12

271 5 0
                                    

-em... Kak, dikarnakan kakak udah nraktir aku jajanan. Gimana kalau kubantu membawa naman ini! Ea... Kira-kira? Mau di bawa kemana ini...

En... Entalah? Rasanya seperti hipnotis saja.
-di ta... taman...

-taman ya.

Aku mengikutinya dari belakang, tapi waktu di pertengahan jalan... Dia di panggil sama para perempuan lain.

-Diana... Kenapa kau gak pernah cerita pada kami, kalau kau punya keluargah keturunan bulek...

-maaf' keluargah keturunan bulek. Maksud kalian kakak? Dia bukan keluargahku tapi teman baruku...

-kami tau dari ibu kantin sama pak sapam, kalau kakak tampan ini. Masih keluargahmu...

-kau ini teman atau apa sih, mala bohong sama kami' gak mau temenan sama kami lagi apa.

Diana kebingungan mau jawab apa? Dikarnakan kesal... Jadinya aku menjawab ucapan para ledys.
-maaf... Menurutku, kalian terlalu berlebihan menatap diana seperti hewan? Seolah-olah jika dia adalah hiburan sementara untuk kalian!
Mata semua orang melihat kearah kami.
-jika kalian jahil waktu pulang sekolah... Rambut diana di jambak' jika bosan di dalam kelas pasti di lempari bola kertas, apa itu yang namanya seorang teman. Nah... Ini sekarang?? Kalian mala mau menceramai diana dikarnakan masalah cowok sepertiku! Percuma suka sama aku. Kalau tipeku bukan kayak kalian... Dan... Aku harap jangan mengganggu diana lagi? Karna aku gak akan segan-segan untuk mengadu kepada kepala sekolah kalau kalian melakukan tindakan hampir sama seperti pembulian.
Aku dan diana meninggalkan para ledys yang mematung ketakutan, waktu sudah berada di taman... Pak Dian menatap kami kaget... Bahkan dia kelagapan bingung mau menjelaskanya situasi nanti seperti apa.
-pak kopinya. Di minum dulu? Maaf kelaman... Tadi ngantri.

-ha... Gak... Gak apa-

-ayah kenal dengan, kakak...

Kami berdua saling bertukar pandangan, kulihat diana meletakan dua gelas di atas meja.
-jangan di dengarin perkataan orang' kami akrab dikarnakan aku anak teman ayahmu di bandung? Aku sekolah ke jakarta ini... Dikarnakan merantau dan papaku mempercayakan diriku pada ayahmu. Makanya aku kemari karna kenal dengan ayahmu...

-emm' jadi gitu toh...

Syukurlah kalau Diana asal percaya aja apa yang aku omongin tadi, pak dian nampaknya legah... Dikarnakan tenang-tenang aja? Jadinya aku dan pak dian meminum kopi dan teh bersama.

-yah... Kakak beliin aku coklat...

Bruuuh...
Dikarnakan kaget, aku dan pak dian gak sengaja menyemburkan minuman kami berdua dari mulut.

-coklat...

-ia. Ayah mau' ada dua... Kalau aku yang makan semua nanti gak abis...

Kami berdua hanya diam' sedangkan diana membuka plastik coklat dan memberikanya pada pak dian, barulah satunya yang lain di lahap juga? Kan ada dua coklat! Kulihat pak dian kayaknya juga doyan jajanan kayak ginian.
-katanya makan coklat balikin mood orang lagi...

-masa?

-em bener.
Pak dian hanya menganggukan kepalanya saja' tapi tiba-tiba pak dian dapat sms! Waktu dia membacanya matanya tebelak kaget.
-pak... Bapak gak apa-apakan?

-ha... Ha... Ia, gak apa-apa...

Bel masuk kelas dimulai, diana pamit mau ke kelas lagi... Dia menyalimin ayahnya... Tapi waktu udah di hadapanku? Dia mau menyalimin aku! Sedangkan tanganku gemetaran!! Dia memegang tanganku dan menciumnya bahkan dia tersenyum kearahku... Barulah dia pergi ke kelas lagi? Sedangkan aku, cengar-cengir gak jelas.
-he...he... A... A... Aduuuh' pak... Pak sakit? Jangan jewer telingaku...



####?*

DIANA MAMA TIRIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang