Sepuluh

4.2K 258 12
                                    

Dhifa, Ferdi, dan Fikri menunggu Satya di depan ruang UGD. Satya baru saja diperiksa oleh Dokter. Mereka sangat khawatir dengan keadaan Satya.

"Gue mau hubungin orang tua Satya dulu," kata Ferdi tiba-tiba.

Dhifa dan Fikri hanya mengangguk.

Ferdi langsung menghubungi ayah Satya. Ketika terhubung Ferdi langsung mengatakan apa maksudnya.

"Assalamualaikum Om,"

"Waalaikumsalam, kenapa Ferdi?"

"Om, Satya pingsan dan sekarang lagi diperiksa sama dokter,"

"Kenapa dia? Kok bisa pingsan?"

"Gatau Om, tadi kakinya sakit terus ga lama langsung pingsan, kami panik jadi langsung bawa ke rumah sakit,"

"Yaudah, bentar lagi saya sama istri saya ke sana,"

"Baik Om, Assalamualaikum,"

"Iya, Waalaikumsalam,"

Setelah itu, sang dokter keluar dari ruang UGD. Mereka langsung mendekat.

"Bagaimana keadaan teman saya Dok?" tanya Fikri cepat.

"Keadaan pasien sudah membaik. Tapi saya perlu mendapatkan izin dengan orang tua pasien untuk melakukan ronsen pada kakinya," jawab Dokter tegas.

"Sebentar lagi orang tua Satya datang Dok," balas Ferdi.

"Yasudah, nanti jika orang tua pasien datang, tolong suruh ke ruangan saya yang itu," ucap Dokter lalu menunjuk sebuah ruangan.

"Baik Dok. Dokter, boleh kami masuk?" tanya Ferdi.

"Silahkan," jawab Dokter.

"Terima kasih Dok," kata Ferdi.

Mereka langsung masuk ke dalam ruang UGD untuk melihat keadaan Satya.

Satya masih menutup matanya. Dhifa menangis melihat kondisi Satya.

"Udah Dhifa, lo jangan nangis," kata Fikri.

Tanpa menjawab Dhifa langsung mendekati ranjang Satya dan menggenggam tangan Satya.

"Satya kamu kenapa sih? Kalau ada apa-apa bilang sama aku. Jangan diam lalu kaya gini," ucap Dhifa sambil menangis.

"Udah Dhif udah," kata Ferdi.

***

Orang tua Satya langsung menjumpai dokter yang menangani Satya ketika sudah diberi tahu oleh Ferdi.

"Permisi Dok," ucap Aldi--Ayah Satya.

"Silakan duduk Pak, Bu," kata Tito--Sang Dokter mempersilahkan.

"Kenapa Dokter panggil kami ke ruangan dokter ya?" tanya Aldi.

"Jadi gini, saya ingin meminta izin untuk melakukan ronsen pada kaki Satya," jawab Tito.

"Kenapa harus dironsen Dok?" tanya Aldi.

"Saya hanya memastikan jika dugaan saya itu salah Pak, mohon pengertiannya," jawab Tito.

"Baiklah, terserah Dokter saja," kata Aldi.

"Silakan di tanda tangan Pak," ucap Tito lalu memberikan surat izin untuk melakukan ronsen.

Setelah menandatangani berkas, mereka langsung keluar dari ruangan dokter Tito.

"Nyusahin aja sih Satya Bun," kata Aldi kesal.

"Sudahlah Yah, Satya juga lagi sakit," ucap Sarah.

"Iya tapi harus banget sih di ronsen. Kakinya juga Palingan cuma kesemutan biasa," balas Aldi.

"Udah-udah, sekarang Ayah pulang aja, biar Bunda yang jaga Satya," kata Sarah.

"Terserah kamu," kata Aldi lalu meninggalkan Sarah.

Sarah hanya menggeleng-geleng kepala melihat suaminya.

Dari Satya dan Wara kecil, Aldi memang tidak pernah bermain apalagi mengobrol dengan Satya. Dan sampai sekarang pun, Aldi sedikit benci melihat Satya karena kenakalan Satya.

***

Huh, ngetik cepat nih supaya bisa update Hehe

Semoga suka ya

VOTE N COMMENT

Difference ✔ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang