Happily Ever After

297 49 24
                                    

Manusia tak pernah tahu mengapa seseorang tersenyum. Mereka juga tak mengerti alasan di balik kesedihan orang lain. Yang mereka tahu hanyalah menggunjing. Tanpa peduli mengenai hati yang bisa saja terluka.

Namun kini tak ada lagi rasa sedih. Tiada lagi air mata menghiasi hari yang terus berganti. Sumber kebahagiaan hidupnya telah kembali. Tidak ada satu pun kata yang tepat untuk menggambarkan betapa bahagianya Ayura Maya Frestiandini.

"Welcome back, my sweetest little sister!" bisik Chandra tepat di telinga kiri Yura.

Bukannya menjawab, wanita itu justru mencebik lalu mencubit kecil. "Kenapa bicara seperti itu, sih? Memangnya kau pikir aku baru saja menyelesaikan tur keliling dunia, Kak?"

Chandra tertawa kencang sambil memegangi perutnya.

"Bukan begitu. Selama tujuh tahun ini kau lebih suka jadi pendiam. Bahkan aku yang terkenal paling anteng saja sampai kalah sengapnya darimu." Giliran Dio yang bersuara.

Yura mengerucutkan bibirnya lucu. Ingin sekali mencubit kakak ke duanya tersebut tapi ia segan.

"Sudahlah. Yang berlalu biarlah berlalu. Sekarang lihat ke depan. Bukankah menyenangkan melihat Azka menempel terus pada Brian? Selama ini dia hanya mengekor padaku, Kak Chand dan juga Vigo. Bahkan kukira Vigo akan resmi menjadi ayah barunya jika ..." ucapan Dio terhenti saat Yura dan Chandra memanggil namanya dengan gemas. Lelaki dengan bibir menyerupai hati tersebut menyengir saat menyadari ucapannya.

Ketiganya tertawa. Sudah lama sekali tawa yang seperti ini lenyap. Sangat berharga.

Chandra menepuk bahu Yura, ia berkata, "Pergilah pada cintamu. Rajutlah kembali kisah yang sempat terhenti antara kau dan Brian. Dan jangan lupa buatkan satu lagi ponakan yang lucu untuk kami, ya."

Yura bersedekap. Dengan santai ia menjawab ucapan Chandra, "Kenapa harus aku? Bukankah seharusnya sekarang giliranku yang mendapat jatah keponakan dari kalian?"

Sembari menjulurkan lidah, Yura berlari. Sementara Dio dan Chandra spontan mendelik. Sayangnya, wanita itu telah berlabuh di sisi sang suami yang tengah sibuk mengedit fotonya beserta istri dan anaknya.

ㅡFIN.


🐣🐣🐣

Hoyaaaahhh~
It's officially meet the end, Guys! 😢
Aku nggak nyangka bisa nyelesaiin tantangan menulis 30 hari ini dengan tepat waktu, meski ada aja drama yang terjadi di balik layar :v

Oh iya, pada nyadar nggak sih kalau bab ini adalah bagian pertama dan terakhir dari They Never Know yang aku publish di sore hari?
Kan, biasanya aku up bab baru tiap di atas jam 10 malem kayak webtoon :')


Btw, ada yang nyariin Vigo nggak?
Atau mau bonus?
Wkwkwk.

Udah ah, see you 😘

With Love,
Pialoey.

RAWS Festival 2019 : They Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang