Taewoon masih di tempatku, sepertinya dia sudah sering kemari, terlihat dari dia yang mengerti seluruh tempat di rumahku. Dia bahkan membuatkanku teh untuk menenanganku.
Aku memperhatikan wajahnya yang juga sedang melihatku sambil tersenyum, tak ada orang sebelumnya yang memandangku seperti cara Taewoon memandangku. Aku merasa seperti diinginkan. Tapi, saat aku melihat wajahnya lebih jelas lukanya belum terobati.
"Kau belum mengobati lukamu?"
"Hanya luka kecil tak perlu diobati." Aku menggeleng luka kecil akan menjadi besar jika dibiarkan.
"Aku akan mengobatimu tunggu sebentar." Aku masuk ke arah kamarku untuk mengambil kotak p3k di sana.
Saat aku kembali, Taewoon memandang dengan senyum ke arah buku darinya. Dan kini ada satu hal yang menjadi pertanyaanku adalah apa yang membuat mereka bertengkar jika dulu kami sangat dekat.
"Taewoon-ah kemari." Aku menunjuk kursi di depanku dan dia menurutinya sambil membawa buku yang mengingatkanku padanya.
"Kau masih belum menggunakan voucher kencan dariku Chaeyoung-ah." Kencan? Aku merasa pipiku memanas semoga saja tak memerah.
"Aku akan menggunakannya walaupun sudah kadaluarsa. Jadi persiapkan dirimu." Dia tertawa lalu aku membuka kota P3K untuk memulai mengobatinya.
"Aigoo, bagaimana bisa kau melukai wajah tampanmu? Bagaimana jika kau menjadi jelek?" Dia malah tertawa.
"Jangan marahi aku, marahi saja Jungseok yang memukul wajahku." Aku rasa ini adalah waktu yang tepat untuk bertanya kenapa mereka bertengkar.
"Taewoon-ah."
"Woon, dulu kau memanggilku seperti itu. Aku ingin kau memanggilku seperti itu lagi." Itu permintaan yang mudah.
"Woon-ah, kenapa kalian berkelahi?" Wajahnya yang tadi cerah kini terlihat muram. Sepertinya dia tak ingin menjawab atau mungkin akan menghindari pertanyaanku.
"Apa karena Haesoo?" tanyaku lagi dan kini dia mengerutkan alisnya, sepertinya bukan Haesoo.
"Ya benar karena dia." Aku menghela napas lalu menghentikan proses pengobatan karena memang sudah selesai.
"Tak bisakah kalian baikan? Dulu kalian berteman, mana mungkin hanya karena satu gadis kalian bertengkar seperti itu? Bisakah kalian bersaing secara sehat?" Dia menutup wajahnya dengan tangan.
"Kau salah sangka Chaeyoung-ah. Memang kami berkelahi karena Haesoo, tapi bukan karena memperebutkannya."
"Taewoon-ah, aku tak mengerti." Tangannya menggenggam tanganku.
"Kami menyukai wanita yang berbeda."
"Kalau begitu kalian harus baikan, kau dan dia menyukai wanita yang berbeda tak ada masalah kan sekarang?" Dia menggeleng.
"Dia menyakiti wanita yang kucintai hingga wanita itu tak mengenaliku."
Jungseok melakukan itu? Ya Tuhan, aku tahu anak itu memang jahil, tapi tak menyangka dia sampai melakukan itu.
"Woon-ah, mungkin Jungseok tak sengaja aku akan bicara dengannya nanti." Taewoon menggeleng.
"Tidak Chaeyoung-ah kami tak mungkin baikan karena aku juga melakukan kesalahan padanya."
Aku ingin tahu kesalahan apa yang dilakukan Taewoon pada Jungseok, tapi aku enggan bertanya.
"Aku mengganggu hubungannya dengan wanita yang ia cintai." Ya Tuhan Taewoon menjadi orang ketiga?
"Kau pasti bingung." Dia tersenyum lemah padaku lalu mengelus rambutku.
"Ya aku bingung. Bingung bagaimana bisa membuat kalian baikan." Taewoon tersenyum lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
☑𝟙𝟙:𝟙𝟙 (Second lead Syndrome)
Romantizm"Kau adalah main cast dalam ceritamu sendiri." Park Chaeyoung adalah seorang gadis biasa yang sangat mencintai drama di televisi. Ia selalu berharap ia bisa membantu second lead male kesukaannya, Kim Taewoon mendapatkan cinta sejatinya yaitu Kim Hae...