Bagian 3.

1K 120 11
                                    

Janji dibatalkan.

Hoseok diam di apartemen. Duduk sambil memeluk lutut di sudut sofa. Bibirnya terkatup rapat. Tidak berani bersuara apalagi bicara.

Sudut matanya melirik ke arah jam dinding, pukul sepuluh. Dia melewatkan sarapan. Oke, lupakan. Itu tidak penting.

Setelah kejadian tadi. Seyeon marah besar. Dia mengamuk. Bahkan mengancam Hoseok kalau dia akan melaporkan Hoseok karena sudah melecehkan dirinya.

Oh, ayolah. Siapa yang salah di sini? Melecehkan? Hoseok jelas akan menyalahkan Seyeon. Karena dia yang sengaja memakai kemejanya dengan cara yang salah.

Namun, jika diingat lagi, bukankah Seyeon memang selalu seperti itu? Lalu, mengapa Hoseok seolah seperti orang yang baru pertama kali melihat Seyeon. Layaknya orang asing. Seharusnya Hoseok tak perlu protes. Dia melihatnya nyaris setiap waktu.

Yang Hoseok pikirkan adalah, apa gadis itu tidak mampu membeli bra? Berapa banyak bra yang dimiliki gadis Han itu? Akan Hoseok belikan jika perlu.

"Seyeon ... ,"

"DIAM!"

Hoseok mengulum bibir. Gadis itu sama seperti dirinya. Meringkuk di ujung sofa satunya. Dia baru berhenti menangis. Iya, dia menangis.

"Oke, aku minta maaf," kata Hoseok. "Kau tidak perlu menangis seperti itu. Kau juga menikmatinya kan?" katanya lagi.

"Yak!"

Hoseok meringis. Teriakan itu nyaring sekali.

"Kenapa kau melakukan itu padaku Hoseok?! Kenapa?!"

Hela napas, Hoseok mengubah posisi menghadap Seyeon. "Sudah kukatakan aku ini lelaki. Yang tadi jelas bukan apa-apa untukku."

"Brengsek," desis Seyeon marah.

"Kenapa kau tidak terima? Kita sudah pernah berciuman sebelumnya, 'kan? Seharusnya kau tak perlu marah."

Seyeon menatap tajam Hoseok. "Tapi yang tadi itu apa? Apa maksudmu Hoseok?"

Memang betul keduanya pernah berciuman. Beberapa kali. Hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis saja. Seyeon mengakui itu, dia tidak akan mengelak. Tapi, Hoseok tidak pernah memperlakukan dia seperti tadi. Seterbuka apapun penampilannya, Hoseok pasti hanya akan mengumpat, berteriak protes padanya atau memarahinya, tidak sampai menyentuh.

"Itu adalah bukti kalau aku mampu. Aku bisa saja berbuat sesukaku padamu. Tapi maaf saja, aneh rasanya bila kita sampai bercinta."

Oh, astaga. Seyeon ingin sekali melemparkan vas bunga yang ada di sampingnya ke kepala Hoseok sekarang juga.

"Aneh kau bilang? Kita nyaris melakukannya di dapur, Jung sialan Hoseok!"

Hoseok mendengus, "Sudah kukatakan padamu, itu bukan apa-apa untukku. Kenapa bisa kau sebut nyaris bercinta? Apa seperti itu definisi bercinta bagimu?" setelah itu dia tertawa remeh.

Wajah Seyeon memerah.

"Ah, kebetulan sekali. Aku selalu penasaran. Kapan terakhir kali kau melakukannya?"

Seyeon diam. Menelan ludahnya resah. Ini adalah pertanyaan ke sekian dari Hoseok.

"Kenapa? Tidak pernah? Serius? Lalu untuk apa semua pakaian seksimu itu?" tawa Hoseok yang lebar sangat menganggu. "Dan juga, apa saja yang kau lakukan dengan pacarmu selama berkencan? Cih, jadi selama ini ternyata kau yang tidak memuaskan."

Hoseok berdiri dari duduknya. Berjalan melewati Seyeon yang menutup rapat bibirnya.

"Seyeon-ah lain kali, jangan hanya berciuman, ayo lakukan."

Might Melt [Jung Hoseok] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang