H 12

884 158 81
                                    

VOTE! VOTE!

Jiyeon menghempaskan tubuh kecilnya di kasur apartemen miliknya yang empuk. Liburan kemarin adalah liburan yang melelahkan untuk kesehatan hatinya, bagaimana tidak berulang kali melihat pemandangan yang begitu menyesakkan dada. Siapa lagi kalau bukan Oh Sehun dan Irene.

Jiyeon mendudukkan dirinya di bibir kasur tatkala ponselnya berdering dengan begitu kencang.
Dahinya berkerut heran ketika nama ayahnya tertera di ponsel pintar itu.

"Iya ayah?"

"Bagaimana kabarmu, apa uang yang ku kirim minggu kemarin sudah habis?"

Jiyeon menghela nafasnya berat.

"Ahh tidak, masih ada."

Terdengar suara deheman dari balik telefon, Jiyeon menggigit bibirnya kuat. Rasanya sudah lama sekali ia tidak berbincang-bincang dengan ayahnya, yeah itu semua karena ayahnya lebih mementingkan pekerjaan setelah ibu Jiyeon meninggal.

"Apakah ayah sudah makan?" Tanya Jiyeon basa-basi. Kedua netranya mulai mengabur karena terhalangi oleh liquid bening.

"Eoh, ayah sudah makan. Ayah akhiri dulu karena ayah harus segera menandatangani semua dokumen-dokumen ini."

Jiyeon tersenyum kecut setelah telfon itu dimatikan, jemarinya menggenggam erat ponsel yang tidak bersalah itu.

"Bahkan aku ingin berbincang sedikit lama lagi." Tatapannya kosong, senyuman miris itu terlihat menyedihkan. Tanpa Jiyeon sadari, air matanya melesak keluar membasahi pipi tirusnya.

🌼🌼🌼🌼🌼

Jiyeon celingukan, mencari keberadaan seseorang yang sedari tadi ia tunggu.

PUK

Seseorang menepuk bahu kirinya dari belakang, Jiyeon terlonjak kaget dan memegangi jantungnya yang nyaris copot.

Suara tawa khas seorang lelaki menjadi backsound diantaranya.

"Tumben sekali kau mengajakku bertemu di taman, kau ingin kencan denganku ya?" Tanya Jaehyun dengan PD nya, Jiyeon yang mendengar itu seketika mual.

"Duduklah, aku akan bicara serius kali ini."

Jaehyun melirik Jiyeon dengan senyuman menggoda, "Ada apa, apa kau ingin mengatakan jika kau mencintaiku?"

Jiyeon melipat kedua tangannya di depan dada, menyipitkan kedua matanya menatap Jaehyun intens.

"Kurangi tingkat ke-PD an mu itu Jaehyun, itu tidak baik. Dan dengarkan apa yang aku katakan, karena aku hanya akan mengucapkannya sekali."

Jaehyun menegakkan tubuhnya, kenapa hawanya menjadi sangat mencekam.

"Baiklah... Baiklah, lanjutkan Nona."

Jiyeon menghirup udara sedalam mungkin lalu menghembuskannya perlahan.

"Aku ingin hubungan palsu ini berakhir."

Terjadi keheningan beberapa detik diantara mereka. Jiyeon melirik Jaehyun yang kini tengah memasang wajah datarnya, gadis itu memberanikan diri mencubit lengan Jaehyun yang sedari tadi diam tanpa sepatah kata pun.

"H-hheiii Jaehyun-"

"Aku tidak mau." Tiga kata yang keluar dari mulut Jaehyun terdengar singkat, padat dan jelas.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang