H 1

3.4K 228 68
                                    

Derap ketukan siletto terdengar mengalun indah di sudut ruangan yang dihiasi rak-rak yang menjulang tinggi dengan berisikan berbagai macam buku. Seorang gadis nampak sibuk mencari buku yang selalu ia baca di akhir pekan, gadis bersurai hitam legam dengan paras mendekati sempurna. Sepasang mata onyx itu nampak sangat menawan dengan riasan eyeliner tipis yang membingkai kedua matanya, dipadukan dengan hidung mancungnya yang sangat pas dengan bibir mungil berwarna pink. Rasio yang sangat sempurna bukan?
Gadis itu bernama Park Jiyeon, salah satu mahasiswi di Universitas ternama Kota Seoul dari fakultas Design.

Park Jiyeon mengayunkan kedua tungkainya santai mengitari perpustakaan, mencari tempat kosong. Tapi nihil, semua kursi terisi penuh. Entah mengapa, hari ini perpustakaan terlihat lebih padat dari biasanya. Mungkin kakak tingkatnya tengah sibuk mencari bahan untuk skripsi mereka nanti, pikirnya.

.
.
.

Semilir angin menerbangkan anak rambut Jiyeon, meski begitu ia tetap saja terlihat cantik dengan rambutnya yang terlihat sedikit berantakan. Dengan santai, ia membalik satu persatu halaman buku dengan ditemani earphone yang menghiasi kedua telinganya. Hari ini langit nampak tak bersahabat seperti biasanya. Jiyeon mendongakkan kepalanya dan menadahkan tangan kanannya menangkap setetes air hujan yang mulai membasahi bumi.

"Apakah rubah ekor sembilan tengah menangis saat ini?" Gumamnya seraya bangkit dari duduknya dan bergegas mencari tempat berteduh.

🌼🌼🌼🌼🌼

Di sudut kota Seoul, terdapat sebuah club yang bernama Burning Moon. Terlihat seorang pria tampan tengah duduk dengan santainya di pojok ruangan yang tersedia di club itu. Sesekali pria itu menggoyang-goyangkan gelas yang terisi cairan bening yang terlihat menyegarkan, vodka. Matanya memutar jengah melihat pemandangan yang sering kali ia jumpai.

"Apa mereka tak punya uang untuk menyewa sebuah tempat? menjijikkan." Pria berbibir tipis itupun mendesis tatkala pasangan di depannya semakin memperdalam lumatan mereka.

"Hey dude, kau tak mau menyewa gadis-gadis sexy itu?" Ucap salah satu temannya yang mempunyai telinga lebar, Chanyeol.

Pria berbibir tipis yang ternyata bernama Sehun merasa jengkel mendengar ucapan pria di depannya. Apa katanya? Gadis-gadis sexy? Sehun akui mereka memang sexy, tapi untuk kata gadis sehun meragukan hal itu.

"Tunggu, kau sebut mereka apa? Gadis? Hell, mereka bahkan sudah dimasuki berkali-kali dan kau masih menyebutnya gadis?"

"Lagipula aku sudah punya Irene, bisa-bisa aku dikuliti hidup-hidup olehnya." Tambahnya.

Chanyeol tertawa geli mendengar respon dari sahabatnya yang ia yakini ia merasa jengkel dengan ucapannya yang salah menyebut mereka gadis.

"Mereka hanya akan menularimu virus." Sambungnya yang membuat tawa pria bertelinga lebar itu semakin pecah.

"Ok, calm down dude. Kerutan di wajahmu akan semakin bertambah jika kau sering marah." Candanya yang dihadiahi tatapan tajam pria berkulit albino.

"Ah... Sepertinya aku tadi mengajak si Tua. Kemana dia?" Gumamnya celingukan mencari teman yang dia maksud.

"Kau membawa Seokjin kemari?" Tanya Sehun yang dibalas anggukan oleh Chanyeol.

"Lihat, dia di sana." Tunjuk Sehun mengayunkan dagunya mengarah ke arah seseorang yang mereka maksud.

"Wah... Wah... Pria tua itu populer sekali. Padahal aku yakin, ini pasti pertama kalinya dia menginjakkan kakinya di club." Chanyeol tersenyum miring melihat Seokjin yang tengah bersusah payah melepaskan diri dari jeratan wanita-wanita yang tengah menggelayuti nya.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang