Four

2.2K 66 0
                                    

"Aldi! Balikin buku gue!!!!"

Aldi terus berlari dari kejaran Salsha, membuat gadis berkucir kuda itu kesal setengah mati. Bagaimana tidak, buku PRnya diambil oleh Aldi padahal ia sudah susah payah mengerjakkan tapi dengan gampangnya cowok itu malah mengambil bukunya dan ingin menyontek semua jawabannya.

Salsha terus mengejar Aldi sampai akhirnya ia menabrak Steffi yang baru saja memasuki kelas.

Steffi menatap Salsha kesal. "Ngapain sih lari-lari di kelas."

Salsha menunjuk ke arah Aldi, tepatnya kearah buku yang sedang dipegang cowok itu. "Tep, bantuin gue." Salsha memohon pada Steffi.

Steffi memutar bola mata jengah. Selain kekasihnya yang manja, sahabatnya pun manja. Huh, ini membuat Steffi harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menghadapi sahabat maupun kekasihnya.

Menghela napas berat. "Di, balikin buku Caca. Lo nggak mau kan gue aduin Baale?" tanya Steffi pada Aldi.

Aldi terdiam, menatap Steffi kesal. Jika Steffi mengadu pada Iqbaal yang tidak-tidak bisa habis dirinya di gorok oleh kekasih Steffi itu.

Dengan terpaksa, Aldi menyerahkan buku itu pada Salsha. "Tukang ngadu dasar," ucap Aldi pada Salsha.

"Thanks, Tepi." Salsha memeluk Steffi senang.

"Terakhir ya, gue nggak mau gunain nama pacar gue lagi buat ngancem doi lo."

"Aldi bukan doi gue!" Salsha berujar dengan kesal, namun Steffi malah tertawa melihatnya.

***

"Sayang." Suara itu membuat Steffi kaget. Tiba-tiba saja Iqbaal sudah berada di belakangnya dan berhasil mengagetkan dirinya.

Steffi cemberut. "Ngeselin banget sih!"

Kringg... Kringg...

Bel masuk berbunyi, langsung saja Iqbaal duduk di bangku belakang Steffi bersama Aldi, tablematenya. Salsha pun langsung duduk di sebelah Steffi dengan sedikit berlari karena ia baru saja dari toilet.

Semua siswa yang berada di kelas bergegas mengeluarkan bukunya masing-masing. Hari ini, jam pelajaran pertama adalah fisika. Pelajaran yang akan menguras banyak tenaga dan otak tentunya. Pelajaran yang dibenci oleh sebagian besar anak MIPA.

Pak Bondan, selaku guru yang mengampu mata pelajaran fisika sudah memasuki kelas. Suasana terasa mencekam sekarang, aura Pak Bondan memang mengerikan. Beliau selalu mengeluarkan kata-kata halus namun menusuk saat seorang siswa yang ditunjuknya tak bisa mengerjakkan soal yang ada di papan tulis, tak ada senyum di wajahnya, hanya wajah datar yang beliau tampakkan saat mengajar.

"Steffi, kamu maju. Kerjakkan soal no 1." Pak Bondan menunjuk soal yang beliau tulis di papan tulis tadi.

Steffi gemetaran. Sialan. Steffi bahkan tidak mengerti apa yang dijelaskan Pak Bondan tadi, sekarang ia malah disuruh untuk mengerjakkan soal. Mati saja dia.

Perlahan berdiri dari bangkunya, memantapkan hati dan memasang muka tembok agar saat Pak Bondan mencemoohnya ia tak akan malu. Menarik napas pelan, lalu mengembuskannya.

Melirik ke arah Salsha yang berada di sampingnya, namun gadis berkucir kuda itu mengedikkan bahu tanda ia pun tak tahu bagaimana cara mengerjakkan soal itu. Kini, Steffi mengembuskan napas kasar. Dengan langkah pelan, dirinya melangkah ke depan. Mengambil spidol dan mulai mencoret papan tulis, lalu menghapusnya lagi, begitu berulang kali. Hasilnya nihil, ia tak bisa berpikir. Otaknya seakan beku melihat soal.

Pak Bondan melirik papan tulis yang sekarang masih kosong akibat Steffi menghapusnya. "Steffi kamu bisa tidak?" tanya Pak Bondan dengan nada datar.

Steffi meneguk ludah susah payah. Ah, mungkin sehabis ini ia akan diberi kata-kata mutiara oleh gurunya itu.

"Mmm..." Steffi lalu menggeleng pelan, membuat Pak Bondan sedikit kesal.

"Duduk kamu. Soal mudah seperti ini saja tidak bisa, anak TK pun bisa mengerjakkan dengan mata tertutup."

Setelah duduk di bangkunya Steffi mendengus kesal, memaki gurunya dalam hati. "Iya pak, yang ngerjain emaknya, anaknya mana bisa orang masih TK."

***

5 November 2019

My Spoiled Boyfriend | IDR | On HoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang