Bab 13

6.3K 506 3
                                    

Ku rendam tubuhku dalam air hangat, rasanya enak sekali. Rasa lelahku langsung hilang, aku berasa seperti habis lari ribuan kilometer. Semua terasa mimpi, kewanitaanku masih berdenyut dan agak perih tapi itu tak seberapa di banding kenikmatan yang aku rasakan. Begitu lelahnya, tanpa sadar mataku terpejam dan kesadaran mulai menghilang sampai kurasakan bibir lembut menyentuh bibirku. Aku membuka mataku perlahan dan kulihat Kevin sedang menatapku. "Jangan tidur disini sayang kalau kau tak mau tenggelam," saran Kevin sambil mengelus kepalaku. Kemudian Kevin mengangkatku dari air dan membuatku berdiri di bawah shower. Mengatur suhu air dan membersihkan sabun di tubuhku. "Ingin rasanya aku memasukimu lagi sayang, tapi sepertinya kamu sudah terlalu lelah," bisik Kevin di telingaku. Kevin menggosok tubuh, memandikannya dan menyuruhku untuk menunggunya mandi. Baru sekarang aku bisa melihat tubuh Kevin seutuhnya, hanya rasa kagum yang bisa kurasakan.

Tubuh Kevin sangat sempurna, pantas saja setiap wanita tergila-gila padanya. Wajah tampan, bibir seksi yang siap membuat bibirku bengkak, perut rata, otot yang kekar dan kejantanannya yang sungguh mengagumkan. Mataku seakan mau keluar menatapnya mandi. Kevin tersenyum melihatku," semua ini milikmu sayang," bisik Kevin nakal. Kata-kata Kevin membuat jantungku berdetak kencang.

Setelah selesai mandi, Kevin mengeringkan tubuhku dengan handuk kering. Dan menggendongku, meletakkanku di tempat tidur. Tapi sebelum Kevin menegakkan tubuhnya, perutku bersuara tanda aku sangat lapar. Kevin tertawa mendengarnya sedangkan aku tersipu malu. Aku baru ingat kalau di restoran tadi siang aku tidak jadi membeli makan gara-gara lihatin Kevin serta dilanjut dengan peristiwa tabrakan itu. Habis itu, tenagaku terkuras buat bercinta dengan Kevin.

Kevin meninggalkanku sendiri dan tak berapa lama datang dengan makanan yang baunya sungguh menggoda, air liurku seakan langsung menetes mencium bau makanannya. Kevin menyuapiku dan kita mulai bercerita tentang semua yang seharusnya kita lakukan dari dulu. Tanpa aku sadari aku tidur dipelukan Kevin, kepalaku bersandar di dada Kevin dan tangan Kevin memelukku erat. Kita berduapun larut dalam mimpi.

Aku terbangun karena handphoneku berbunyi. Waktu ku lihat, Mama meneleponku. Aku terkejut karena sepertinya aku sudah tidur terlalu lama dan benar saja sekarang sudah pukul tujuh malam. "Halo, ada apa Ma, maaf Nadine pulang agak terlambat," jawabku. "Nadine, cepat pulang, badan Angel panas banget, Mama membawanya ke rumah sakit," kata Mama diseberang telpon. "Apa Ma, tadi pagi Angel baik-baik saja tuh, Mama di rumah sakit mana?" kataku panik. "Iya Ma, Nadine segera kesana sekarang," aku buru-buru menutup telpon. Aku tak menyadari Kevin sudah duduk dengan wajah tanda tanya, akupun bingung mau menjelaskan darimana. "Siapa yang sakit Nadine," tanya Kevin sambil mengelus punggungku untuk mengurangi kekhawatiranku. "Aku belum bisa menjalaskan sekarang Kevin," jawabku. "Apakah kamu bisa memanggilkanku taxi, aku mau pakai baju dulu," lanjutku. "Aku akan mengantarmu, aku tak akan membiarkan kamu naik taxi sendiri. Jangan sampai kejadian di rumah sakit dulu terulang kembali, aku tak akan melepaskanmu Nadine," paksa Kevin. Sepertinya aku tak bisa menyembunyikan Angel lagi dari Kevin.

Kevin berhak tahu bahwa dia punya seorang putri yang cantik dan cerdas yang sekarang sedang terbaring sakit di rumah sakit.

Akhirnya aku mengijinkan Kevin mengantarku ke rumah sakit. Di perjalanan aku hanya bisa diam, pikiranku sangat kacau. Selain memikirkan Angel yang sedang sakit, bagaimana aku menjelaskan kepada Kevin tentang Angel. Tiba-tiba kurasakan genggaman hangat tangan Kevin, menyerap rasa dingin di tanganku. Kevin memberi aku senyum menenangkan, "semua akan baik-baik saja sayang."

Rasanya lama sekali untuk bisa sampai di rumah sakit, pukul 8 malam kita sampai di rumah sakit, aku langsung berlari ke kamar Angel dan Kevin mengikutiku dari belakang. Aku membuka pintu kamar Angel dirawat dan melihat Angel sedang tidur terlelap dengan wajah yang pucat. "Oh...putri cantikku, maafkan Mama sayang," kataku sambil mengusap rambutnya. Aku mencium kening Angel dan menggenggam tangannya, "bagaimana keadaan Angel Ma," tanyaku pada Mama. "Tenang Nadine, panas Angel sudah turun, untung tadi langsung dibawa ke sini," jawab Mama. Rasa khawatirku terhadap Angel membuat aku lupa kalau Kevin ada dibelakangku.

~~~~~~~~~~~~~~

"APA MAMA...? Nadine memanggil dirinya Mama pada anak itu" hatiku terasa teriris. Saat ku tatap wajah anak kecil itu, aku bagaikan melihat bayanganku sendiri, seperti sedang berdiri di depan cermin. Aku hanya bisa berdiri kaku di depannya, tubuhku menegang dan rasanya bumi mau menelanku. Tanganku gemetar dan bibirku kelu," dia putriku, oh...benar dia putriku....wajah anak kecil itu tak bisa membohongi siapapun," air mataku mulai menetes. Nadine mengandung dan melahirkan anakku dan dia tak pernah menceritakan apapun pada ku.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Nadine, siapa dia?" tanya Mama. Saat aku menatap muka Kevin, darahku berdesir, hatiku terasa pedih. Wajah Kevin begitu pucat, lebih pucat dari Angel yang kini sedang sakit. Matanya berkaca-kaca, Kevin pasti langsung menyadari kalau Angel adalah putrinya. "Dia...?" aku bingung mau bilang apa.

"Papanya...," suara Kevin serak dan tertahan. "Apa?" sebuah suara terdengar dari balik pintu, Papaku melangkah dengan cepat dan tanpa aku duga, dia memutar tubuh Kevin dan memukul muka Kevin. Kevin yang tidak ada persiapan terhuyung ke belakang dan tubuhnya jatuh ke lantai. "Papa, berhenti," teriakku. "Jadi kamu yang menghancurkan hidup anakku, apakah kamu tahu bagaimana dia begitu menderita karena perbuatanmu dan berani-beraninya kamu kesini. Keluar....keluar dari ruangan ini, sebelum aku membunuhmu" kata Papa sangat marah.

Dengan langkah gontai Kevin berjalan keluar," Ma, titip Angel," kataku sambil mengejar Kevin. Kulihat Kevin berjalan tanpa tenaga, sampai disebuah lorong sepi dia berhenti dan teringsak. Aku berlari mendapatkannya dan menyentuh punggungnya. Dia mengangkat kepalanya dan ku lihat matanya merah karena menangis. "Maafkan aku Nadine, aku tak tahu kalau kamu mengandung anakku, aku sama sekali tak menyangka hal itu akan terjadi, jika tahu aku tak akan mengambil S2 di luar negeri dan aku akan menikahimu," bisik Kevin sungguh menyedihkan. Kulangkahkan kakiku dan memeluk Kevin, tangis Kevin merebak di pelukanku. "Jangan menyalahkan dirimu, aku yang salah karena tak memberitahukannya padamu. Aku terlalu egois, aku takut kamu akan mengambil Angel dariku," jawabku.
"Siapa nama putri kita?" tanya Kevin. Dadaku bergetar saat Kevin menyebut putri kita, "Angel, namanya Angel karena dia bagaikan malaikat yang hadir di hidupku dan kamu tahu kenapa? Karena kamu yang membuatnya ada di dalam rahimku," bisikku ditelinga Kevin.

Tak kusangka kata-kataku menghentikan tangis Kevin, dia tersenyum padaku. "I love you, Nadine," bisik Kevin sambil mencium bibirku. "I love you too," jawabku. Tubuh Kevin kembali menegang, "benarkah kamu mencintaiku Nadine?" tanya Kevin seakan tak percaya mendengar apa yang aku ucapkan. "Sejak kapan kamu mencintaiku," desak Kevin. "Sejak pertama aku melihatmu, tapi karena sifatmu yang selalu gonta-ganti wanita, aku selalu berusaha menghindarimu," jawabku. "

"Oh...Nadine, andai aku tahu perasaanmu dari dulu, kita tak akan tersiksa seperti ini," bisik Kevin.

"Aku rasa ini yang terbaik, kalau tidak ada kejadian ini aku akan selalu menganggapmu sebagai bajingan kelas kakap yang hobinya mengoleksi wanita-wanita cantik," jelasku. "Ternyata aku mencintai wanita yang begitu kejam," canda Kevin. Kitapun tersenyum bersama dan sepakat memulai semuanya dari awal.

"Apalagi yang kamu sembunyikan dari aku Nadine, aku ingin kita terbuka satu sama lain," pinta Kevin. "Kamu akan segera tahu Kevin, bahwa aku bukan wanita yang kamu pikirkan selama ini," jawabku penuh misteri.

"Tapi sepertinya kita berdua harus menemui Papa terlebih dahulu dan menjelaskan semuanya," lanjutku. "Aku akan bertanggung jawab atas semua yang terjadi dan akan aku pastikan kamu akan menjadi nyonya Kevin," jawab Kevin. Darahku berdesir mendengarnya dan kita berdua sepakat menemui Papa untuk menjelaskan semuanya.


_____________________________________

(Penasaran dengan novel Dera yang lain? baca juga di Novelme, Fizzo dan NovelAku ketik Dera Tresna di pencarian. Untuk Novel cetak bisa di order di Shopee dengan link shopee.co.id/dera.tresna Follow juga IG Dera @dera.tresna dan @deratresna.books)

Belahan Jiwa (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang