Sembilan

4.1K 264 7
                                    

Setelah kejadian di danau tadi. Satya memutuskan untuk pulang. Sebelumnya, dia sudah mengantar Dhifa.

Saat mau melangkah ke tangga, kakinya terasa sakit seperti di danau tadi. Dia memegang kakinya, tidak meminta bantuan siapapun. Berusaha untuk meredakan sakit kakinya. Dia tidak tahu kenapa kakinya sakit.

"Kamu kenapa?" tanya sang Bunda ketika melihat Satya yang memegang kakinya.

"Enggak papa kok Bun. Cuma kesemutan aja," bohong Satya.

"Yasudah, Bunda ke dapur dulu," balas sang Bunda lalu meninggalkan Satya sendiri.

Dan Satya sudah terbiasa diperlakukan seperti itu. Hanya ditanya kenapa dan tidak ada perhatian lainnya.

Satya melihat Wara turun dari lantai atas. Kaki Satya sudah sedikit membaik walaupun masih terasa sakit.

Satya jalan pelan-pelan melewati Wara yang sedang menatapnya. Jalan Satya sedikit pincang karena kakinya masih sakit. Hal itu yang membuat Wara terus memperhatikan Satya. Walaupun Wara tidak pernah peduli, batin Wara juga merasakan apa yang dirasa oleh Satya.

"Kenapa lo?" tanya Wara menghampiri Satya.

"Ah enggak papa kok gue," bohong Satya lalu melanjutkan langkahnya.

Wara terus memperhatikan Satya hingga Satya terjatuh, Wara langsung menghampiri Satya. Bagaimanapun dia masih ada rasa kemanusiaan.

Wara membantu Satya hingga sampai di kamar Satya. Setelah Wara membantu Satya untuk duduk di tempat tidur Satya, Wara langsung melangkah meninggalkan Satya.

"Makasih," ucap Satya dan Wara hanya berhenti sejenak lalu pergi tanpa menjawab apapun.

Gue tahu lo sebenarnya peduli sama gue, batin Satya.

Setelah itu, Satya membuka sepatunya dan merebahkan tubuhnya yangb lemas.

***

Setelah rapi dengan seragam sekolahnya, Satya langsung melangkah ke tempat keretanya terparkir. Dia kan menjemput kekasihnya Dhifa. Sakit di kakinya sudah tidak terasa lagi.

Seperti biasa, dia tidak sarapan di rumah. Alasannya karena malas. Karena hal yang dibicarakan di meja makan hanya Wara, Wara, dan Wara. Hingga kupingnya sakit mendengarnya.

Sesampai di rumah Dhifa. Satya langsung mengirimkan pesan kepada Dhifa.

Dhifa. Aku udh di depan rumah kamu.
06.45 A.m

Iya bentar, aku pamitan dulu.
06.45 A.m

Satya memasukkan ponselnya di saku celananya. Setelah itu dia menunggu Dhifa.

Setelah pamit dengan kedua orang tuanya, Dhifa langsung keluar dari rumah untuk menghampiri Satya yang sudah resmi menjadi pacarnya.

"Semalam kenapa gaada kabarin aku?" tanya Dhifa.

"Maaf. Aku pulang langsung istirahat," jawab Satya.

"Yaampun. Kamu kenapa? Sakit lagi kakinya? Atau kenapa?" tanya Dhifa panik.

"Engga, cuma kecapekan aja," balas Satya.

"Kalau sakit jangan dipaksa sekolah," kata Dhifa.

"Iya sayang, aku ga sakit kok," ucap Satya.

"Yaudah, yuk berangkat," kata Dhifa dan Satya hanya mengangguk.

***

Sesampai di parkiran sekolah. Dhifa langsung turun dari motor Satya. Lalu dia memberikan helmnya pada Satya.

"Kamu ke kelas sendiri ya. Aku mau ke ruangan futsal, ada yang mau aku ambil," ucap Satya.

"Iya. Yaudah aku ke kelas dulu ya," balas Dhifa.

Dhifa melambaikan tangannya pada Satya. Setelah itu dia melangkah meninggalkan Satya.

***

Di taman, Wara sedang duduk dengan kedua sahabatnya, Riski dan Bayu.

"War lu jenapa sih dari tadi diem mulu perasaan," kata Bayu.

"Iya kan Bay, gue juga bingung sama sih Wara. Napa sih lu, ada masalah sama Della?" tanya Riski.

Tanpa menjawab pertanyaan kedua sahabatnya, Wara langsung meninggalkan mereka.

"Eh Wara, lu belum jawab," kata Bayu kesal.

Wara tetap melanjutkan langkahnya tanpa mendengarkan panggilan Bayu.

***

Bel pulang sekolah berbunyi. Hari ini, Satya latihan futsal. Sebelumnya dia sudah memberitahu Dhifa untuk menunggunya.

Dhifa hanya melihat Satya yang sedang bermain futsal di bangku yang memang disediakan.

Satya terus fokus bermain futsal. Hingga lama-kelamaan, tubuhnya merasa lemas. Namun dia tetap melanjutkan permainannya.

"Oper sini Fik," titah Satya saat melihat Fikri yang menguasai bola.

Fikri langsung mengoper pada Satya. Namun tiba-tiba Satya merasakan sakit pada kakinya. Hingga dia terduduk dan memegang kakinya kesakitan.

Dhifa, Ferdi, dan Fikri yang melihat itu langsung berlari menghampiri Satya.

"Satya, lo kenapa?" tanya Ferdi panik.

Satya hanya diam sambil menahan rasa sakitnya. Dhifa dan kedua sahabat Satya langsung khawatir ketika tidak mendapatkan jawaban Satya.

"Satya, coba jawab. Kamu kenapa?" tanya Dhifa sambil memegang tangan Satya.

Setelah itu, tubuh Satya limbung dan pingsan.

"Satya!!!" teriak Dhifa, Ferdi dan Fikri bersamaan.

***

Update oke?

Ayoo Satya kenapa yaa??

VOTE N COMMENT

Difference ✔ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang