Perlahan aku membuka pintu kamar dimana Angel sedang terbaring sakit. "Papa Mama bisakah Nadine bicara sebentar di luar?" kataku hati-hati. Papa dan Mama keluar kamar mengikuti langkahku. Aku melihat Kevin sudah menunggu dengan gugup di depan kamar. "Pa, Ma, ini Kevin, Papa kandung Angel yang dulu Nadine ceritakan. Kita putuskan untuk memulai hubungan kita dari awal," aku menjelaskan sambil gemetar. Kevin memegang tanganku dan berkata, "Om, Tante, saya Kevin. Saya teman kuliah Nadine sekaligus Papa dari cucu Om dan Tante. Saya minta maaf atas semua yang telah terjadi, saya telah membuat Nadine menderita. Sebenarnya dari awal bertemu saya sudah mencintai Nadine tetapi Nadine selalu menghindar itu semua karena kelakuan saya yang kurang baik. Saya benar-benar tidak tahu kalau Nadine hamil. Setelah kejadian itu, saya sempat mengajak Nadine menikah tetapi Nadine marah dan meninggalkan saya. Saya berusaha menghubungi Nadine tapi tidak bisa. Karena kita putus kontak, saya putuskan untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri dengan maksud akan datang kembali sebagai pria dewasa bukan pria brengsek yang Nadine kenal dulu, berharap Nadine akan menerima saya. Andai saja saya tahu Nadine hamil, saya tidak akan ke luar negeri. Sekarang saya minta ijin kepada Om dan Tante untuk memulai hubungan dengan Nadine dari awal dan memperbaiki kesalahpahaman yang terjadi diantara kita selama ini. Dan jika Nadine bersedia, saya ingin menikah dengannya."
Papa masih diam mendengarkan Kevin berbicara, aku sedikit terkejut saat Kevin bilang mau menikah denganku, hatiku terasa melambung tinggi. Akhirnya Papa bersuara," Papa sebagai orang tua bingung dengan kalian berdua, jika dari awal memang sudah saling suka kenapa harus melalui perjalanan panjang dan melelahkan ini. Papa serahkan semuanya ke Nadine karena dia yang akan menjalaninya bersama kamu. Kamu sekarang kerja dimana anak muda?". Kebetulan saya meneruskan bisnis Papa di bidang perhotelan Om," jawab Kevin dengan percaya diri. "Perhotelan...??" kening Papa berkerut. "Jangan bilang kamu anak dari Soecipto?" lanjut Papa. "Benar Om, apakah Om kenal dengan Papa saya?" tanya Kevin heran. Tiba-tiba Papaku tertawa terbahak-bahak, Mama juga tersenyum. Aku dan Kevin tak tahu apa yang terjadi hanya bisa bingung melihat ekspresi mereka.
"Anak muda, anak muda, ngapain kamu harus meniduri Nadine padahal dia calon istri kamu sendiri," kata Papa disela tawanya. "Maksud Papa apa?" tanyaku.
"Sebenarnya kalian sudah dijodohkan dari awal dan setelah acara malam kelulusan itu, aku dan Soecipto berencana mempertemukan kalian berdua untuk membicarakan pernikahan. Coba kamu bersabar satu malam saja anak muda, hari ini Nadine pasti sudah menjadi istrimu," Papaku menjelaskan.
"Papa bohong, Kevin sudah dijodohkan dengan wanita lain dan aku sudah pernah melihat wanita itu. Benarkan Kevin?" tanyaku pada Kevin.
Saat aku meminta dukungan ke Kevin, betapa terkejutnya saat melihat wajah Kevin memucat, tubuhnya dia sandarkan ke dinding seakan tidak kuat berdiri. Aku gemetar melihat ekspresi Kevin, "oh... Tuhan benarkah kita sudah dijodohkan dari awal?", tanyaku sambil menutup mulutku dengan kedua tanganku.
"Apa yang dikatakan Papamu benar Nadine, wanita yang kamu lihat itu adalah wanita kedua yang Papa jodohkan kepadaku. Sebelumnya Papa sudah menjodohkan aku dengan putri temannya yang tak pernah aku sangka itu adalah kamu. Kata Papa malam itu pertemuan dibatalkan secara sepihak dari pihak perempuan tanpa alasan yang jelas. Malam itu aku merasa sangat senang seakan Tuhan menjawab doaku, karena yang aku pedulikan saat itu hanya kamu Nadine, aku tak pernah benar-benar peduli tentang perjodohan itu. Betapa bodohnya aku, ternyata wanita itu adalah kamu, seandainya dari awal aku menuruti kata Papaku" Kevin sepertinya sangat terpukul.
"Alasan Papa membatalkan pertemuan itu karena keadaan putriku sangat tidak memungkinkan, dia terus mengurung dirinya di kamar tanpa tahu penyebabnya. Ternyata pertemuan itu batal karena kamu sendiri yang membuatnya anak muda. Ok Papa setuju jika kalian mau menikah toh memang kalian sudah dijodohkan dari awal. Bilang Papamu, kalau kita perlu bertemu dan meluruskan semua kekacauan ini," kata Papa sambil berlalu meninggalkan kita berdua.
"Nadine maafkan aku, keadaan ini menjadi kacau karena perbuatanku," Kevin kembali menangis sambil menutup mukanya. Aku memeluknya dan mencoba menenangkannya. "Semua sudah terjadi Kevin, kita tutup cerita lama dan mulai dengan cerita baru yang lebih indah," kataku sambil mengusap punggung Kevin. Tubuh Kevin hanya berdiri kaku, dia masih terlalu kaget dengan semua ini. Tiba-tiba Kevin menatapku dan berkata," aku mengerti sekarang apa yang kamu sembunyikan, dibalik penampilanmu yang sederhana ternyata kamu adalah penerus tunggal seorang milyarder bahkan kekayaanku tak sebanding dengan kekayaan yang kamu punya. Oh...aku benar-benar brengsek, berani-beraninya aku menyentuhmu."
Tubuh Kevin semakin gemetar mengetahui kenyataan itu. "Kevin, harta bukanlah sesuatu yang perlu dibanggakan. Tak penting siapa yang punya uang disini yang penting sekarang sudah tidak ada lagi yang tersembunyi diantara kita, mari kita melangkah untuk memulai semuanya dari awal. Sekarang usap air mata itu dan temui putrimu, dia sudah merindukanmu," kemudian aku mengajak Kevin ke kamar Angel.
Malam itu kita berdua menginap di rumah sakit, Kevin terus memegang tangan Angel seakan tak mau berpisah darinya. Saat aku melihat mereka berdua, rasanya hidupku begitu lengkap seakan kita sudah menjadi keluarga yang utuh. Hari berikutnya Angel diperbolehkan pulang dan Kevin menemani kita pulang.
Saat pertama Angel melihat Kevin, dia tampak bingung tapi sekarang dia sudah bisa memanggil Papa. Kevin sempat terkejut saat Angel memanggil Papa untuk pertama kalinya, dia langsung memeluk dan menciumi Angel. Sedangkan Angel sepertinya sangat senang dengan sentuhan lembut Kevin, "Mama juga senang dengan sentuhan Papamu, Angel," batinku sambil tersenyum sendiri mengingat bagaimana Kevin menyentuhku.
Aku meninggalkan Kevin dan Angel berdua di kamar karena aku harus membantu Mbok Iyem menyiapkan makan malam. Dan saat kembali, Kevin sudah tertidur dengan Angel ada dipelukannya. "Betapa egoisnya aku karena sempat mencoba untuk memisahkan Kevin dengan Angel," tak terasa air mata sudah membasahi pipiku. Perlahan aku masuk ke kamar dan duduk di samping kepala Kevin. Aku mengelus rambut Kevin, membuat Kevin membuka matanya sedikit. Kevin mengangkat kepalanya dan tidur dipangkuanku sambil berkata," aku sangat bahagia Nadine, aku tak akan pernah menukarkan kebahagiaan ini dengan apapun juga." "Aku juga sangat bahagia Kevin," jawabku.
Beberapa hari setelahnya Kevin melamarku dan kita bersepakat untuk menikah. Kita menemui orang tua Kevin, ekspresi Papa dan Mama Kevinpun sama dengan ekspresi orang tuaku, kaget dan tak habis pikir kalau kita harus melalui jalan yang berliku untuk bisa bersama. Aku memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaanku dan fokus pada persiapan pernikahan.
_____________________________________
(Penasaran dengan novel Dera yang lain? baca juga di Novelme, Fizzo dan NovelAku ketik Dera Tresna di pencarian. Untuk Novel cetak bisa di order di Shopee dengan link shopee.co.id/dera.tresna Follow juga IG Dera @dera.tresna dan @deratresna.books)
KAMU SEDANG MEMBACA
Belahan Jiwa (Tamat)
RomanceNadine adalah seorang gadis kaya raya dengan penampilan sederhana yang membuat Kevin jatuh cinta. Sedangkan dimata Nadine, Kevin adalah seorang pria dengan segudang wanita serta track record yang membuat Nadine harus menghindarinya. Sampai suatu mal...