8. Pulpen Kosong

111 7 4
                                    

Pagi  gaisss....

Oh iya. Terimakasih sudah membaca. Jangan lupa bagikan momen bahagiamu dikolom komentar.

Mau jawab pertanyaanku gak?
Yang mau jawab ya. Yang nggak skip aja langsung ke cerita aja hehe.

1. Apa kepanjangan PPKM menurut kamu?

2. Kalo pandemik ini selesai apa yang bakal kalian lakuin sebagai tanda syukur?

3. Mau Vena sama Athlas atau Athlas cari yang baru?

4. Mau cepat update? Ya sabar lagi nulis lagi ini, heheh.

5. Tanggapan kamu kalau cewek chat gebetannya duluan gimana?

Udah ya... Jangan lupa dijawab.

Jangan lupa bahagia. Salam Sayang.

-AuthorImut🖤

*****





Dilain tempat. Di kota istimewa. Kota penuh cerita bagi orang-orang. Kota yang diimpikan beberapa manusia bumi. Ya. Yogjakarta. Ah, entahlah. Jogja terbuat dari rindu dan kenangan. Banyak orang yang kembali untuk mengobati rindunya. Tapi beda halnya dengan laki-laki yang tengah duduk di halte depan kampus ini. Ia datang untuk belajar. Belajar menemui kedewasaan yang entah kapan akan ia temui. Sekarang ia tak sendiri. Satu temannya selalu bersama sejak pertama ia masuk asrama.

"Duh, Crush nya gue minta ketemuan lagi malam minggu besok." Ucap Gilang dengan  menekuk wajahnya.

"Mau bilang ada yang nembak kali." Jawab Athlas sembarangan.

"Lu kalau ngomong kenapa gak disaring dulu sih? Gue kan jadi insecure."

"Belagu bahasa Lo. Tapi Lo kan sama dia beda kota. Tenang aja kali, cari alasan kalo Lo sibuk banyak tugas."

"Yeeee, emang beda kota gue sama dia. Tapi masalahnya, dia bakalan ke Jogja minggu ini."

"Niat banget."

"Ya iyalah. Diakan masih kelas sebelas. Ke Jogja juga buat lihat universitas. Malam minggu juga minta ketemunya di Malioboro karena dia gak akan diawasi sama Gurunya."

"Lo sama bocah? Yang bener aja. Masa sama bocah sih, Lang?" Athlas tak habis pikir pada temannya.

"Gue udah temanan sama dia sejak bayi. Nyokapnya juga udah kirim pesan kalau ketemu di Jogja tolong awasi."

"Masyaalloh. Kita ketemu sama dedek gemes Lo kalo gitu."

"Beneran harus ini?"

"Haruslah. Sekalian ajak Bagas sama Rafa. Kita ngopi senja disana."

****

Athlas menatap langit kamarnya. Putih. Kosong. Tak ada yang lebih berwarna daripada baju yang ia pakai sekarang. Belum lagi seprai hitam menjadi penambah warna di kamarnya ini. Belum lagi baju yang dipakainya pasti kalau tidak hitam, putih, biru dongker lalu abu. Bukan Athlas tak mempunyai baju warna lain. Tapi rasanya Athlas lebih senang dengan pakaian itu.

Vena & Athlas -vol2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang