Part - 13

2.7K 192 54
                                    

Apa kabar? Ada yang masih nungguin ceritanya Asyam sama Hanifa gak nih? Cung dong 😂

Stay safe everyone..
Happy reading ❤️

🍁🍁🍁

Hanifa masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Suaminya yang datang tiba-tiba di tengah malam semakin membuat perasaannya tidak enak. Apalagi kepulangannya ke Indonesia masih tinggal seminggu lagi tapi suaminya ini sudah memboyong Hanifa dan Bumi pagi-pagi sekali, seperti saat ini. Setiap Hanifa bertanya maka suaminya itu akan menjawab dengan senyuman, lalu berkata bahwa eyangnya rindu ingin segera bertemu dirinya dan Bumi. Aneh kan?

"Mas?"

"Ada apa?"

"Mas nggak nyembunyiin sesuatu kan dari Ifa?"

Asyam menghela nafas pelan, lalu menggenggam tangan Hanifa. "Tidur sayang, ini masih pagi. Mas tahu kamu capek."

Hanifa menghembuskan nafas pasrah. Percuma suaminya ini tidak akan mau menjawab pertanyaannya.

Pada akhirnya Hanifa terlelap juga, dengan Bumi yang juga terlelap di pangkuannya. Asyam menatap wajah istrinya dengan perasaan campur aduk. Memandangi wajah cantiknya yang sering merona saat ia goda. Atau tawa merdunya yang sering mengudara. Asyam berharap setelah ini semuanya akan baik-baik saja.

Setelah menempuh dua jam perjalanan, akhirnya pesawat yang mereka tumpangi tiba di bandara Soekarno Hatta pada pukul 07.15 waktu Jakarta. Bumi masih setia memejamkan mata di pangkuan ibunya. Dengan lembut Asyam membawa balita itu untuk ia gendong. Lalu, sebelah tangannya yang bebas terulur untuk menggenggam tangan Hanifa. Sepasang suami istri dengan balita yang terlelap di dada sang Ayah itu keluar dari dalam pesawat di ikuti lirikan dan decak kagum dari para awak kabin.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah kemacetan ibu kota Jakarta. Hanifa masih bergelut dengan pikirannya, sedangkan Asyam sibuk dengan laptop di pangkuannya. Tidak ada yang bersuara, hanya tarikan nafas Bumi yang sayup sayup terdengar di antara keduanya.

"Sayang?" Hanifa tersentak. "Ya?"

"Kita sudah sampai."

Hanifa menatap sekeliling dahinya berkerut dalam. Ini bukan rumah orang tuanya. Di depan sana berdiri kokoh sebuah rumah megah bergaya Eropa dengan pilar pilar yang tinggi dan di sekeliling mereka terbentang halaman yang sangat luas yang di tanami bunga bunga yang sangat cantik.

Hanifa menatap suaminya, meminta penjelasan. Namun lagi-lagi Asyam hanya tersenyum, lalu mengajak mereka untuk turun.

"Mas ini rumah siapa? Kenapa kita di sini?" Desaknya.

"Masuk dulu yuk," Asyam meraih tangan Hanifa lalu menggenggamnya. Dengan Bumi yang masih juga terlelap di bahunya.

"Kakak ipar!" Jeritan seseorang dari dalam rumah membuyarkan lamunan Hanifa.

Tak lama muncul sosok gadis yang Hanifa yakini adalah adik dari suaminya, Aseel. Ia pernah beberapa kali saling bertukar pesan dengan Aseel sebelumnya. Dan Hanifa langsung menyukai adik iparnya itu.

Hanifa tersenyum pada sosok gadis di depannya. "Assalamu'alaikum Aseel. Apa kabar?"

Gadis di depannya tersenyum lebar. "Waalaikumsalam.." Aseel mendekat menyalami Abang serta kakak iparnya. Lalu memeluk Hanifa. "Alhamdulillah baik kak, kakak apa kabar juga?" Balasnya, sembari mengurai pelukan mereka.

Mendadak AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang