Epilog

355 19 2
                                    

Happy Reading!

"Keano!" teriak seorang wanita sambil menggapai tangan anak lelaki itu "Jangan lari-lari dong" tambahnya lalu menuntun duduk kembali di ruang tunggu yang ada di bandara.

Marsha dan Alvin menunggu kedatangannya Alan yang katanya hari ini akan pulang ke tanah kelahirannya.

Ia menoleh ke samping kanan lalu berkata "Mas, anak kamu ini. Lasak banget sih" gerutunya

"Kalau gak lasak namanya bukan anak kecil, sayang" jawabnya sambil tertawa.

Keano adalah anak pertama mereka yang kini berusia 3 tahun.

Lalu ia mengambil alih Keano dari Marsha itu dan menggendongnya di punggungnya "Jangan bandal dong, jagoan papa. Katanya mau ketemu om kan ya" ucap pria itu menasehati anaknya

"Sha!" teriak Pria di ujung sana menggunakan kaca mata hitam dengan menggeret kopernya sedikit berlari ke arah Marsha.

Marsha dan Alvin bangkit dari duduknya menyambut Alan.

Alan merentangkan tangannya bersiap memeluk Marsha namun ketika jarak sudah mulai terkikis, bukan memeluk Marsha malah memukul bahu Alan. Yang malah ditertawakan oleh Alvin.

"Aw! Kok aku dipukul sih?"

"Kamu tu ya! Pergi gak pamit, gak meninggalkan kabar sedikitpun" omel Marsha pada Alan

"Wait, kan aku kirim surat" kilahnya

"Cuma dua kali, selama Enam tahun. Keterlaluan!" omelnya lagi

"Tiga deh, yang satunyakan aku kabarin lewat email kalau aku balik ke Indonesia makanya kalian bisa jemputkan" belanya lagi.

Iyaa, Alan hanya mengiriminya surat sebanyak dua kali saat Marsha dan Alvin menikah kemudian yang kedua saat Keano lahir.

Alan memeluk Marsha dengan berucap
"Sumpah, aku kangen banget sama kamu"

"Aku juga" balas Marsha

Lalu kaki Alan ditendang oleh Alvin
"Jangan lama-lama" Alvin mengintrupsi namun bukan dilepas Alan malah mengeratkan pelukannya, yang kembali ditendang kakinya oleh Alvin.

"Jangan modus. Lepas!" perintahnya yang membuat Marsha tertawa dan Alan mendengus

"Oh kakak aku!" ucapnya lagi dengan drama mulai memeluk Alvin, membuat Alvin terkikik geli

"Ini om aku kan, pa?" tanya Keano dengan polosnya

"Ya ampun ini ponakan aku?" tanya Alan lagi dan mereka mengangguk

"Gila! Ganteng banget, mirip aku ya" canda Alan sambil meraih Keano dari gendongan Alvin dan menciuminya dengan gemas.

"Aku bapaknya, kalau lupa." jawab Alvin

"Iya deh. Baper banget" timpalnya lalu mereka mulai berjalan keluar bandara

"Cari pasangan sana! Sudah tua jugakan." cibir Alvin saat ini mereka sudah berada di dalam mobil yang mana Alvin di depan sendirian seperti supir karena Marsha, Alan juga Keano duduk di belakang.

"Masih 28 tahun, selow." timpalnya dengan gaya tengilnya yang membuat Marsha terbahak dan Alan mendengus

"Seneng deh bisa lihat gaya tengil kamu lagi" balas Marsha

"Tengil itu apa sih, ma?" tanya Keano dengan polosnya lagi.

Dan Alan mengambil alih percakapan absurd mereka itu.

Ya begitulah kehidupan, melupakan dendam memulai kehidupan baru dengan membuka lembaran baru. Semua itu proses, hanya perlu waktu.

Karena apapun yang terjadi waktu tetap akan berjalan, tidak perduli sepatah apapun kehidupan kita.

Pilihannya hanya ada dua, Tetap Jatuh atau Bangkit.





Hujan Sudah Reda.
Berbahagialah!

Akhirnya bisa menyelesaikannya cerita absurd ini.

RiskaRisa.

HUJAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang