Part - 9

3.4K 182 12
                                    

🍁🍁🍁

Hanifa sudah terlelap di sisinya, Asyam hanya memperhatikan sedari tadi sembari mengusap kepalanya lembut. Asyam menghembuskan nafas lega melihat tarikan nafasnya yang teratur.

Ia sungguh sangat cemas tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Istrinya bilang jika dirinya biasa mengalami nyeri saat datang bulan, sakitnya hanya akan bertahan selama dua sampai tiga hari. Tapi melihatnya kesakitan seperti ini Asyam marah pada dirinya sendiri. Karena tidak bisa berbuat apapun untuk membantu meredakan sakitnya.

Mungkin ibunya tahu apa yang harus di minum perihal menghilangkan nyeri pada saat datang bulan. Asyam beranjak dari tidurnya bergerak perlahan agar tidak mengusik istrinya yang tengah terlelap.

Asyam merogoh handphone pada kantung celana yang ia kenakan. Ia menekan nomor sang ibu, tak butuh waktu lama pada dering ketiga panggilannya sudah terjawab. Asyam diam-diam mengulum senyum.

"Assalamualaikum Amati."

"Waalaikumsalam, Abang sehat?" Ucap suara lembut di seberang sana.

"Alhamdulillah Abang sehat, Amati dan Abati sehat?"

"Alhamdulillah, kami sehat semuanya di sini nak. Menantu Amati sehat?"

Asyam meringis pelan melihat keadaan istrinya. "Sedikit kurang baik Amati."

"Loh kenapa bang? Menantu Amati sakit?"

Asyam tahu ibunya khawatir di seberang sana. "Hanifa sedang kesakitan Amati, Abang nggak tahu harus bagaimana?"

"Udah Abang bawa ke dokter?"

Asyam menghembuskan nafas pelan. "Dia nggak mau ke dokter."

"Memang menantu Amati sakit apa? Sampai membuat putra sulung Amati yang cuek bebek ini khawatir sekali?"

"Wajar kan Abang khawatir? Dia istri Abang loh," katanya sedikit tidak terima dengan ucapan ibunya.

Fadillah tergelak di ujung sana. "Iya Amati tahu kok, istrinya Abang kan?" Katanya, dengan menekan kan kata istri.

"Abang serius Amati,"

"Sakit apa bang?"

"Nyeri haid."

Hening di ujung sana...

Tak lama Asyam mendengar suara gelak tawa ibunya. Ia mengernyit, apanya yang lucu?

"Kenapa Amati tertawa?"

"Lucu banget sih bang? Ya ampun kamu Asyam anaknya Amati kan? Kok bisa ngegemesin gini sih?" Katanya. Masih sambil terkekeh geli.

Asyam merengut. "Lalu Abang harus bagaimana Amati?"

"Coba Abang kompres perutnya pakai air hangat, atau Abang pijat perutnya untuk mengurangi keram di perut."

"Cara lainnya tidak ada lagi Amati?"

"Kenapa memangnya? Gadis yang sedang kesakitan itu, istrinya Abang kan?"

Mendadak AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang