Tiga

4.6K 298 6
                                    

Aku tak peduli dengan semuanya. Yang aku pedulikan adalah dia. Dia yang selalu aku sayang karena dia selalu bersamaku sejak lahir.

***

Sesampai di sekolah, banyak Pasang mata yang melihat mereka. Karena tidak biasanya seorang Satya bersama dengan seorang wanita. Apa lagi wanita itu adalah Dhifa. Cewek yang lumayan terkenal di sekolah mereka.

Cewek dengan nama lengkap Nadhifa Aqila Shalsabilla ini memiliii wajah imut dan memiliki lesung pipi di kedua pipinya. Sehingga membuat dia menjadi pusat perhatian banyak orang.

"Makasih ya," kata Dhifa yang sudah menyerahkan helm yang diberikan oleh Satya.

"Iya, ke kelas sana," kata Satya.

"Emang lo gak ke kelas, kelas kita satu arah, 'kan?" tanya Dhifa heran.

"Gue mau ke-rooftop, males banget kalo masuk jam pertama, gurunya gak asik," jawab Satya santai.

"Yaelah ngapain sih lo bolos, gak ada untungnya juga," kata Dhifa.

"Bodo amatlah. Dah ya gue luan," ucap Satya lalu meninggalkan Dhifa.

***

Saat bel istirahat, Dhifa berencana untuk menyusul Satya ke-rooftop. Entahlah perasaannya tidak enak saat ini.

Sesampai di-rooftop Dhifa mendengar jika Satya berteriak. Langsung saja Dhifa membuka pintu menuju rooftop.

"Gue benci! Gue benci sama mereka! Kenapa harus gue aja, kenapa?!"

Setelah berteriak tubuh Satya meluruh lemas. Tenaganya sudah habis. Badannya lemas karena dari kemarin dia belum ada makan sedikitpun.

"Satya!" teriak Dhifa saat melihat Satya meluruh.

Dengan segera dia menghampiri Satya dan menuntunnya ke sofa panjang yang sudah tidak digunakan lagi.

"Badan lo panas Sat," kata Dhifa setelah memegang kening Satya.

"Iya gue tahu," balas Satya pelan.

"Gue antar ke UKS ya," tawar Dhifa.

"Gue di sini aja. Lo jangan ke mana-mana, gue lemes banget Dhif," ucap Satya lalu menyandar di bahu Dhifa.

Dhifa merasa tidak enak karena melihat Satya yang tidak nyaman.

Baru saja Dhifa mau memindahkan Satya ke pangkuannya, Satya melarangnya.

"Kaya gini aja, gue udah nyaman," ucap Satya yang masih memejamkan mata.

Dhifa hanya menghela napas dan tetap duduk diam di samping Satya.

***

"Satya, bangun, udah bel pulang," ucap Dhifa membangunkan Satya.

Satya mengerjapkan matanya. Menyesuaikan cahaya yang masuk.

"Maaf," kata Satya tiba-tiba.

"Untuk?" tanya Dhifa.

"Udah buat lo bolos," jawab Satya.

"Iya gapapa, kan gak mungkin gue ninggalin lo sakit kaya gini," kata Dhifa.

Satya memeriksa ponselnya ada notif dari sahabatnya.

Ferdi
Woi Sat, di mana lo? Satu harian gak masuk. Hari ini jadwal latihan futsal
13.30 pm

Gue ketiduran di rooftop. Entar lagi gue ke lapangan
13.45 pm

Setelah membalas pesan Ferdi Satya langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Lo kalau mau pulang sendiri aja ya Dhif. Gue mau latihan futsal, takutnya lo kelamaan kalo mau bareng gue," kata Satya.

"Lo kan masih sakit Sat, kok dipaksa main futsal sih. Kalau lo tumbang gimana?" tanya Dhifa sedikit khawatir.

"Gak bakalan tumbang kali Dhif. Gue cowok," balas Satya.

"Alah tadi aja udah mau tumbang kok," ejek Dhifa.

"Ya itukan tadi," kata Satya tidak terima.

"Terserah lo deh. Gue nungguin lo latihan aja deh, bosen gue di rumah," kata Dhifa.

"Terserah lo, Yaudah yuk langsung ke lapangan."

***

Update guys

Rajin kan? Wkwkwk

VOTE N COMMENT

Difference ✔ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang