langsung berjalan ke arah pintu apartemen dengan cepat. Bianca mengabaikan alvin yang saat ini tengah menatapnya dengan intens dari balik pintu kamar mereka di lantai atas.

Ini kemauan kamu alvin. Bahkan sampai aku berdiri di depan pintu apartemen untuk keluarpun kamu tidak menghentikan kepergianku sedikit pun.

Alvin menatap bianca dengan lirih. Ia berjalan menuruni anak tangga dan menatap kepergian bianca dengan tangan terkepal.

"Maaf bianca. Tapi aku tetap mencintaimu apapun yang kamu lakukan di luar sana." Gumam alvin tersenyum pahit.





***********************

Aku tidak kuat lanjutin cerita ini.

Karna lagi2 aku harus membuat sad ending. 🥺

Makanya lebih baik aku lamain kelarin cerita ini nya. Aku tidak kuat 😭.

enibari
28-11-19.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang