1

375 29 4
                                    


Jika ada yang membaca, Happy Reading!

Seorang gadis melangkahkan kaki masuk ke dalam universitas,  hari ini adalah hari ia ospek. Gadis yang merupakan maba dari fakultas keguruan, dengan jurusan Pendidikan bahasa Dan Sastra Indonesia.

Ia melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa sesekali melirik arloji yang melingkar apik di pergelangan tangannya.

Dengan peluh dan nafas yang memburu karena berlarian akhirnya ia tiba di lapangan.

"Hei kamu!" teriak seorang lelaki di seberang sana.

Sial! Gadis ini hanya telat 60 detik saja.

Gadis ini melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan bahwa benar ia yang di panggil.

"Siapa nama kamu?" tanyanya lagi

"Marsha, kak" cicitnya

"Semuanya push up 10 kali!" perintahnya tegas tak terbantahkan

Terdengar bisikan-bisikan tidak terima disana.

"Satu teman salah, maka semua salah" teriak anggota BEM disana

Marsha menatap mereka dengan tatapan meminta maaf. Namun matanya juga menelisik mencari sosok lain di antara mereka.

Terdengar mereka mendengkus berkali-kali. Karena dalam waktu satu menit saja mereka sudah berulang kali dihukum, dari mulai barisan tidak rapi, tidak bisa berbalik kanan dan kini di tambah seorang gadis yang datang terlambat.

Mereka kembali menjalani serangkaian kegiatan seharian itu.

Hari sudah menjelang sore mereka kembali berbaris, mata gadis manis bernama Marsha menangkap seorang lelaki yang ia ketahui bernama Alvin.

Marsha tersenyum, matanya berbinar menatap lelaki itu. Akhirnyaa, itu dia batinnya.

"Ada posisi siap sambil senyum-senyum?" teriak lelaki yang tadi pagi membentaknya, diketahui bernama Alvaro, sang wapresma

Marsha terkesiap, ceroboh!

"Semuanya push up 10 kali!"

Dalam sehari saja mereka sudah berkali-kali dihukum, Marsha mendesah lelah.

Hari yang sungguh melelahkan.

Entahlah, ia hanya pertama kali bertemu dengan pria bernama Alvin itu. Namun sudah jatuh hati, terkesima akan ketampanannya mungkin.

Dan mungkin itulah yang dikatakan jatuh pada pandangan pertama.

Semua berawal dari pria itu menolongnya saat di supermarket, ia lupa membawa dompet. Sungguh memalukan.

Sebenarnya bisa saja, ia kembali mengambil dompetnya dengan sedikit drama tentunya hanya saja diluar sedang hujan.

Ya malam itu ia mencari cemilan untuk menemaninya saat mengerjakan tugas. Ketika hendak membayar ia lupa membawa dompet.

Ia malu, ia sempat berpamit untuk mengambil dompet namun sial. Hujan cukup deras menghalanginya.

"Saya bayar sama yang ini, mbak" ujar suara di belakangnya sambil menyerahkan mineralnya.

Namun belum sempat Marsha mengatakan apapun pria itu langsung bergegas pergi begitu saja.

Dan bahkan ia juga baru tahu jika mereka satu kampus karena kebetulan ia melihat pria itu yang baru diketahui namanya di minggu lalu.

Ia berniat dekat. Tidak! Mungkin sebagai ucapan terima kasih.

Hari ini ia kembali lagi ke universitas menjalani serangkaian Ospek untuk maba.

Bedanya, hari ini ia tidak terlambat.

"Perhatian! Barisan saya ambil alih" suara bariton mengintrupsi

Mata Marsha membelalak mengetahui sumber dari suara tersebut. Hatinya bersorak gembira, ia mengulum seyum. Baiklah

"Perkenalkan saya Alvin, Presma disini. Kemarin saya tidak hadir karena ada keperluan"

"Jadi kak Alvin itu.. Presma?" gumamnya perlahan

Masrha kembali tersenyum mendengar fakta baru dari penjelasan itu.

Boleh deh, setidaknya ucapan terima kasih teriak hatinya

"Lari!!"

Tunggu, kenapa lari?

Ah sial! Marsha terlalu banyak melamun sampai tidak mendengar ucapannya.

Melihat semua maba lari, mau tidak mau Marsha ikut berlari mengelilingi lapangan itu.

Tampak seluruh panitia ospek berdiri dikeliling lapangan.

Marsha benci lari, terlintas ide konyol dipikirannya.

Ia masih berlari perlahan, matanya berbinar menatap Alvin disana.

Ketika mulai mendekati, ia berpura-pura oyong sembari memegang keningnya. Badannya ia bawa ke kanan sedikit, hingga akhirnya satu langkah ia melewati Alvin tubuhnya limbung.

Karena jarak mereka yang dekat, Alvin menangkap tubuh Marsha yang pingsan itu.

Alvin menggoyangkan tubuh Marsha, menepuk pipinya. Sedangkan Marsha tertawa girang dalam hatinya.

Alvin membopong Marsha menuju uks, yang sebelumnya memerintah yang lain untuk melanjutkan.

Sampai di uks Marsha dibaringkan di brankar, Marsha sempat mengintip sedikit melihat lelaki itu ke arah lemari mengambil minyak kayu putih.

Dilihatnya lelaki itu hendak berbalik dengan sigap Marsha kembali menutupkan matanya.

Alvin mendekatkan minyak angin itu ke arah hidung Marsha

"Aw!" ringis Marsha tersadar sambil memegangi keningnya

"Sudah baikan?" diam-diam Marsha tersenyum

"Saya dimana, kak?" pura-pura bertanya boleh dong yaa. Teriaknya dalam hati

"Di uks, tadi kamu pingsan."

Drama yang bagus Marsha!

Marsha masih berpura memegang pelipisnya.

"Karena kamu sudah sadar. Saya keluar"

Marsha melongo melihatnya, baru saja ia bersorak gembira.

Apa pria itu lupa padanya? Marsha akui, kejadian itu sudah lama.

Padahal mau ngucapin makasih aja. Desahnya






Note : Presma = Presiden mahasiswa
            maba   = Mahasiswa Baru


















Rabu, 11 Desember 2019
Revisi

Riskarisa

HUJAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang