Chapter 29
Mario menjemput Sacha di rumah, lalu dengan motornya, Mario membawa Sacha ke restoran Steak House yang jaraknya hanya dua kilometer jauhnya dari komplek mereka.
Mereka duduk di kursi yang bersebelahan dengan dinding kaca di lantai dua. Dari sini, mereka dapat melihat pemandangan jalan raya di bawah sana.
Setelah memesan makanan, Mario mengeluarkan sesuatu dari dompetnya. Dua lembar tiket pensi sekolahnya.
"Gue kebetulan anak OSIS, dapat kepanitiaan ngurus pensi ini, jadi gue dapat jatah gratisan tiga. Satunya udah gue kasih sepupu gue. Sisanya gue bingung mau kasih siapa lagi, lalu gue keinget lo, Cha. Kayaknya lo mau, jadi gue chat lo semalem," jelas Mario panjang lebar.
Sacha menerima tiket yang diulurkan Mario tersebut dengan senyum terbaik yang dia punya. "Thanks, ya, Mar, tahu banget gue lagi butuh hiburan."
"Sama-sama. Lo bisa ajak temen lo, atau Virgo, seinget gue dia datang ke pensi sekolah gue tahun kemarin. Mungkin dia bakal dateng juga tahun ini," jawab Mario.
"Oh, Virgo hobi nonton konser juga, ya? Gue kira hobinya itu nggak jauh-jauh dari main bola, nonton tv, main game, rebahan. Gitu terus sampe capek sendiri."
Mario terkekeh. "Mungkin tahun kemarin dia datang ke pensi sekolah gue karena terpaksa kali, ya. Seinget gue dia bareng cewek."
Sacha tersentak. "Bareng Arin?"
Mario mengangkat bahu sekenanya karena nggak tahu nama cewek yang digandeng Virgo tahun kemarin.
Sebisa mungkin Sacha mengontrol ekspresinya. "Lagi bucin-bucinnya kali dia, makanya nurut aja kemauan cewek."
Senyum Mario semakin lebar mendengar komentar Sacha. "Btw, Cha, apa kabar renovasi rumah lo? Udah bisa memprediksi kapan bakalan pindah dari rumah Virgo?" Mario mengalihkan pembicaraan.
"Kayaknya bulan depan udah pindah. Tapi gue belum tahu pasti juga, sih."
Mario manggut-manggut. "Nyokap lo gimana? Jadi mau bikin usaha sama nyokap Virgo?"
Sacha memang sempat menceritakan mengenai rencana mamanya dan Bunda Virgo tersebut pada Mario setelah pertemuan pertama mereka di minimarket.
"Jadi, tapi progress-nya emang terbilang lamban. Setelah sibuk bolak-balik nyari tempat, nyokap sama Tante Laras akhirnya nemuin lokasi strategis untuk bangun usahanya, sekarang masih sibuk ngurus konsep bakery-nya gimana."
"Oh, gue doain lancar deh."
"Ya, semoga aja. Gue juga berharap begitu. Btw, denger-denger bokap nyokap lo lagi liburan ke Lombok, ya?"
"Sebenernya bokap ada dinas disana. Nyokap ngikut, jadi sekalian liburan."
"Wah, enak banget, ya. Jadi lo ditinggal di rumah sama kakak lo berdua aja?" tanya Sacha. Mario memang punya kakak laki-laki yang usianya lima tahun lebih tua darinya.
"Iya. Untung ada Mbok Inah yang bantu ngurus rumah. Emang udah jadi derita gue ditinggal mulu sama kakak gue setiap bokap dan nyokap melalang buana ke sepenjuru negeri," ucap Mario sok sedih.
Sacha tertawa. "Sebagai murid yang teladan, lo kan nggak bisa ninggalin sekolah."
Gantian Mario yang tertawa. "Teladan apanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Super Big Match
Teen FictionBertemu kembali setelah empat tahun perpisahan itu bukanlah perkara yang menyenangkan, setidaknya itulah yang ada dalam benak Sacha ketika dia kembali bertemu dengan Virgo begitupun sebaliknya. Andai saja Virgo itu nggak serba sok dan nggak pand...