Episode 5

746 148 20
                                    

Aku duduk di halte, entah kenapa aku malah menarik Taewoon ke sana padahal tas Taewoon masih di kelasnya dan dia belum mengobati lukanya. Aku benar-benar bodoh.

Aku sedikit merasa bersalah, tapi aku juga tak ingin Taewoon melihat adegan dewasa. Hal itu mungkin tak baik untuk kesehatan hatinya.

"Maaf."

"Untuk?" tanyanya tanpa melihatku.

"Aku menarikmu kemari, padahal kau belum mengobati tanganmu. Tasmu masih di sekolah dan kau mungkin masih ada kegiatan club. Maafkan aku." Aku mengatakannya sambil menunduk tak berani melihat wajahnya.

"Aku tidak apa-apa, sejujurnya aku bersyukur kau mengajakku keluar." Aku mengangkat wajahku dan melihat ke arahnya yang ternyata juga melihatku.

"Berlari bersamamu membuatku senang." Benarkah?

"Tapi, tasmu?"

"Tak akan ada yang mengambilnya," katanya dengan senyum manisnya. Ya Tuhan, ini curang. Bagaimana dia bisa semanis ini dan lagi-lagi aku jatuh dalam pesonanya.

"Tapi, dibanding mengkhawatirkan tentang tasku, bagaimana denganmu? Apa kau baik-baik saja?" Rasanya sedikit sakit, tapi aku baik-baik saja mungkin karena aku merasa Jungseok tak menuruti perkataanku untuk jauh-jauh dari Haesoo.

"Aku akan baik-baik saja, ah tidak aku harus baik-baik saja," kataku mencoba tersenyum, tapi tatapanku sampai di luka yang berada di tangannya. Aku mengambil sapu tangan yang kebetulan entah mengapa pagi ini aku ingin membawanya.

"Maaf," kataku lalu menarik tangannya dan membalut lukanya.

"Ini seperti cerita dalam drama," katanya sambil terkekeh begitupun denganku. Jika dipikir pikir ini memang seperti adegan murahan dalam drama.

"Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" tanyaku sambil membuat simpul di dengan sapu tanganku di lengannya.

"Aku menatapmu, lalu aku merasa kau sangat cantik dan jatuh cinta padamu." Aku tertawa kecil, tapi jangan tanya keadaan jantungku, aku seperti sedang berlari maraton.

"Tapi, itu di drama. Kita di dunia nyata." Aku menatap ke arahnya yang ternyata masih menatapku.

"Bagaimana jika ternyata apa yang terjadi di drama itu juga terjadi di dunia nyata?" katanya lalu mengalihkan pandangannya ke depan dan aku mengikutinya.

"Dan aku benar-benar menyukaimu." Aku tak bisa lebih terkejut dari ini, tapi kemudian dia tertawa dan mengatakan bahwa itu semua hanya candaan belaka. Aku tak tahu apa yang kurasakan saat ini. Aku terkejut, senang dan kecewa dan aku tak tahu penyebabnya apa.

"Ada sebuah tempat desert yang baru buka, kudengar di sana menjual cheese cake yang enak, ingin mencobanya? Kupikir kita butuh lebih banyak makanan manis." Sepertinya dia mencoba mengalihkanku dari topik tadi. Tapi, aku akan mengikuti pengalihan topiknya. Mungkin dia memang butuh makanan manis untuk hatinya yang terluka.

Tunggu dia tak meninggalkan dompetnya di tas, 'kan? Bagaimana jika aku yang harus membayarnya?

"Dompetku ada di sakuku." Dia tersenyum kecil.

"Kau bisa membaca pikiranku?" tanyaku dan dia malah terkekeh.

"Tidak, tapi wajahmu menjelaskan semuanya." Aku memegang wajahku untuk memastikan ucapannya, tetapi dia malah tertawa lagi.

"Kenapa kau sangat lucu? Oh Itu busnya." Dia berdiri lalu menarikku untuk masuk ke dalam bus itu.

"Apa tempatnya jauh?" tanyaku saat kami sudah berada di dalam bus.

"Seongnam tak terlalu jauh," katanya sepanjang jalan aku mengingat semuanya ini jalan yang dulu sering kulewati bersama Eunha dan Lisa.

"Ada apa?" tanya Taewoon.

☑𝟙𝟙:𝟙𝟙 (Second lead Syndrome)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang