14

119 9 0
                                    

Enjoy

Marsha POV

2 tahun berlalu, Semenjak malam itu aku tak lagi pernah bertemu dengannya. Dengan pria yang entah mulai kapan aku mencintainya.

Dan aku bercanda, maksudku hanya 2 bulan berlalu namun aku sungguh merindukan pria itu.

Aku kalah! Dan mungkin aku khilaf telah mencintai pria yang aku tidak terlalu tahu latar belakangnya.

Dia selalu menolongku, dengan pesonanya sekaligus misteriusnya.

Malam itu ia mengatakan bahwa ia mencintaiku, aku tak tahu apakah itu pertanyaan atau pernyataan. Jadi aku hanya diam saja.

Aku takjub sekaligus bingung, pria bernama Alvin benar-benar seperti mempermainkan aku. Bagaimana tidak? Setelah ia mengatakan mencintaiku tapi ia malah menghilang.

Ia hanya mengatakan ayah ibunya bercerai saat berusia satu tahun dan ia diberitahukan ketika berumur 6 tahun.

Dan jangan lupakan, sejauh apapun aku bersamanya. Aku bahkan tidak tahu ia kuliah jurusan apa. Lucu sekali.

Dan kini ia menghilang. Lalu bagaimana caraku mencarinya? Aku sungguh merindukan pria itu terlebih setelah pernyataan itu.

Apartemen? Taman itu? Aku sudah mencarinya namun tak kutemukan pria itu.

"Melamun huh?" ucapan Alan menarikku dari lamunanku.

Aku hanya memberikan senyum tiga jari sebagai isyarat tidak apa-apa.

"Fokus, Sha. Ibu itu liatin kamu mulu. Tahu sendiri kalau ibu itu ngamuk. D ntar nilainya" ucap Alan menakutiku

"Alan!" teriak ibu Lia di depan sana

"Maaf, bu" ucap Alan

Aku menahan tawa, ia yang memperingati malah ia yang diperingati sama bu Lia. Kasian sekali temanku yang satu ini.

Kelaspun usai, aku terlalu lelah aku butuh istrahat dan akhirnya aku langsung mengiyakan Alan untuk mengantarku.

Author POV

Sesampainya Alan mengantar Marsha, Alan langsung pulang ke rumah. Ia juga lelah

Sampai dirumah Alan langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur, menelungkupkan kepalanya.

Terdengar suara ketukan pintu yang dijawab "Masuk" oleh Alan

"Sayang, ni mama bawakan susu"

Alan bangun dan menerima secangkir susu hangatnya hingga tandas. Lalu ibunya kembali berujar

"Besok kita ke bandara" ekspresi Alan berubah tak suka

"Ma, berapa kali Alan bilang. Tak perlu mengurusi dia. Dia uda terlalu jahat sama mama"

"Biar bagaimanapun dia kakak kamu dan dia anak mama"

Alan tertawa mengejek lalu berujar "Anak tiri, kalau mama lupa"

Namun sang mama tetap tersenyum meneduhkan anaknya

"Dengar nak, apapun itu dia tetaplah anak mama. Dan mama sayang padanya"

"Hati mama terbuat dari apa sih?"

Sang mama Alan yang bernama Ratih itu tersenyum "Yang terpenting besok jam 1 kita ke bandara menemani kakak kamu itu. Jangan buat mama kecewa." ujar Ratih pada anaknya itu

Alan menghela nafas sambil berucap "Oke, ini demi mama"

"Wah ternyata kalian disini?" ucap pria paruh baya bernama Galih, ayah dari Alan suami Ratih.

"Eh papa sudah pulang" ucap Ratih

Galih ikut duduk di pinggir ranjang milik Alan "Lagi ngobrolin apa sih?" ucap Galih

"Ngobrolin papa tidurnya ngences" jawab mama dengan ngawur dan merekapun tertawa

"Pa, boleh minta satu permintaan?" ucap Alan

"Apa itu?" tanya Galih pada anaknya

"Meskipun aku tidak menyukai dia.."

"Dia kakak kamu, Alan" sela papanya

Alan memutar bola matanya "Oke maksudnya kakak, dan aku tidak menyukainya karena perlakuan dia pada mama. Dan intinya papa jangan terlalu keras padanya"

"Benar mas, setidaknya kamu harus memberitahukan dia kebenarannya" ucap Ratih pada Galih

"Dia terlalu keras kepala untuk diberitahukan" ucap Galih

"Aku tidak tahu, dia mendapatkan sifat keras kepala itu dari mana"

"Memangnya papa tidak keras kepala" cibir Ratih dan Alan menahan tawa

Dan jadilah papa mamanya adu debat di kamarnya

"Baiklah, mau sampai kapan kalian bertingkah seperti itu? Dan ayolah jangan di kamarku. Aku ingin tidur" ucap Alan

Mama papanya tergelak "Baiklah nak! Kami akan kembali"

Dan merekapun kembali ke kamarnya, sedangkan Alan masuk ke dalam alam mimpinya.


Tbc...

RiskaRisa

HUJAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang