"Aduh....berisik banget wanita-wanita ini, tahu ga sich kalau mereka sekarang sedang berada di perpustakaan. Lagian ngapain si Kevin ke perpustakaan? Kalau mau ketemu fans di lapangan sana bukan disini, tempat dimana orang butuh keheningan," gerutuku dalam hati. Hari yang tadinya menyenangkan menjadi menyebalkan gara-gara Kevin dengan pesonanya datang ke perpustakaan dan memabukkan semua wanita yang disini mungkin juga aku termasuk di dalamnya.
"Dine, kamu ga ikutan gabung sama wanita-wanita itu," kata Tasya sahabatku memecahkan konsentrasi. "Ga ah lagi dapat buku yang bagus buat di nikmatin, kalau kamu mau kesana, kesana aja," jawabku sambil memberi senyuman termanis dari balik kacamataku. "Idih buku dinikmatin, emang kue? sekali-kali kek kamu kenal sama pria biar ga cupu-cupu amat," sahut Tasya. "Ngomong-ngomong kamu pernah punya pacar belum sich? Pacaran pertama waktu umur berapa? trus ciuman pertamamu sama siapa?" lanjutnya. Aku cuman diam dengerin dia ngomong. Ehm.... pertanyaannya mulai aneh nich kayaknya.
Kadang aku juga berpikir, kenapa buku lebih menyenangkan bagiku dibanding para pria disana ya? Mungkin karena itulah sampai sekarang aku belum pernah punya pacar dimana teman-temanku yang lain hampir semua sudah ga perawan. Apa jangan-jangan aku sudah ga normal? Lagian pria mana sich yang berminat sama wanita kutu buku seperti aku. Wajahku sich ga jelek-jelek amat tapi tubuhku jauh dari impian para pria. Payudaraku hampir rata, lekuk tubuhku bukan yang aduhai cuma kaki jenjangku yang bisa aku banggain. Aku juga jarang dandan, yang penting tampil bersih dan terawat itu saja. Jadi sepertinya ga akan ada pangeran tampan yang akan melirikku.
Masih asyik dengan bukuku, tiba-tiba Kevin lewat di sampingku. Deg....sesuatu seperti bergerak di jantungku. Bohong jika aku tak terpengaruh oleh pesonanya, beruntung aku bisa mengendalikan tubuhku sehingga tidak seperti wanita-wanita centil yang selalu mengikuti kemanapun Kevin pergi. Lagian Kevin adalah pria yang harus aku hindari karena hanya rasa sakit yang bisa dia berikan, lihat saja sudah berapa wanita yang patah hati gara-gara dirinya. Tapi entah kenapa mencium bau parfumnya saja, membuat tubuhku meregang, ada hawa panas yang tiba-tiba muncul di bagian bawah perutku sampai - sampai aku harus mengganti posisi dudukku untuk meredakannya. Aku pura-pura tetap berkonsentrasi pada bukuku seolah-olah tidak peduli kevin lewat padahal otakku sudah dipenuhi oleh Kevin.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hari ini aku harus ke perpustakaan, tempat yang paling aku benci. Tapi demi nilaiku, aku harus kesini untuk mencari bahan paper. Seperti yang sudah ku duga, aku pasti akan melihat wanita itu. "Sialan wanita kutu buku itu lagi-lagi tak mempedulikan aku, apa sich menariknya buku dibanding aku? Belum tahu saja kalau aku bisa membuat dia terbang tinggi, sampai dia mengerang keras menyebut namaku, "batin Kevin. Wanita satu ini memang benar-benar membuatku panasaran, di kelaspun dia tidak pernah melirikku, padahal wanita lain yang lebih cantik dan seksi mengantri untuk jalan bersamaku. Aku tidak akan pernah tertipu dengan muka lugunya, aku tahu dia cerdas jadi ga heran kalau dia jago bersandiwara. Aku yakin dia ingin sekali ku sentuh, bagaimana kalau bibir merahnya itu ku kulum dan ku isap, menjilatinya seperti coklat yang manis. Tanpa ku sadari aku mengerang memikirkannya. "Sial kenapa aku malah memikirkan wanita itu," kutukku dalam hati.~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Mata kuliah terakhir ternyata kosong, mahasiswa lain memilih untuk meninggalkan kelas sedangkan aku masih disini bersama dengan novel kesukaanku. Semenjak kuliah, aku memilih kost untuk mengindari agar identitasku tidak diketahui teman-teman. Aku bilang saja kalau rumahku jauh dari kampus sehingga memilih untuk kost. Ternyata lebih enak membaca di kelas sendirian, dibanding dengan di kost yang terlalu rame. Tahu sendiri kost ku khusus wanita yang kebanyakan punya hoby ngerumpi, jadi bisa kebayang gimana ramenya.Waktu bacaanku lagi romantis-romantisnya, tiba-tiba ada suara di atas kepalaku, "oh...sudah ku duga, kamu tidak selugu kelihatannya. Diam-diam baca buku begituan disini, takut ketahuan Papa Mamamu ya kalau baca di rumah?" sindir Kevin. "Apa urusanmu, emang ini jaman nenek moyangmu yang tabu baca buku roman. Lagian umurku sudah lebih dari 18 tahun, memangnya ada larangan gitu?", jawabku sewot. "Ga ada sich, cuma sayang saja kalau cuma teori, ga mau coba prakteknya?" pancing Kevin dengan mata genitnya. "Kalaupun harus praktek bukan berarti sama kamu, sudah terlalu bajakan tuh bibir, banyak yang nyosor soalnya," jawabku sewot. Seketika aku menggigit lidahku, melihat mata Kevin melotot tajam padaku. Mukanya berubah merah dan tangannya mengepal, sepertinya aku salah bicara.
Tanpa ku duga, dia menarik tanganku membuatku berdiri dari tempat dudukku. "Kevin, kamu mau ngapain, lepasin tanganku, sakit," aku mulai ketakutan. Matanya mulai menggelap, dia menarik tanganku, memutar tubuhku kemudian mendorong tubuhku dengan keras sehingga punggungku menabrak dinding yang dingin. "Auuuw...", aku merasakan sakit di bagian belakang tubuhku. Kevin mengunci kedua tanganku dengan tangan kanannya dan menghimpit tubuhku. Dengan dinding di belakangku, aku tak bisa bergerak kemana-mana. Dia menghapus jarak diantara kita, sehingga bisa ku rasakan puyudaraku menyentuh dadanya. "Bagaimana kalau kita praktek sekarang?" bisik Kevin di telingaku. Belum sempat aku menjawab, Kevin telah membungkam bibirku dengan bibirnya. Dia mengulum bibir bawahku kemudian memaksa masuk ke dalam mulutku. Aku hanya bisa diam dan mempertahankan posisiku. Aku terus bungkam, agar Kevin tidak punya kesempatan untuk masuk ke dalam mulutku. Tiba-tiba tangan kiri Kevin meremas payudaraku, "Oooh...." desahku, serangan itu begitu mendadak sehingga aku tak memperhitungkannya. Kesempatan itu Kevin gunakan untuk memasuki mulutku, masih bisa ku rasakan senyum sinis dari bibirnya. Dia memainkan lidahku dengan lidahnya, mengisi semua rongga mulutku. Jantungku berdebar kencang, aku berusaha melepaskan diri darinya, tapi Kevin begitu kuat. Semakin aku meronta, semakin panas dia menyerangku. Aku serasa kehabisan nafas, Kevin melumat habis mulutku. Oh... ini ciuman pertamaku, kenapa harus sama Kevin, pria tebar pesona yang suka gonta-ganti pacar.
Kakiku mulai lemas, jika aku terus meronta Kevin tak akan melepaskanku. Akhirnya aku mengalah, mengikuti apa yang dia mau. Dia mengendurkan sedikit bibirnya, meski bibirnya masih menempel dibibirku, dia masih sempat bilang, "Nah begitu anak manis, aku akan mengajarimu". Tanpa membuang waktu, dia melumat bibirku dengan ganas, menarik lidahku dan mengulumnya. Aku merasa payudaraku mengeras, dan bagian bawah perutku memanas. Kakiku gemetar dan lemas, sepertinya Kevin tahu keadaanku, dia sudah berpengalaman dalam hal ini. Aku kira dengan membaca buku, aku bisa mengantisipasinya, tapi ini sangat berbeda dengan yang tertulis dibuku. Tanganku yang mengepal mulai membuka, Kevin tahu bahwa aku telah menyerah dengan pesonanya maka dia melepaskan tanganku. Tanpa sadar tanganku bergelayut dilehernya, aku mulai membalas ciumannya. Ciuman kita makin panas dan menggila, dia memiringkan kepalaku agar dia bisa lebih bebas lagi menguasai mulutku. "Ehm...," aku mengerang tanpa sadar, tahu kalau aku menikmatinya, Kevin memberanikan kedua tangannya untuk meremas lembut payudaraku. Dan memainkan putingku yang sudah mengeras dari tadi. Meski aku memakai blus, tapi tangan Kevin menimbulkan jejak panas di payudaraku. Aku mulai kehabisan nafas dan terengah, Kevinpun mengakhiri ciumannya tetapi keningnya masih menempel di keningku. Dia tersenyum sambil berbisik padaku, "Seandainya kita di ranjang, aku pasti sudah menelanjangimu", kata-kata Kevin membuat tubuhku bergetar.
Tiba-tiba dari luar terdengar suara wanita memanggil, "Sayaaang". Aku buru-buru melepaskan tanganku dari leher Kevin dan merapikan bajuku. Sedangkan Kevin hanya tersenyum sambil berkata, "kenapa, takut ketahuan ya?".
Dengan santainya Kevin menjawab panggilan wanita itu, "iya sayang, aku disini". Tak berapa lama muncul wanita cantik dengan pakaian ketat dari balik pintu. "Lama amat sich ambil jaketnya," tanyanya sebal. "Sabar sayang, aku barusan mengajari Nadine tentang buku yang dia baca. Ayo kita pergi". Dia meninggalkanku sendiri seperti orang bodoh. Aku belum sadar dengan apa yang barusan terjadi. Kurang ajar, tubuhku merespon apa yang Kevin lakukan padaku. Mulai saat ini aku harus berhati-hati dengannya jangan sampai hal ini terulang kembali. Tanganku mengepal saking marahnya, tak tahu marah dengan siapa, dengan Kevin atau dengan diriku sendiri.
~~~~~~~~~~~~~~~
Di tempat berbeda, Kevin mengutuk dirinya sendiri. Tadinya dia cuma ingin kasih pelajaran buat Nadine biar mulutnya tidak asal bicara, tapi setelah bibirnya menyentuh bibir Nadine, Dia kehilangan akal sehatnya. Rasa bibir Nadine begitu lembut dan manis, terlalu sayang untuk dilepaskan. Bahkan keadaan semakin tak terkendali saat ciumannya menjadi panas dan menuntut. Kevin kehilangan kendali dirinya, yang dia mau adalah terus melumat bibir Nadine. Dan apa yang dia bisikkan ke Nadine akan benar-benar terjadi, bukan cuman untuk menakuti Nadine saja. Kalau mereka benar di ranjang, dia akan melucuti semua pakaian Nadine sampai tak tersisa satu helai benangpun. "Sayang, kita mau kemana?" tiba-tiba wanita disampingnya membuyarkan lamunannya. "Aku antar kamu pulang saja Cindy, sepertinya aku ga enak badan," aku beralasan sambil melirik ke arahnya. Cindy cuma diam tetapi memajukan mulutnya, tanda dia tak suka.--------------------------------------------------------
(Penasaran dengan novel Dera yang lain? baca juga di Novelme, Fizzo dan NovelAku ketik Dera Tresna di pencarian. Untuk Novel cetak bisa di order di Shopee dengan link shopee.co.id/dera.tresna Follow juga IG Dera @dera.tresna dan @deratresna.books)
KAMU SEDANG MEMBACA
Belahan Jiwa (Tamat)
RomanceNadine adalah seorang gadis kaya raya dengan penampilan sederhana yang membuat Kevin jatuh cinta. Sedangkan dimata Nadine, Kevin adalah seorang pria dengan segudang wanita serta track record yang membuat Nadine harus menghindarinya. Sampai suatu mal...