Bab 4

6.6K 542 2
                                    

Setelah hari itu, sebisa mungkin aku menghindari Kevin dan pura-pura bahwa kejadian itu tidak pernah terjadi. Aku menenggelamkan diri dalam buku-buku pelajaranku karena ujian akhir semakin dekat. Meski ada kalanya aku teringat Kevin dan bibirku berkedut, tapi aku berusaha mengabaikannya. Begitu juga dengan Kevin, sejak saat itu dia tidak pernah menggangguku. Bukannya belajar, dia malah semakin sering jalan dengan wanita-wanitanya.

Hari berganti hari, minggu dan bulan berlalu tak ku sangka ujian akhir telah selesai, aku puas dengan apa yang telah aku kerjakan. Aku yakin nilaiku memuaskan. Tak lama setelahnya aku sudah menyelesaikan sidang, karena semua kesibukkan akhir kuliah tersebut, pikiran-pikiran tentang Kevinpun sudah tak menggangguku lagi.

Sambil menunggu wisuda, aku bersama Papa dan Mama liburan ke Bali. Kita menghabiskan waktu di Tanjung Benoa, menikmati semua permainan. Mama yang aku kira pobia ketinggian, bahkan main paralayang bersama Papa. Semua tempat-tempat eksotis kita kunjungi, buat Papa dan Mama ini merupakan honey moon mereka yang ke sekian kalinya. Dan malamnya karena kecapaian, aku langsung tertidur pulas.

Di tengah malam, aku merasakan ada sentuhan di kakiku, terus naik sampai pahaku. Tangan itu terus mengelus pahaku semakin lama semakin ke dalam. Oh....aku menggelinjang merasakannya. Tangannya menyentuh bagian kewanitaanku dan menggeseknya, tubuhku gemetar dan jantungku berdetak tak beraturan. Tiba-tiba di depan mataku muncul wajah yang tak asing. "Kevin, kenapa kamu bisa sampai disini", tanyaku heran. "Karena aku merindukanmu sayang", jawab Kevin.

Dia mencium keningku, turun ke mata, ke pipi kemudian menelusuri rahangku. Dia menenggelamkan kepalanya di leherku, mencium tulang selangkaku dan meninggalkan jejak merah sebagai bukti kepemilikannya. Tubuhku panas dingin merasakan setiap sentuhan Kevin, dia melumat bibirku, menciumnya lembut dan penuh gairah. Semakin lama semakin ganas, seakan dia tak mau kehilangan diriku. Lidahnya membuka mulutku, menyeruak masuk, menghisap lidah dan menggoda rongga-rongga mulutku. Aku merasa mulutku penuh, mulut kamipun sama-sama basah. Erangan demi erangan keluar dari mulut kami berdua, bahkan aku tidak bisa membedakan eranganku sendiri atau erangan kevin.

Kevin mulai menindihku, aku merasakan sesuatu yang keras menekan perutku. Tubuhku menegang, apakah aku membuat Kevin terangsang? Tangan Kevin mulai menjelajahi tubuhku, dia mengelus lembut tulang rusukku dan terus naik hingga mendapatkan payudaraku. Tangannya serasa pas di payudaraku, dia meremasnya pelan dan memainkan putingku dengan ibu jarinya. Darahku berdesir, tubuhku tak bisa diam di bawah tubuhnya. Sepertinya ada sesuatu yang menggelitik bagian bawah perutku, aku benar-benar tak bisa menahannya. Mulut Kevin semakin turun dan menghisap payudaraku, dia menjilat lembah payudaraku. "ooh...", aku melengkungkan tubuhku. "Tenang sayang, aku akan memuaskanmu," bisik Kevin.

Tangan Kevin turun menyentuh bagian kewanitaanku. Aku heran kenapa tiba-tiba aku sudah telanjang bulat di depannya. Dia membuka bibir kewanitaanku dan memasukkan jarinya ke dalamku. "Keviiin...," aku meneriakkan namanya menerima serangan yang tiba-tiba. "Yaa sayang, sebut namaku. Kamu sudah terlalu basah dan siap buat ku," bisik kevin ditelingaku. Aku tahu, aku sudah terlalu siap buat Kevin, tiba-tiba tangannya naik dan menelusup ke bawah kepalaku. Menariknya hingga kepalaku menempel di dadanya. Aku merasakan sesuatu yang keras membuka bibir kewanitaanku. Semakin masuk ke dalam. Kewanitaanku semakin penuh, serasa tak muat untuk membungkus kejantanannya. Tanpa kusadari aku mencengkeram kuat bahunya, mungkin akan meninggalkan luka tapi aku tak peduli. Dengan satu hentakan keras dia berhasil masuk ke dalam diriku. "Ah....," tubuhku menerima dia dengan denyutan halus. Dia hanya diam, membiarkan aku beradaptasi dengan kejantanannya. "Keviin...," aku mengeluh. Dia tersenyum melihatku sudah tak sabar. Dia mulai bergerak di dalamku, awalnya pelan dan lembut. Semakin lama gerakannya semakin cepat dan tajam. Dia berkali-kali menghujam keras di dalamku.

Darahku berdesir, tubuhku menegang, sepertinya ada sesuatu yang akan meledak dalam diriku. "Kevin.... berhenti.... a...ku tak ta..han," suaraku terbata-bata menahan diriku yang seakan melayang. Tapi Kevin tak mendengarkan, dia terus menghujam sampai akhirnya aku menjerit, sesuatu meledak dalam diriku, ada yang keluar dari kewanitaanku, basah dan lengket. Tubuhku gemetar tak terkendali dan kewanitaanku berkedut. Mata Kevin bersinar di depanku, dia tersenyum dan mencium keningku. Tubuhku masih terlalu lemas untuk menanggapinya. Dia berhenti sejenak dari hujamannya, tangannya mulai mengelus lembut tubuhku.

"Sudah siap untuk ronde kedua, Nadine," bisiknya ditelingaku. Aku belum begitu mengerti dengan apa yang dia maksud. Tapi saat dia mulai bergerak lagi, aku tahu maksudnya. Tubuhku langsung merespon, gairahku kembali meningkat. Karena aku sudah begitu basah, memudahkan Kevin untuk bergerak di dalamku. Mataku kembali menggelap, hujaman Kevin semakin intens. Aku merasakan tubuhnya menegang, dan kejantanannya semakin membengkak di dalamku. Gerakannya semakin cepat dan liar, dia tak memberikanku ruang untuk bernafas. Mataku mulai berkunang-kunang, tubuhku menegang dan menghimpit kejantanannya. "Kevin, aku mau keluar," bisikku ditelinganya. "He'em... kita keluar sama-sama," jawab Kevin tertahan. "Ah...Oh....," entah suara siapa. Kevin meledak di dalamku dan akupun meledak di dalamnya. Tubuh kamipun saling mengait dan seakan aku jatuh dari langit ke bumi. Tiba-tiba aku membuka mata dan.....

Sial....kurang ajar....dalam tidurku pun aku memimpikannya. Dan mimpi ini sangat tidak pantas. Nafasku terengah-engah seakan aku baru saja lari ribuan kilometer. Tubuhku penuh keringat, mimpi ini terlalu nyata. Dan aku baru sadar bagian kewanitaanku basah kuyup. Sial....tanpa orangnya saja aku seperti ini, bagaimana kalau benar ada orangnya. Dan akhirnya aku harus melewati sisa malam itu dengan mata terbuka, karena tidak bisa tidur kembali. Sepertinya aku kebanyakan baca novel roman, pikirku.

_____________________________________
(Penasaran dengan novel Dera yang lain? baca juga di Novelme, Fizzo dan NovelAku ketik Dera Tresna di pencarian. Untuk Novel cetak bisa di order di Shopee dengan link shopee.co.id/dera.tresna Follow juga IG Dera @dera.tresna dan @deratresna.books)

Belahan Jiwa (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang