Mina, Jaemin, dan Minhee berangkat ke sekolah meninggalkan Hyewon sendirian di rumah. Sesampainya di sekolah, hingga jam pelajaran dimulai pun minhee terus menerus merasa cemas. Sampai saatnya tiba waktu istirahat, yujin yang dari tadi memperhatikan tingkah minhee tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"min, lo kenapa daritadi kok gelisah banget"
"gatau bingung gue juga"
"kakak lo lagi sakit kan ya? Nanti gue ke rumah lo ya bantu bantu kak mina jagain kak hyewon, gayakin gue sama lo sama bang jae"
"eh setan, segitu gapercayanya lo, gue bisa diandelin kali"
"iya dah iya" yujin terkekeh
Minhee tertawa mendengar ucapan teman kecil itu. Namun tiba-tiba, terdengar bantingan pintu yang sangat kuat, terlihat pintu ruang kelas minhee sudah terbuka lebar dengan jaemin disana sambil terengah-engah.
Jaemin berlari kearah minhee dan menarik tangan adiknya kasar keluar kelas.
"bang lo apa-apaan sih? Rusak tuh pintu kelas gue gara-gara lo"
"berisik lo udah ikut aja" jaemin terus menarik minhee, matanya merah seperti menahan amarah, namun juga kesedihan, sulit diartikan pokoknya
"sakit ih bang tangan gue merah noh, apansih jawab dulu napa punya mulut ga sih lo bang?"
"oke-oke, dengerin gue baik-baik, lo yang maksa gue buat ngomong" jaemin mengacak rambutnya kasar dan mengambil nafas dalam-dalam
"Bun... bun..da.. pap.. pa... u..dah ga a..da" jaemin terisak, suaranya kurang jelas. Namun minhee menangkap jelas apa yang dikatakan abangnya, jantungnya mendadak sesak dunianya seakan berhenti pandangannya mulai buyar dan minhee berharap pendengarannya itu salah dan memastikannya sekali lagi.
"hah?"
"kece..la..ka..an.. pesa..wat"
Kaki minhee lemas, tubuhnya tiba-tiba ringan, ia sudah hampir jatuh ke lantai kalau tidak ada yujin yang menahan punggung sahabatnya itu. Yujin diam-diam mengikuti minhee yang dibawa jaemin dari kelas tadi, yujin juga sakit mendengar perkataan jaemin, karena bagaimana pun bunda dan papa sudah seperti orang tuanya sendiri.
Jaemin dan minhee pulang ke rumah diantarkan mobil sekolah. Jaemin mendapat kabar perihal orang tuanya dari gurunya yang mendapat telepon dari kang mina. Pikiran kedua lelaki ini campur aduk, keduanya tidak berhenti menangis. Merasakan sesak yang sangat menyakitkan. Terkadang sulit untuk mengambil udara sekitar, rasanya masih tidak nyata.
Sesampainya di rumah, rumah besar keluarga kang sudah penuh oleh para pelayat. Keduanya masuk dan melihat kedua kakak perempuannya terlihat berantakan. Mereka sama-sama hancur, berpikir bahwa semuanya telah berakhir. Minhee kini benar-benar jatuh terduduk, mendengar suara tersebut hyewon dan mina menatap kedua adiknya dan semakin menangis menjadi-jadi. Mereka berempat berpelukan, berusaha mengusap setiap tetes yang mengalir dari pelupuk mata mereka, namun nampaknya sia-sia air mata itu mengalir tanpa henti. Ini terlalu tiba-tiba. Berusaha saling menjaga seperti yang orang tuanya ucapkan 3 tahun lalu, juga saling menguatkan. Meskipun pada kenyataannya, mungkin sudah tak ada lagi kata kuat.
wado wadoo lanjut ga nih................
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah, Aku Pulang!
FanfictionKemana lagi kamu akan pulang, jika bukan ke tempat dimana kamu dapat melihat orang-orang yang kamu sayangi? Rumah. Yaitu, tempat Mina menenangkan diri dari ke-toxic-an dunia, tempat Hyewon bereksperimen makanan apalagi yang akan ia buat, tempat Jaem...