6. Berubah Pikiran

114 6 1
                                    


Selamat membaca.
Salam,

-AuthorImut.


******

Manusia bisa berubah pikiran kalo lo gak tahu.

******

BAB 6

Padahal hari ini jadwal Athlas masuk adalah siang. Tak ada angin tak ada hujan tiba tiba ia semangat sekali ngampus hari ini. Tapi tunggu dulu. Kenapa Athlas malah diam di depan gedung fakuktas kedokteran???

Duh ada apa dengan Athlas? Apa iya ia naksir gadis ayu itu? Masa sih. Masih cantikan Vena sih kalo kata hati Athlas mheheheh.

Athlas masih menunggu dengan sabarnya. Ia tidak mengutak atik ponselnya sama sekali. Yang dilakukan Athlas kali ini hanya berdiri sambil bersandar pada dinding. Tangannya ia masukkan kedalam hoodienya.

Maksud Athlas kemari tak lain tak bukan hanya ingin bercakap pada gadis itu. Entah apa yang ada dipikiran Athlas, tapi ini keinginannya sendiri.

Kelaspun bubar. Dosen nya sudah keluar. Satu persatu mahasiswa pun ikut keluar.

Nara, gadis itu baru saja keluar. Ia tetkejut dengan apa yang ada didepannya. Ia tersenyum menyapa Athlas dari dalam kelas.

"Hai!!" Sapanya.

Athlas hanya mentap gadis itu. Ia masih mengumpulkan niatnya untuk menjawab tawaran kerjasamanya.

"Gimana? Berubah pikiran?" Tanya Nara dengan senyum jahilnya. "Atau Kamu mau kita bicara ditempat lain?"

"Tidak. Disini saja."

"Jadi kamu berubah pikiran kan??"

Athlas menghela nafasnya. Ia menatap lekat lekat pada Nara.

"Saya setuju untuk membuat mural saja. "

"Hm.. oke tak apa. Itu sudah lebih dari cukup bagiku."

"Jadi kapan mulai membuat mural?"

"Wow... Kamu bersemangat sekali rupanya."

"Saya butuh kegiatan untuk mengisi waktu luang saya."

Nara tersenyum. Ia melihat Athlas yang antusias jelas sangat senang.

"Besok, kita bertemu besok di angkringan Bang Ali."

"Angkringan Bang Ali?"

"Iya. Di jalan Malioboro. Nanti kita bertemu disana pukul sembilan ya."

"Okee. Kalau begitu saya harus pergi."

"Okee sampai besok." Nara sangat senang bukan main. "Jangan lupa bawa pena kamu ya."

Vena. Bukan. Maksud Nara adalah Pena. Alat untuk melukis nanti. Tapi Athlas sih baper sendiri.

'Vena Gue gak tahu dimana. Mau dibawa juga gimana, susah. Kegedaan kalo Gue bungkus.

****

"Besok akhir pekan ke parangtritis yuk!" Ajak Bagas dengan antusias.

"Gue gak bisa." Jawab Athlas singkat.

"Kenapa lu? Biasanya paling mau." Balas Rafa yang tengah memakan mie instan terenak di dunia.

Iya. Mereka sedang santai di kantin. Ya bagaimana pun model kantin sejak dulu tetap saja kantin. Meski sudah populer kafetaria juga.

Vena & Athlas -vol2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang