Bab 12

6.6K 529 1
                                    

Aku mengangguk malu mengijinkannya, tapi sebelum Kevin menciumku kembali aku menghentikan mulutnya dengan kedua jariku. "Kevin, aku minta maaf kalau selama ini aku terlalu egois. Di malam pesta perpisahan itu tak sepenuhnya kamu yang salah. Aku yang mengijinkan kamu melakukannya," air mataku mulai keluar. "Sttt...dan aku lebih salah lagi karena mengambil kesempatan itu saat kamu mabuk," kata Kevin menenangkan. "Apakah berarti kita sudah saling memaafkan?" selidik Kevin. dengan malu-malu aku mengangguk pelan.

"Oh....Nadine , cintaku," desah Kevin. Apa aku tak salah dengar, Kevin memanggilku cinta, apakah benar dia mencintaiku? Belum sempat aku menanyakannya, dia sudah melumat bibirku, membuka mulutku dengan lidahnya, memasukinya dan membuatku melayang. Ciumannya begitu liar, seperti kekasih yang telah bertahun-tahun tak bertemu. Lututku lemas, andai saja Kevin tak menopang tubuhku, aku pasti sudah jatuh. Tubuhku seperti jelly, terlalu pasrah menerima ciuman dari Kevin.

Kevin melonggarkan ciumannya dan berkata," maafkan aku kalau aku menciummu begitu kasar, apakah kamu tahu Nadine, aku selalu merindukkanmu, rasanya sangat menyesakkan. Setelah kejadian itu, aku tak pernah bisa tidur dengan wanita lain. Gairahku muncul hanya saat aku bersamaku. "Oh...benarkah Kevin...?" kataku  sungguh terharu, aku merasa dibutuhkan. Dengan cepat aku melumat bibir Kevin, membuat Kevin mengerang, mendapatkan serangan mendadak dariku. Kevinpun merespon tak kalah hebat, dia membenamkan bibirnya ke bibirku. Menarik lidahku, menjilat rongga-rongga mulutku. Sampai aku bisa mendengar suara ciuman kita yang begitu panas, kita saling bertukar saliva. Berkali-kali Kevin menyedot salivaku, ehm....rasanya begitu nikmat. Mulutku benar-benar basah olehnya.

"Nadine ternyata bibir bawahmu tak kalah basah dengan bibir atasmu," bisik Kevin tiba-tiba tangannya sudah berada di bagian kewanitaanku. Aku baru sadar bahwa aku tak memakai celana dalam, aku hanya menutup tubuhku dengan baju mandi milik Kevin. Kevin langsung menggendongku dan meletakkan tubuhku dengan lembut ke tempat tidur. Kevin membuka kemeja dan celana panjangnya dan aku hanya bisa menatapnya kagum. Kulit Kevin agak gelap tapi bersih, badannya kekar, dadanya bidang dan ada sedikit rambut tipis tumbuh di dadanya. Tubuhnya berisi dan ototnya kencang, apalagi otot kakinya. Oh...bagian kewanitaanku memanas melihatnya. Saat tangan Kevin akan membuka celana boxernya, aku menghentikan tangannya. "Biar aku yang melakukannya," kataku. Aku duduk dipinggir tempat tidur dan mulai menurunkan celana boxernya. Betapa aku terkejut melihatnya, kejantanan Kevin telah membengkak, mengeras dan sangat besar. Tanganku gemetar, tapi aku begitu penasaran bagaimana teksturnya. "Kevin, apakah aku boleh memegangnya?" tanyaku. "Yah...sayang... lakukan apa yang ingin kamu lakukan karena semua ini milikmu, hanya milikmu," desah Kevin.

Aku memegangnya dengan hati-hati, merasakan teksturnya yang kenyal tetapi keras. Aku mengelusnya naik turun. Saat aku menengok ke atas, aku melihat Kevin memejamkan mata seakan tersiksa. Aku segera menghentikan gerakan tanganku dan bertanya, "Apakah aku menyakitimu Kevin?". "Tidak sayang, kamu tidak menyakitiku tapi menyiksaku dan aku akan membalasnya nanti," ancam Kevin. Darahku berdesir mendengar ancaman Kevin, siksaan seperti apa yang akan Kevin berikan padaku. Membayangkannya saja tubuhku sudah panas dingin. Entah keberanian dari mana, aku langsung mengulum kejatanannya, Kevin mengerang keras. Senang rasanya bisa membuat Kevin gemetar menahan gairah. "Hentikan Nadine, aku tidak mau memuntahkannya ke dalam mulutmu," desah Kevin. Tapi aku pura-pura tak mendengarnya, kupercepat tempoku keluar masuk. Kejantanannya kadang mengenai gigiku, tangan Kevin mencengkeram rambut ku dengan kuat tapi tak menyakitiku. Ingin kurasakan Kevin menumpahkan cairan tubuhnya ke mulutku, aku ingin tahu bagaimana rasanya.

Tapi Kevin tak membiarkan itu terjadi, dengan gerakan cepat dia melepaskan kejantanannya dari mulutku dan langsung mendorongku sehingga tubuhku jatuh terlentang di tempat tidur. Kevin langsung menindih tubuhku, melumat bibirku dengan ganas dan liar. "Aku akan membalasmu," ancam Kevin. Kevin kembali melumat bibirku, menelusuri rahang dan leherku. Kurasakan Kevin memasukkan lidahnya ke telingaku, tubuhku langsung bergidik meresponnya. Tangannya mengelus payudaraku dengan lembut, merasakan kekenyalannya. Ibu jarinya memainkan putingku, menjepitnya kemudian menariknya dengan lembut. "Aah....," suaraku terdengar. Kemudian tangan Kevin meremas payudaraku, kepalanya turun dan berhenti di lembah diantara payudaraku. Tangannya menyangga payudaraku dan mulutnya mengulum puncak payudaraku, mengisapnya dengan ganas. "Ke..vin pem...ba...las..anmu ter..la..lu oh..... ke..ke..jam," kataku terbata-bata.

Belahan Jiwa (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang