Bagian 13.

815 98 7
                                    

Seyeon pulang dari butik Dawon tepat di jam makan malam.

Biasanya Hoseok akan pulang pukul delapan atau sembilan. Dia sudah selesai mandi dan memasak. Dia berniat untuk menunggu Hoseok.

Oh, Seyeon juga sudah menyiapkan dirinya sendiri. Maksudnya adalah, dia sudah bertekad untuk membuka hatinya untuk Hoseok. Dawon sudah memberitahu segala hal mengenai Hoseok dan Seyeon rasa tak ada salahnya untuk dia menjalin cinta bersama temannya itu.

Seyeon juga tidak ragu, karena dia melihat keseriusan darinya. Hoseok itu gigih sekali. Dia pekerja keras. Lalu, untuk membalasnya Seyeon akan menyerahkan hidupnya kepada Hoseok untuk menjadi lebih baik lagi.

Lima menit yang lalu Hoseok mengirim pesan singkat padanya kalau lelaki itu akan pulang dengan cepat, jadi yang dilakukan Seyeon saat ini adalah menunggu di depan pintu dengan jantung yang berdegup kencang.

Dia merasa gugup tidak seperti biasa. Apa itu karena sekarang situasinya berbeda?

Dulu mereka hanya berteman saja. Tapi sekarang mereka adalah teman yang berkencan.

Saat sedang memerhatikan pintu, Seyeon tersentak kecil karena pintu itu tiba-tiba terbuka. Saking tak fokusnya, dia sampai tak sadar bahwa orang yang ditunggu muncul dari balik pintu.

"Oh, hai sayang,"

Ah, Hoseok ...

Lelaki itu menghampiri Seyeon dengan kedua tangan terbuka lebar. Seyeon mengulum senyum dan berjalan mendekatinya. Memeluknya.

"Kau menungguku?"

"Iya."

"Manis sekali."

Hoseok mencium kepala Seyeon sebentar kemudian melepas pelukannya. Membawa gadis itu masuk ke dalam.

"Hoseok, aku malu."

"Apa?"

Seyeon menatap Hoseok yang sedang melepas jas dan dasinya.

"Saat kau memanggilku sayang, aku merasa malu," cicitnya pelan.

"Malu? Kenapa? Kau tak suka?"

Hoseok memang selalu memanggilnya seperti itu semenjak Seyeon setuju untuk berkencan dengannya. Dan Seyeon selalu merasa malu, jika berkencan dengan lelaki lain, dia tak pernah dipanggil dengan sebutan manis sepeti itu dengan tulus. Mungkin hanya ... Jimin.

"Kau terlalu berterus terang."

"Oke? Aku tak mengerti. Tapi aku akan berhenti kalau itu mengganggumu."

Oh, Seyeon kau jahat. Lihat betapa mengertinya seorang Jung Hoseok padamu.

"Tidak, tidak. Lakukan itu, buat aku terbiasa. Bukankah kau berniat membuatku jatuh cinta padamu?"

Hoseok terkekeh, dia menarik Seyeon untuk mendekat. Memeluk pinggangnya, memberi kecupan bertubi-tubi di wajah dan bibirnya.

"Kenapa kau terlihat seperti seorang gadis remaja yang baru mengenal cinta, hm?"

Seyeon balas memeluk Hoseok. Menerima ciuman itu dengan senang hati.

"Lucu sekali."

"Hoseok, hentikan itu geli."

Hoseok tidak mau dengar, dia tetap memberi kecupan ribut di wajah gadis itu.

Keduanya tertawa ketika Seyeon mendorongnya ke sofa. Seyeon duduk mengangkangi Hoseok, kakinya di lingkarkan ke pinggang lelaki itu.

Ciuman itu tak lantasnya dibiarkan berakhir. Karena Hoseok tak mau melepaskan Seyeon.

"Hoseok sudah, aku kehabisan napas."

Might Melt [Jung Hoseok] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang