25 - Perasaan yang Berubah

7.6K 1.4K 197
                                    

Chapter 25

"Liverpool lawan Manchester City jadwalnya kapan sih?" tanya Virgo di sela-sela pelajaran Kimia di kelas. Karena dia sudah mengerjakan soal dan guru yang mengajar barusan izin keluar kelas, dia bisa bebas mengajak Kibay, teman sebangkunya, bicara.

"Tanggal 30 atau 31, kalau nggak salah," jawab Kibay tanpa menoleh ke salah satu sohibnya itu soalnya dia masih sibuk menyalin jawaban Virgo.

"Emang ini tanggal berapa?" tanya Virgo lagi.

Kibay menatapnya sekilas. "Gue lupa. Cek aja sendiri."

Cowok itu pun mengeluarkan ponselnya untuk mengecek kalender disana. Ternyata hari ini tanggal 22. Berarti super big match Liga Inggris itu akan dimainkan hampir seminggu lagi. Virgo tentu tidak akan melewatkan pertandingan seru tersebut.

"Jadi tanggal berapa sekarang?" Kibay gantian bertanya setelah menyelesaikan soal ke empat dari lima pertanyaan.

"22."

"Pantesan duit jajan gue udah mau abis. Udah deket akhir bulan rupanya. Cepet-cepet tanggal 1 deh, biar bisa dikasih duit bulanan lagi," Kibay mengomel sendiri.

Virgo tersentak. "Bulan depan September ya?!"

Kibay langsung menoleh, ikut-ikutan kaget. "Kenapa emangnya?"

Virgo terdiam, saat itulah Kibay menyadari satu hal. "Ah, bentar lagi lo ulang tahun."

Virgo makin tersentak karena hal pertama yang terlintas di benaknya ketika mengingat bulan September bukanlah hari ulang tahunnya yang jatuh tepat tanggal 10.

Kibay menatap Virgo makin bingung soalnya Virgo tampak larut dalam pikirannya sendiri. "Oy! Mikirin apa lo?"

Virgo akhirnya bereaksi. Dia menggeleng singkat. "Nggak ada. Gue kaget aja bentar lagi September."

Sadar kalau keterkejutan Virgo itu ternyata nggak penting-penting amat, Kibay mendengus dan kembali melanjutkan aktifitas menulisnya yang sempat tertunda.

***

Sacha menghela napas panjang ketika bel pulang berbunyi. Setelah guru di depan sana meninggalkan kelas, dia langsung membereskan buku dan peralatannya.

"Lo pulang sama Virgo?" tanya seseorang di samping Sacha begitu tiba-tiba. Sacha menoleh dan menemukan Arin yang tengah memandangnya dengan alis menukik tajam.

"Kayak biasa," jawab Sacha, berusaha cuek.

"Lo nggak inget omongan gue di toilet kemarin-kemarin?"

Sacha tersenyum tanpa arti. "Inget, kok. Gue juga udah minta maaf sama Virgo."

"Setelah minta maaf, lo mau nyusahinnya lagi?" Arin menatapnya tak percaya.

Sacha melipat bibirnya. Kata-kata Arin cukup menusuknya. "Gu..."

"Nggak usah jawab," cetus Arin sambil berdiri. Lalu dalam waktu nano detik, wajah sinisnya berubah karena sebuah senyum tiba-tiba tercetak disana. "Gue tau jawabannya."

Sacha kaget. Kok Arin bisa tahu jawabannya sedangkan Sacha sendiri sebetulnya ragu mau menjawab apa?

"Gue paham. Nikmati waktu yang bisa lo habiskan sama Virgo sebelum lo resmi keluar dari rumahnya."

Sacha mengela napas panjang. "Gue juga paham, Rin. Lo sebenernya takut kan Virgo berpaling dari lo karena sampai sekarang dia belum ngajak lo balikan juga?"

Super Big MatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang