5

182 14 0
                                    

Happy Reading!

Sudah seminggu semenjak kejadian dimana Marsha tertidur di apartmen karena pingsan itu.

Entah itu kebetulan atau bagaimana, namun mereka sering bertemu tanpa sengaja.

Bertemu sambil berbincang seadanya, bahkan beberapa kali Alvin menolong Marsha. Bahkan sudah 2 kali Marsha pernah di antar pulang oleh Alvin.

Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 jam perkuliahan telah berakhir dengan kalimat penutup bu juwi "Sampai bertemu di minggu depan"

"Sha.." panggil Alan sambil menoel pipi Masha

Marsha berdecak "Apaan sih. Gausah colek-colek"

Alan tertawa lalu menjawab "Tugas linguistik kerjain bareng yuk? Ada yang aku tidak paham"

"Boleh. Kapan?"

"Hari ini aja. Dirumah kamu ya"

"Huh? Bilang aja kamu mau kerumah aku, kan?" selidiknya menyipitkan mata

Alan cengengesan "Iyaa sekalian. Lagian kan kita uda jadi teman. Masa aku tidak tahu rumah kamu dimana"

Ada saja tingkah Alan. Memang selama ini dia selalu memberi alasan jika Alan ingin bertandang kerumahnya. Tapi karena ini rangka belajar. Marsha membolehkan saja. Lagipula, mereka teman bukan?

"Yasudah, kamu tunggu di parkiran aja. Aku mau ke toilet sebentar" ucap Marsha setelah membereskan buku dan mengambil tasnya.

Sedangkan Alan hanya mengangguk lalu melenggang ke parkiran.

Marsha memasuki toilet, ia membasuh wajahnya agar terlihat segar serta membenarkan pakaiannya yang sedikit berantakan.

Setelah selesai, ketika ia ingin berjalan ke parkiran. Ia mendengar suara petikan dawai dengan nyanyian yang terdengar. Merdu?

Marsha masih setia mendengarkannya hingga tibalah pada suatu ruangan. Suaranya begitu jelas, ia membaca ruangan itu 'Ruang Musik'

Ah ada yang latihan mungkin. Tapi kenapa sendirian.

Penasaran, Marsha membuka perlahan pintu itu hingga menampilkan seorang pria duduk sambil menumpukan gitar dipangkuannya.

Masih memetik seraya melantunkan syair lagu itu.

Petikannya terhenti, ia mendongak mendapati Masha memerhatikannya.

Pria itu tersenyum "Masuklah.." ucapnya

"Kak Alvin pandai main gitar?" tanyanya setelah duduk di samping Alvin "Suara kakak juga bagus"

Alvin lagi-lagi tersenyum, "Tidak pandai hanya saja bisa, Sasha."

Marsha mengerutkan keningnya "Sasha?"

Alvin mengangguk "Iyaa.. Sasha"

"Kok Sasha? Kan nama aku Marsha"

"Aku tau, tapi aku mau panggil kamu Sasha"

"Iya kenapa?"

"Apakah butuh alasan?"

Marsha mengangguk "Tentu"

Tangan Alvin naik ke puncak kepala Marsha mengusapnya, membuat hati Marsha bersorak gemuruh meminta pertanggungjawaban.

Perasaan apa ini?

Pria tampan dengan segala keanehannya. Mereka memanglah sudah beberapa kali bertemu hingga Alvin juga menolongnya namun entah mengapa Marsha susah menebak jalan pikir Alvin.

Dan Marsha sempat bertanya dalam hati. Seingatnya, Marsha tak pernah memberitahukan namanya tapi dari mana Alvin mengetahui namanya?

Bahkan menyematkan nama khusus untuknya 'Sasha' mengingat panggilan itu membuat Marsha tersenyum.

Marsha menepuk jidatnya. Ah dia lupa Alan menunggunya di parkiran.

"Kak, aku duluan ya"

"Buru-buru?"

"Ada kegiatan lagi kak. Bye.."

"Oke"

Marsha melangkahkan kaki seribu menuju ke parkiran tempat Alan menunggunya.

Melihat Alan masih duduk di atas motornya membuat Marsha menghela nafas lega.

"Kok lama?" sambil menyerahkan helmnya yang langsung di terima dengan sukacinta, eh sukacita maksudnya.

"Dari mana Marsha?" Sambil menyubit pipi Marsha karena tak menjawab pertanyaaanya

Huh! Kenapa dia seperti gadis yang ketahuan selingkuh ya.

"Dari toilet dong. Uda ah. Ayo berangkat nanti kemalaman"

"Pegangan, Sha." Ucap Alan sambil menarik tangan Marsha melingkarka di pinggangnya.

Diperjalanan tak ada percakapan yang berarti hanya ucapan instruksi menuju kerumah Marsha yang mendominasi. Sesampainya di rumah Masha ia dipersilahkan masuk.

Hingga bertemu dengan ibu Marsha "Siapa ini, Sha?" tanya Ibu Marsha setelah Alan salaman.

"Pacar kamu? Bukannya yang kemarin ya"

Marsha malu digoda ibunya namun Alan malah bertanya dalam hati siapa pria itu.

Ya saat itu ketika Alvin mengantarnya, Alvin ikut turun dan pamit pada ibunya Marsha. Makanya ibunya Marsha, Ana. Berkata demikian.

"Ibu.. Ini tu temen aku. Namanya Alan. Kami mau belajar bareng, bu."

"Baiklah.. Yasudah duduk nak Alan. Tante ambilkan cemilan dulu"

"Jangan sampai gak jadi ya, tante. Hehehe"

Ibunya Marshapun tertawa menanggapinya

Dan merekapun mulai mengeluarkan buku untuk mengerjakan tugasnya.



Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Jadi di linguistik itulah bahasa dikaji. Seperti asal mula bahasa.
Nah, mata kuliah ini biasa di semester awal perkuliahan.



RiskaRisa

HUJAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang