Dua Belas

4.3K 277 13
                                    

"Kamu aja yang urus dia. Sakit kaya gitu aja manja banget. Malu sama adiknya sendiri," tukas Aldi kesal.

"Tapi Mas. Dia emang lagi sakit, siapa yang jagain Satya kalau kita berdua di sini?" ucap Sarah.

"Biar aku yang jaga Wara. Ngapain sih Satya harus dijagain? Dia sudah besar," kata Aldi.

"Mas, Wara gak mau kalau aku yang ke sana jagain Satya. Jadi tolong dong kamu jagain Satya," mohon Sarah.

"Gak usah ribut! Saya gak butuh dijagain kalian," ucap Satya tiba-tiba.

Sarah dan Aldi langsung menatap ke arah Satya. Sarah terkejut karena Satya ada di sini sekarang.

"Satya--"

"Udah Bun. Aku udah tahu kalau aku gak dibutuhin di keluarga ini," ucap Satya memotong pembicaraan Sarah.

"Berani-beraninya kamu melawan Bunda! Mau jadi apa kamu, hah!" sarkas Aldi yang melayangkan tamparan pada pipi Satya.

Satya diam. Rasa sakit langsung menjalar dari pipinya. Belum selesai rasa sakit yang ada di hatinya. Kini muncul rasa sakit yang baru.

"Mas!" tegur Sarah.

Sarah menghampiri Satya dan berusaha mengelus pipi Satya. Sementara Aldi hanya diam karena terkejut atas tindakannya.

Satya menepis tangan Sarah yang hendak menyentuhnya. Dia sudah tidak tahan. Bukan sapaan hangat yang dia dengar melainkan cacian dari sang Ayah. Apakah dia tidak berarti bagi ayahnya saat ini?

"Kenapa Ayah diam? Tampar aku lagi Yah, tampar! Itu kan yang buat Ayah senang. Aku bisa tahan kok kalau emang itu buat Ayah senang," tukas Satya.

"Nak, Ayahmu gak bermaksud untuk nampar kamu," ucap Sarah membela Aldi.

"Jadi yang barusan Bunda liat apa? Papa lagi bercanda sama aku gitu?" ungkap Satya.

"Aku capek Bun, capek kalau keadaan rumah kaya gini terus. Kalau Bunda gak sayang sama aku, lebih baik aku pergi dari rumah ini," kata Satya lalu berjalan meninggalkan rumah.

Sarah menangis. Bagaimanapun Satya adalah anak kandungnya. Walaupun dari dulu Satya kurang diberi perhatian olehnya. Tapi dia sekarang sadar jika Satya juga butuh perhatian.

Sarah berusaha mengejar Satya. Satya terus berjalan tanpa menghiraukan sang bunda memanggil namanya.

Satya masih memikirkan hasil tes yang sudah diberitahu oleh sang dokter. Entahlah dia tidak tahu harus apa saat ini. Tinggal di apartemennya mungkin adalah pilihan yang terbaik.

***
Update ya

Maaf telat banget. Aku capek karena pkl, huhuhuuu

VOTE N COMMENT

Difference ✔ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang