🍁🍁🍁
"Berangkat sekarang?"
Hanifa menoleh lalu tersenyum ia mengangguk lalu menerima uluran tangan suaminya itu.
Hari ini mereka akan ke panti menjemput putra mereka yang katanya sudah sangat merindukan mamanya ini.
Hanifa diam-diam mengulum senyum karena mulai hari ini mereka akan resmi menjadi orang tua angkat Bumi di mata hukum. Namun di matanya Bumi adalah anak kandungnya meski dirinya bukan wanita yang melahirkannya tapi Hanifa begitu menyayangi Bumi lebih dari yang orang lain bayangkan.
"Kenapa senyum-senyum hmm?"
Hanifa tersenyum semakin lebar hingga menampilkan lesung pipitnya. "Ifa senang mas, karena mulai hari ini Bumi sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab kita."
Asyam tersenyum. "Beruntungnya Bumi, punya mama seperti kamu sayang," Asyam mengusap lembut puncak kepalanya, perlakuan manisnya selalu membuat Hanifa merona.
"Dia juga beruntung karena memiliki Papa seperti mas," Hanifa tersenyum lembut ke arahnya, Asyam balas tersenyum tak kalah hangatnya.
Sisa perjalan itu terasa damai karena keduanya memilih diam menikmati keheningan dengan tangan yang masih saling menggenggam.Tidak perlu banyak berkata karena nyatanya cinta dan kenyamanan hanya perlu di rasakan. Menjaganya agar cinta dan ikatan suci pernikahan akan terus terjalin baik hingga maut memisahkan.
Bukan, ini jelas bukan akhir yang bahagia, kedepannya akan ada banyak cobaan dan rintangan yang akan terus datang menghampiri, silih berganti. Mencoba menggoyahkan ikatan suci pernikahan mereka. Namun keduanya percaya mereka mampu melewati badai itu bersama-sama.
****
"Mama!"
Suara itulah yang menyambutnya pertama kali saat menginjakkan kaki di panti ini.
Melihat seorang anak laki-laki berbaju biru tengah berlari kearah mereka. Bukan, lebih tepatnya ke arah istrinya. Sembari merentangkan tangan dengan sorot matanya yang memancarkan kerinduan.
"Jawab salamnya dulu sayang," Hanifa menyambut uluran tangan itu dengan sepenuh hati. Ia membawa Bumi dalam gendongannya.
Bocah laki-laki itu terkikik geli. Saat Hanifa menciumi pipinya bertubi-tubi.
"Wayikum'alam mama."
Hanifa tersenyum. "Anak pinter. Bumi kangen mama nggak?"
"Bumbum anen mama," suara cadelnya lagi-lagi membuat Hanifa tersenyum, dia sungguh sangat merindukan anaknya ini.
"Mama juga kangen banget sama Bumbum." ucapnya. Ibu dan anak itu seolah lupa bahwa ada orang lain di sana selain mereka berdua.
Hingga beberapa saat. "Astagfirullah!" Hanifa meringis pelan ia menoleh ke samping di mana suaminya berada.
"Maaf mas Ifa lupa," ucapnya dengan cengiran rasa bersalahnya.
Asyam tersenyum, lalu mendekat pada keduanya. Ibu dan anak itu memiliki tatapan yang sama. Sama-sama menggemaskan. "Nggak papa sayang, mas ngerti kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Akad
RomanceHanifa Azzahra tidak pernah menyangka dalam 25 tahun hidupnya akan mengalami pernikahan dalam jarak ribuan kilometer, dengan pria asing yang belum pernah di temuinya sama sekali. Entah apa yang di pikirkan sang Ayah, hingga melangsungkan Akad nikah...