Seven

1.4K 50 0
                                    

"Sayang, aku haus." Iqbaal berkata dengan manja sambil bergelayutan di lengan Steffi.

Steffi yang sedang mengerjakan tugasnya merasa terganggu ketika Iqbaal bergelayut di lengannya. "Ambil sendiri, Baale."

Iqbaal mendengus kesal. "Kan aku tamu. Tamu adalah raja sayang. So, kamu udah seharusnya ambilin aku minuman."

Dengan kesal gadis itu berdiri, menghentak-hentakan kaki menuju dapur untuk mengambilkan kekasihnya minuman. Ia mengambil susu coklat yang ada di kulkas, menuangkannya ke dalam gelas dan menambahkan beberapa es batu agar lebih dingin. Usai itu, ia kembali berjalan menuju ruang tamu dengan menenteng dua gelas susu coklat untuknya dan sang kekasih.

"Nih, abis ini jangan ganggu aku ngerjain tugas," ucapnya tegas sambal menyerahkan gelas yang berisi susu itu pada Iqbaal.

Cowok itu dengan senang hati menerima gelas itu, menghabiskannya dalam sekali tegukan. Saat dirinya hendak mengganggu gadisnya, ia mengurungkan niat karena melihat wajah serius sang gadis yang terlihat kesulitan untuk mengerjakkan beberapa soal.

Mengelus kepala Steffi pelan dan penuh kasih sayang. "Soalnya susah?" tanya Iqbaal halus.

Gadis itu menganggukan kepala, lalu menatap Iqbaal heran. "Tumben," ujarnya, membuat Iqbaal terkekeh geli.

"Ntar kalau aku gangguin kamu, aku kena semprot." Ucapan Iqbaal membuat gadis itu mencebikkan bibir sebal.

Tak mau berdebat, Steffi memutuskan untuk mencoba mengerjakan soal matematikanya kembali. Otaknya seperti dipaksa bekerja lebih keras. Karena pening yang semakin menyerang kepala, akhirnya gadis itu memutuskan untuk mengambil ponsel yang terletak tak jauh darinya. Lalu, membuka google dan mencari rumus yang bisa digunakan untuk memecahkan soal sulit tersebut.

Sekitar sepuluh menit Steffi berkutat dengan ponselnya mencari rumus, akhirnya ia berhasil mempelajari rumus itu dan menerapkannya pada soal sulit itu. Sedangkan Iqbaal, sedari tadi hanya menonton sang kekasih yang sangat serius untuk memecahkan soal. Karena bosan, akhirnya ia memutuskan untuk bermain game di ponselnya sendiri. Dengan santainya, cowok itu tiduran di sofa, padahal kekasihnya duduk di lantai dan mengerjakan tugas.

Melihat Iqbaal yang asyik bermain game, tentunya membuat Steffi geram. Susah-susah ia mengerjakan tugas, sedangkan Iqbaal malah asyik-asyikan main game. Dengan kesal Steffi melempar buku tugas milik Iqbaal tepat di wajah cowok itu, membuat sang empu meringis kesakitan.

"Duh, sayang. Kenapa dilempar sih buku aku?" tanya Iqbaal kebingungan. Ia kemudian bangun dan duduk di sofa.

"Kerjain sendiri tugas kamu. Aku nggak akan ngasih kamu contekan."

Mendengar ucapan Steffi, Iqbaal melotot tak percaya. Astaga, melihat bukunya saja ia sudah pusing, apalagi mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh Bu Nana—guru killer yang akan memberikan hukuman pada muridnya jika tidak mengerjakan soal—pastinya ia akan lebih pusing.

"Sayang, kamu bercanda kan?" tanya Iqbaal memastikan.

Namun, Steffi malah memberikan tatapan sinis padanya. "Nggak lah, kerjain sana."

Iqbaal membuka buku tugasnya, membaca satu per satu soal itu. Mendadak pening di kepalanya mulai menyerang. "Sial, soal apaan ini!" umpatnya saat melihat soal-soal itu. Jujur saja, dari nomor 1-10 tak ada satu pun yang ia mengerti.

Cowok itu meneguk ludahnya susah payah, melirik Steffi yang kini tengah memainkan ponsel karena gadis itu sudah selesai mengerjakan tugas. "Sayang, aku nggak ngerti," ucap Iqbaal memberanikan diri.

Sayangnya, Steffi tak menghiraukan ucapan Iqbaal, ia malah terlihat asyik dengan ponselnya. Merasa di abaikan, Iqbaal pun merebut ponsel yang sedang dimainkan kekasihnya itu. Tentu saja hal itu membuat Steffi merengut kesal.

"Apaan sih?" tanya Steffi dengan nada ketus.

"Aku nggak bisa ngerjainnya," ujarnya manja. "Bantuin yaa, sayang." Kini Iqbaal berusaha medapatkan simpati dari sang gadis dengan suara yang sengaja ia buat selembut mungkin dan juga tatapan memohon.

Karena tak tega melihat Iqbaal, akhirnya ia setuju untuk mengajari cowok itu. Dengan catatan, Iqbaal harus bersungguh-sungguh dan memperhatikan semua yang ia ajarkan. Tidak hanya itu, Iqbaal pun harus mengerjakan tugasnya sendiri, karena ia hanya akan mengajarkan rumus-rumus yang bisa dipakai untuk mengerjakan soal-soalnya saja.

Dengan berat hati, Iqbaal menerima syarat yang diajukan Steffi. Setidaknya, ia tidak akan pingsan dengan cepat karena Steffi membantunya, walau hanya memberikan rumusnya saja.

***

To be continue 

25 Desember 2019

My Spoiled Boyfriend | IDR | On HoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang