Kebetulan pesta ini diadakan di hotel orang tuaku, jadi aku tidak terlalu sulit untuk membawa Nadine ke salah satu kamar di hotel ini. Aku menggendong tubuhnya yang mungil, oh...betapa cantiknya Nadine di saat tak sadarkan diri. Aku meletakkan tubuhnya dengan perlahan di tempat tidur, aku memandangi wajahnya dan tanpa sadar terus menatap bibirnya. Andai aku bisa menciumnya betapa nikmat bibir Nadine, dia seperti candu buatku. Pikiran jahat mulai timbul di kepalaku, mencuri sedikit ciuman darinya tidak akan menjadi masalah buat wanita mabuk seperti Nadine saat ini.
Aku menaikkan tubuhku ke tempat tidur, mendekatkan bibirku ke bibir Nadine. Menyesap harum tubuhnya, seakan dibawanya aku melayang. Terbersit pikiran, "apakah aku mencintainya?". Tidak, tidak mungkin aku mencintainya, aku berusaha menyangkalnya. Dengan lembut aku melumat bibirnya, aku mengendalikan tubuhku agar yang kulakukan hanya sebatas ciuman, tidak lebih. Bibir Nadine seperti magnet untukku, aku terasa enggan melepaskannya tapi aku harus melepaskannya. Saat kepalaku menjauh dari Nadine, tiba-tiba mata Nadine terbuka. Seperti pencuri yang ketahuan, aku terkejut dan bingung harus bilang apa, aku hanya membeku dan terus memandangnya. Tiba-tiba Nadine bertanya, "apakah ini mimpi?". Tanpa pikir panjang aku menjawab, "He'em" sambil tersenyum manis padanya. Tiba-tiba Nadine menarik kepalaku, mendekatkan padanya dan dia melumat bibirku dengan ganas. Aku mengerang, dengan cepat dan merespon ciuman Nadine. Tak ku sangka Nadine begitu menggoda, kita saling melumat satu sama lain seakan tak pernah puas. Tangan Nadine bergelanyut di leherku, dan aku semakin membenamkan bibirku ke dalam bibir Nadine. Tak pernah ada wanita selain Nadine yang bisa membuatku lepas kendali.
Ciuman kami semakin panas, Nadine mulai berani menghisap lidahku, dia memiringkan kepalanya membuat aku mengambil lebih banyak lagi darinya. Tubuh kita semakin menempel erat, tanpa sadar tanganku sudah menjelajahi tubuh Nadine. Tiba-tiba alarm di kepalaku berbunyi, aku harus menghentikannya.
Sial...tapi tubuhku berkata lain, aku mengutuk diriku sendiri. Resiko apapun akan aku ambil, bahkan jika aku harus menikahinya. Dengan gemetar aku membuka resleting dress Nadine dan melepaskannya dari tubuhnya. Tanganku terus membelai tubuhnya, mulut kamipun tetap bertautan. Nadine mulai mengerang merasakan sentuhan tanganku. Aku menurunkan ciumanku, mengangkat dagunya dan menjilatnya. Menelusuri rahangnya dan menghembuskan nafas di telinganya. Nadine tertawa kecil merasakan udara yang menggelitik telinganya. "Aku akan membuatmu melayang malam ini Nadine," bisikku ditelinganya. Kata-kata itu sepertinya direspon Nadine dengan cepat. Tangan dinginnya melepaskan rengkuhannya dari leherku dan turun untuk membuka kaosku. "Hem...kamu mulai nakal ya..." bisikku ditelinga Nadine.
Keraguanku mulai sirna, aku membuka tali bra Nadine sehingga di depanku terpangpang jelas dua gundukan menggoda dengan puncak kecoklatan yang mengeras. Aku menciumnya, dan Nadine mengerang pelan merespon ciumanku. Aku menghisapnya bergantian. Tanganku meremas lembut dan terus meremasnya. Aku mencium lembah diantara dua gundukan itu, menghirup aroma tubuhnya dan menikmatinya. Aku membenamkan kepalaku di tulang selangkanya, dan tubuh Nadine gemetar merasakannya. Aku membuat tanda disepanjang dadanya sebagai bukti kepemilikanku.
Aku membelai perutnya yang rata, tubuhnya putih mulus dan bersih. Aku yakin Nadine selalu melakukan perawatan pada tubuhnya. Belaianku turun ke paha bagian dalam dan Nadine merespon dengan menutup kakinya. Aku menaikkan kepala sejajar dengan kepala Nadine, "tenang saja Nadine ini tidak akan sakit, buka kakimu dan biarkan aku memasukimu" bisik ku mesra ditelinganya. Dengan ragu-ragu dia membuka kakinya. Aku menyejajarkan mukaku di depan kewanitaannya, menarik satu-satunya kain yang melindungi Nadine saat ini dan menemukan harta karun disana.
Jantungku berdetak kencang, belum pernah aku merasakan seperti ini. Jika dengan wanita lain, aku selalu ingin cepat-cepat selesai, tapi tidak dengan Nadine. Aku akan menikmati setiap inci tubuh Nadine, mengingatnya dalam hati dan pikiranku. Aku menyentuh bagian kewanitaan Nadine dan tubuh Nadine menegang. Aku mengelus perutnya untuk menghilangkan ketegangan Nadine dan itu berhasil. Tubuhnya mulai santai sehingga aku melanjutkan perburuan harta karunku. Aku membuka bibir kemaluannya dan mendekatkan mulutku ke depannya. Aromanya sungguh menggoda membuatku melumat bibir kewanitaannya. "oh....ehm...ah..." mulut Nadine trus meracau. Aku memasukkan lidahku ke lubang kewanitaannya, menggelitik setiap rongga yang di sana. Menghisap, membelai, mengambil semua yang bisa aku ambil. Tangan Nadine menjambak rambutku, tubuhnya bergetar hebat. "Belum sayang, belum waktunya," kataku sambil telus menikmati yang ada didepanku. Ku memasukkan jariku ke dalamnya. Mendorongnya masuk dan menariknya keluar, terus seperti itu berulang kali. Aku menyentuh dinding-dinding di dalamnya, dan aku mulai merasakan dindingnya menghangat. "Ayo sayang keluarkan, aku tak sabar melihat wajahmu saat mencapai puncak," kataku sambil terus menggerakkan jariku semakin cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belahan Jiwa (Tamat)
Roman d'amourNadine adalah seorang gadis kaya raya dengan penampilan sederhana yang membuat Kevin jatuh cinta. Sedangkan dimata Nadine, Kevin adalah seorang pria dengan segudang wanita serta track record yang membuat Nadine harus menghindarinya. Sampai suatu mal...