Steffi mendengus kesal saat membuka pintu rumahnya. Iqbaal sudah berada tepat di depannya dengan cengiran khas cowok itu.
"Mau ngapain?" tanya Steffi judes.
Iqbaal tersenyum geli. "Ngapelin pacar emang salah ya?"
"Salah. Orang aku udah bilang mau ngerjain tugas juga."
"Kan aku juga mau ngerjain tugas bareng kamu."
"Nyontek aku, maksud kamu?" Sindir gadis itu.
Iqbaal tertawa lepas, "hahaha, itu kamu tahu."
"Makanya jangan bego-bego di kelas," sarkas Steffi. Iqbaal hanya meringis mendengar ucapan sarkas sang kekasih. Terkadang ucapan kekasihnya itu memang tidak disaring terlebih dahulu.
Iqbaal mengekori Steffi dari belakang. Gadis itu menuju ruang tamu. "Tunggu di sini, aku mau ambil buku."
Sepuluh menit berlalu, Steffi belum kunjung datang. Iqbaal yang dilanda bosan akhirnya memainkan game di ponselnya. Dengan santainya cowok itu tiduran di atas sofa seperti sedang di rumahnya sendiri.
Ekhem.
Suara dehaman seseorang menyadarkan cowok itu, bahwa sekarang ia sedang berkunjung di rumah kekasihnya. Buru-buru ia bangun dari sofa, berdiri lalu menunduk tanda meminta maaf.
"Maaf tante, Iqbaal lupa kalau lagi gak di rumah." Iqbaal meminta maaf atas ketidak sopanannya pada seseorang yang dianggap Mama kekasihnya.
Seseorang di hadapan Iqbaal awalnya menahan tawa saat cowok itu dengan sigapnya bangun dari sofa. Namun, saat Iqbaal memanggilnya "tante" ia tak bisa menahan tawanya.
Tawa seseorang itu pecah seketika. Merasa suara tawa yang begitu familiar terdengar, akhirnya Iqbaal memutuskan untuk mendoangakkan kepala.
Benar saja, ia menemukan kekasihnya sedang tertawa lepas. Gadis itu bahkan sudah mengeluarkan air mata karena tak kuat menghentikan tawanya.
"Sialan, gue pikir mama lo." Iqbaal mengumpat kesal saat tahu, tertanya yang ia panggil tante itu kekasihnya.
"Astaga Baale, kamu lucu banget." Iqbaal memutar bola matanya jengah. Steffi masih saja belum menghentikan tawanya.
"Udah kek, gak usah ketawa mulu," rajuk Iqbaal.
Steffi mengusap air matanya, "Harusnya tadi aku foto kamu. Biar tahu ekspresi kamu tadi gimana."
Iqbaal menyeritkan kening, "emang gimana?" tanya cowok itu pada akhirnya.
Steffi mempraktikannya, ia menundukkan kepala dengan wajah yang ia buat sesedih mungkin. Lalu ia memainkan jari-jarinya layaknya anak kecil yang sedang dimarahi oleh kedua orang tuanya karena nakal.
"Mana ada aku gitu," kata Iqbaal tak percaya.
"Kamu emang gitu, Baale!"
"Nggak, pasti kamu lebih-lebihin," tuduhnya yang tak terima.
"Nggak Baale, emang kamu gitu." Steffi menjawab dengan ngotot. Padahal memang Steffi sedikit melebih-lebihkannya, tapi bukankan cewek tak mau dianggap salah?
"Stef," geram Iqbaal rendah.
"Nggak Baale. Ish kamu mah gak percaya sama aku."
Iqbaal mendengus pelan. Jika sudah begini, dia lah yang harus mengalah.
"Iya deh, iya. Aku yang salah," ujar Iqbaal mengalah.
"Nah, gitu dong. Baru pacar aku namanya." Steffi tersenyum lebar memamerkan gigi putihnya. Iqbaal pun akhirnya ikut tersenyum.
***
24 Desember 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spoiled Boyfriend | IDR | On Hold
Fanfiction"Iqbaal makan sendiri dong." Steffi berujar dengan kesal. "Nggak mau, tangan aku kan lagi sakit," ucap Iqbaal dengan nada manjanya. Steffi berdecak kesal. Lalu dengan terpaksa ia menyuapi kekasihnya, lagi. Sedikit kasar memang karena ia sengaja meme...