18

118 9 0
                                    

Enjoy!

Hari yang sungguh melelahkan ketika fisik dan hatimu juga turut bekerja. Seperti saat ini, Ia bekerja namun matanya sesekali menatap Alvin disana.

Marsha merutuki pikirannya yang melalang buana, namun dia cukup bersyukur saat Alan mengunjunginya dengan begitu ia bisa mengalihkan pikirannya dengan Alvin.

"Usai ini ke rumah ya. Mamaku mengajakmu makan malam bersama rindu katanya" ucap Alan pada Marsha, saat ini mereka tengah duduk di salah satu bangku yang tersedia di sana.

Marsha memang sering bermain ke rumah Alan, karena memang Alan teman dekat yang ia miliki.

Ketika mereka masih asik bercengkrama, ponsel Alan berdering. Ia lantas mengangkatnya.

"Sha, kayanya Aku harus ke kantor bentar deh. Ada urusan bentar" ucap Alan

"Iya sudah. Hati-hati ya" Jawab Marsha

Alan tersenyum "Jangan lupa ya nanti malam. Usai ini langsung ke rumah"

Marsha tertawa "Iya, Alan" jawabnya sambil melambaikan tangan pada Alan

Seorang manager dari acara inipun menghampiri Marsha yang masih duduk disana karena kebetulan acara memanglah telah usai.

"Hallo, bu Marsha" sambil mengulurkan tangannya yang di balas oleh Marsha "Terima kasih, saya puas akan konsep acara ini"

"Terima kasih. Tapi sebenarnya ini adalah kerja keras kita semua, pak."

Bapak manager yang bernama Andre itu tertawa "Saya terkesan dengan ibu Marsha ini" ucapnya

Marsha hanya tersenyum, tak lama Alvin datang menemui Marsha sambil membawa minuman kalengnya.

"Pak Alvin, benar?" ucap Pak Andre saat Alvin sampai dihadapannya dan Marsha

"Pak Andre?" sapanya kemudian mereka berjabat tangan

"Pak Alvin kekasihnya Marsha?" goda pak Andre

"Tidak"

"Iya" ucap mereka bersamaan.

Pak Andre tertawa "Menarik, wanita tidak tapi pria berkata iya." lalu ia mengerlingkan jail kepada Marsha

"Baiklah. Saya pergi dulu" tambahnya lalu pergi begitu saja.

"Sha, mau makan malam bersamaku?"

Marsha melihat jam dipergelangan tangannya "Maaf, kak. Aku sudah ada janji dengan Alan. Dan..." Marsha menjeda ucapannya

"Dan?" tanya Alvin

"Dan seharusnya kakak tidak perlu berkata iya pada Pak Andre"

"Aku duluan, kak" lalu Marsha pergi begitu saja. Alvin menghela nafasnya lalu tersenyum masam.

****

Saat ini Marsha sudah sampai dirumah Alan, yang dibukakan oleh mamanya Alan, Ratih.

"Hallo, sayang. Apa kabar?" Ratih memeluk Marsha

"Baik, Tante. Tante apa kabar?"

"Sehat kok."

"Om mana, Tante?"

"Dia lagi susulin kakaknya Alan.Ohiya, Alan sudah pulang kok. Cuma dari tadi belum keluar kamar. Boleh tolong panggilin, nak?"

Alan punya kakak? Kenapa tidak pernah cerita

Alih-alih bertanya karena takut terlalu berlebihan, Marsha menjawab "Tentu, tante"

"Kalau bandal cubit aja dia ya" ucap Ratih yang membuat mereka berdua tertawa

Marsha menaiki tangga menuju kamar Alan, ia mengetuk pintunya

"Alan.." teriaknya namun tak ada jawaban

"Alannnn" teriaknya lagi namun tak ada jawaban "Aku masuk ini yaa" tambahnya lalu membuka pintu yang ternyata tak di kunci.

Ia masuk ke dalam kamar Alan, tak ada yang istimewah dari kamar pria ini, masih sama seperti yang lalu cat dinding monokrom dan terdapat beberapa foto, salah satunya foto selfie mereka berdua di atas nakas sebelah tempat tidur.

Terdengar suara gemericik di kamar mandi, mungkin Alan sedang mandi di dalam.

Marsha duduk di pinggir ranjang itu mengambil foto mereka dan tersenyum, tak sengaja matanya menatap buku notes berwarna kuning yang dulu pernah ia berikan pada Alan.

Ajak curhat bukunya.

Itulah ucapan Marsha saat itu pada Alan. Ia kembali meletakkan bingkai foto itu, lalu membuka notes tersebut dimana halaman pertama tertempel foto mereka berdua.

Marsha tersenyum melihat foto mereka duduk di kedai es krim saat ulang tahun Alan. Ia penasaran akan lembar berikutnya, perlahan ia membaca halaman demi halaman pada notes itu membuat dirinya mematung kala membaca lembar tersebut.

Ia masih membuka halaman tersebut, membaca lamat-lamat tulisan yang menjadi paragraf di notes itu.

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, Marsha cepat-cepat mengembalikan buku notes itu di laci nakas. Sebisa mungkin ia menetralkan ekspresi wajahnya setelah membaca catatan Alan.

"Loh Marsha?"

Marsha tersenyum "Maaf ya aku main masuk aja, dari tadi aku panggilin kamu gak jawab" kilahnya

"Untung aku uda pakai bajukan? Bisa fitnah ni kalau aku keluar kamar mandi belum pake baju"

Marsha menggigit bibirnya ingin mengutarakan sesuatu namun ditahannya

"Mau nanya apa, Sha?" tanya Alan yang mengerti kebiasaan

Marsha menggeleng "Sudahkan? Ayo turun" ucapnya sambil menggeret Alan.

"Bentaran. Pakai parfum dulu biar wangi" ucapnya sambil tertawa

Setelah itu mereka turun beriringan, dan yang membuat Marsha rasanya ingin mati sesaat adalah dua makhluk berbeda jenis kelamin itu ada di hadapannya.

Duduk di meja makan bersama kedua orang tua Alan.

Kenapa Alvin dan Anita ada di rumah Alan?




Tbc

RiskaRisa

HUJAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang